Mohon tunggu...
RACHMAD YULIADI NASIR
RACHMAD YULIADI NASIR Mohon Tunggu... -

ARTIKEL TERBARU :\r\nwww.kompasiana.com/gelandanganpolitik\r\n\r\nPenulis Lepas, Saya Orang Biasa.\r\nBerasal dari tanah dan akan kembali lagi kedalam tanah.\r\n\r\nSalam untuk semua Penulis kompasiana, \r\nRachmad Yuliadi Nasir, \r\nINDEPENDENT, \r\n\r\nwww.facebook.com/rachmad.bacakoran,\r\nEmail:rbacakoran(at) yahoo (dot) com,\r\nwww.kompasiananews.blogspot.com,\r\nwww.facebook.com (Grup:RACHMAD YULIADI NASIR), \r\n(Grup:Gerakan Facebookers Berantas Korupsi Tangkap Dan Adili Para koruptor),\r\n(Grup:Gerakan Facebookers 1.000.000 Orang Visit Kilometer Nol Sabang Aceh)

Selanjutnya

Tutup

Money

Penggunaan LPG Subsidi Mencapai Rp 45,3 Triliun

7 Juni 2011   14:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:46 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JAKARTA-Penggunaan Liquified Petroleum Gas (LPG) di Indonesia sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga dan industri masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga.

Misalnya di Malaysia, penduduknya sudah mengonsumsi LPG sekitar 5 persen dari jumlah penduduk. Sementara penduduk di Indonesia pada tahun 2007, sebelum dilakukan konversi minyak tanah (mitan) ke LPG baru sekitar 0,5 persen yang mengkonsumsi LPG.

Seperti yang diketahui, sebagian besar energi yang digunakan oleh rumah tangga di Indonesia saat ini adalah minyak tanah. Penggunaan minyak tanah sebagai sumber energi untuk rumah tangga atau industri kecil, yang masih perlu mendapatkan subsidi, lebih kurang 12 juta kiloliter per tahun.

Konversi terus dilakukan karena pada awalnya pemerintah menyadari kebutuhan minyak tanah terus meningkat. PT. Pertamina Persero sebagai operator juga menyadari dan mendukung pemerintah terkait beban subsidi yang ditanggung. Sosialisasi secara resmi dari pemerintah akan membantu mendorong secara signifikan peningkatan konsumsi LPG. Bagaimana Perjalanan Program Konversi Minyak Tanah-LPG Menuju Ketahanan Energi Nasional?

Program konversi minyak tanah ke tabung gas LPG 3 kg ternyata membawa banyak manfaat bagi masyarakat. Khususnya bagi masyarakat yang suka memasak, tabung LPG 3 kg memberikan kepraktisan dan keefisienan bagi mereka.

Memasak makanan dengan LPG tidak membuat makanan menjadi bau seperti memasak dengan minyak tanah. "Sangat banyak manfaatnya, masakan tidak bau," ujar pengusaha warteg dalam seminar Rekam Jejak Perjalanan Program Konversi Minyak Tanah-LPG Menuju Ketahanan Energi Nasional di Jakarta.

Bagi pengusaha warteg, penggunaan LPG membuat mereka tidak lagi harus menunggu tukang minyak tanah untuk memasak. Usaha warteg yang dilakukannya tidak perlu terhalang tidak adanya minyak tanah.

Manfaat lainnya yang diperoleh, anak-anak yang bantu jualan sekarang bersih-bersih, bisa berhias diri, tidak lagi megang minyak. Suami istri juga harmonis, menjadi lebih mesra karena rumahnya tidak bau lagi.

Dari segi biaya, warteg pun juga mendapat keuntungan dari konversi minyak tanah ke LPG tabung 3 kg. Bila sebelumnya memasak membutuhkan 6 liter minyak tanah. Itu sama dengan kebutuhan satu tabung LPG 3 kg.

Harga minyak tanah seliter mencapai sekitar Rp6.000. Maka untuk kebutuhan memasak membutuhkan Rp 36 ribu untuk minyak tanah. Bandingkan dengan harga tabung LPG 3 kg yang sekitar Rp13-18 ribu, jadi ini kita bisa menghemat hampir separuhnya.

Penghematan bagi anggaran dan subsidi negara diketahui bahwa akumulasi penghematan yang didapat pemerintah dari konversi minyak tanah ke LPG setelah dikurangi biaya konversi sejak tahun 2007 sampai April 2011 lalu mencapai Rp 33 triliun.

Penghematan subsidi pun mencapai Rp 45,3 triliun selama hampir 4 tahun konversi minyak tanah ke LPG. Program pengalihan mitan (minyak tanah) ke LPG merupakan salah satu cara mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak sehingga tercapainya ketahanan energi nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun