Mohon tunggu...
RACHMAD YULIADI NASIR
RACHMAD YULIADI NASIR Mohon Tunggu... -

ARTIKEL TERBARU :\r\nwww.kompasiana.com/gelandanganpolitik\r\n\r\nPenulis Lepas, Saya Orang Biasa.\r\nBerasal dari tanah dan akan kembali lagi kedalam tanah.\r\n\r\nSalam untuk semua Penulis kompasiana, \r\nRachmad Yuliadi Nasir, \r\nINDEPENDENT, \r\n\r\nwww.facebook.com/rachmad.bacakoran,\r\nEmail:rbacakoran(at) yahoo (dot) com,\r\nwww.kompasiananews.blogspot.com,\r\nwww.facebook.com (Grup:RACHMAD YULIADI NASIR), \r\n(Grup:Gerakan Facebookers Berantas Korupsi Tangkap Dan Adili Para koruptor),\r\n(Grup:Gerakan Facebookers 1.000.000 Orang Visit Kilometer Nol Sabang Aceh)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kegagalan Pancasila di Kalangan Elit Kekuasan Negeri

13 Juni 2011   04:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:34 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JAKARTA-Apakah saat ini kita perlu mevitalisasi nilai-nilai Pancasila guna memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa? Apa ada pergeseran pemahaman dan implementasi nilai-nilai luhur Pancasila yang sudah kita sepakati bersama dalam kehidupan berbagsa dan bernegara? Ketika berbagai persoalan mendera bangsa dan masyarakat Indonesia, paling mudah orang mengatakan Pancasila gagal dilaksanakan dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Solusinya, pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila saat ini marak kembali dijadikan topik pembahasan.

Sebagai salah satu lembaga nasional, Lemhannas menyiapkan pola ajaran dan pola pelatihan bagi fasilitator yang diharapkan proses pembelajaran Pancasila melalui forum dialogis antar komponen bangsa yang dapat dilaksanakan secara holistic dan integral serta berkesinambungan.

Pemahaman tentang Pancasila sebenarnya bukan harus membandingkan dengan agama. Akan tetapi Pancasila perlu dipahami sebagai moral bersama yang bisa menaungi berbagai elemen agama yang ada di Indonesia pada suatu titik temu di dalam mengelola ruang public.

Moral Pancasila itu intensitasnya lebih pada ruang public bersama. Pancasila tidak berkepentingan mengatur tentang keyakinan seseorang, atau Tuhan serta ibadah seseorang sebab itu sudah merupakan wilayah otoritas agama.

Sumber nilai Pancasila bukan hanya dari  nilai-nilai keagamaaan semata tapi bisa dari local wisdom (kearifan local), adat istiadat, serta hukum alam sejauh itu semua disepakati sebagai nilai bersama.

Parameter kegagalan Pancasila di kalangan elit kekuasan negeri ini, kegagalan Pancasila sebenarnya perlu dipahami bahwa yang gagal disini adalah orang yang menafsirkan Pancasila itu, dimana kesalahan pemahaman kita terhadap Pancasila dimulai dari tataran konsepnya, misalnya, ekonom Prof. Mubyarto (alm) dulu pernah berusaha menterjemahkan ekonomi Pancasila tapi akhirnya sekarang hilang lenyap ibarat di telan zaman.

Setiap kali kebijakan pemerintah mau melakukan sesuatu sudah  seharusnya berdasrkan kepada nilai-nilai Pancasila. Tapi apa yang terjadi dalam realitas sekarang  ada dalam sebuah pertanyaan: Pancasilais-kah keinginan DPR membangun gedung dengan biaya lebih dari satu triliun rupiah ditengah-tengah sekian juta manusia  yang  berada dalam kesulitan ekonomi, pendidikan , kesehatan dan masalah-masalah social lainnya?

Lebih penting mana gedung yang akan ditempati anggota DPR dengan tujuan bernegara Pancasila yaitu menciptakan suatu kehidupan yang sejahtera secara ekonomi dan religius?

kita merdeka untuk merubah kondisi bukan seperti jaman kolonial, kalau kita masih seperti jaman kolonial maka sejatinya kita gagal mewujudkan kemerdekaan. Pancasila sebagai fondasi pemersatu bangsa Indonesia mulai dilupakan.

Kekhawatiran itu disebabkan maraknya aksi anarkistis yang mengarah pada sikap sektarianisme serta pola kehidupan yang mengarah pada liberalisasi. Lebih mengkhawatirkan lagi, kehidupan masyarakat Indonesia saat ini terus menjauh dari nilai-nilai Pancasila.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun