Mohon tunggu...
RACHMAD YULIADI NASIR
RACHMAD YULIADI NASIR Mohon Tunggu... -

ARTIKEL TERBARU :\r\nwww.kompasiana.com/gelandanganpolitik\r\n\r\nPenulis Lepas, Saya Orang Biasa.\r\nBerasal dari tanah dan akan kembali lagi kedalam tanah.\r\n\r\nSalam untuk semua Penulis kompasiana, \r\nRachmad Yuliadi Nasir, \r\nINDEPENDENT, \r\n\r\nwww.facebook.com/rachmad.bacakoran,\r\nEmail:rbacakoran(at) yahoo (dot) com,\r\nwww.kompasiananews.blogspot.com,\r\nwww.facebook.com (Grup:RACHMAD YULIADI NASIR), \r\n(Grup:Gerakan Facebookers Berantas Korupsi Tangkap Dan Adili Para koruptor),\r\n(Grup:Gerakan Facebookers 1.000.000 Orang Visit Kilometer Nol Sabang Aceh)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Tokoh Agama untuk Mencengah Penularan Virus HIV/AIDS

7 Juni 2011   08:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:46 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

JAKARTA-Kasus HIV/AIDS terus meningkat dari tahun ke tahun dan membuat kita miris, korban terus berjatuhan. Selama tiga bulan terakhir, Januari - Maret 2011, tambahan jumlah pengidap AIDS baru yang dilaporkan adalah 351 kasus dari 27 kab/kota di 12 provinsi.

Kasus terbesar dari beberapa provinsi adalah: DKI Jakarta (125), Banten (75), DI Yogya (37), Jateng( 86), NTT (134), Papua (47). Cara penularan terbanyak melalui heteroseksual (66,95%), Pengguna Narkoba Suntik (Penasun=IDU) (23,08%), perinatal atau dari ibu pengidap kepada bayinya (5,7%), lelaki seks lelaki (LSL) (3,42%).

Kasus tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 30-39 tahun (33,62%) disusul kelompok umur 20-29 tahun (33,05%) dan kelompok umur 40-49 tahun (17,09%). Sedangkan jumlah kasus HIV positif pada layanan Voluntary Counseling Test (VCT) pada triwulan I tahun 2011 sebanyak 4.552 kasus.

Hal itu disampaikan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI tentang situasi perkembangan HIV&AIDS di Indonesia triwulan pertama 2011.

Rate kasus AIDS Nasional sampai dengan Maret 2011 adalah 10,62 per 100.000 penduduk (berdasarkan data BPS 2009, jumlah penduduk Indonesia 230.632.700 jiwa). Rate kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan dari provinsi Papua (16,6 kali rate nasional), Bali (4,7 kali rate nasional), DKI Jakarta (4,3 kali rate nasional), Kep. Riau (2,4 kali rate nasional), Kalimantan Barat (2,3 kali rate nasional), Dl Yogyakarta (1,5 kali rate nasional), Maluku (1,4 kali rate nasional), dan Bangka Belitung (1,1 kali rate nasional).

Secara kumulatif, jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sejak 1978 sampai Maret 2011 sebanyak 24.482 kasus tersebar di 300 kab/kota di 32 provinsi. Proporsi kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun (47,2%), disusul kelompok umur 30-39 tahun (31,3%) dan kelompok umur 40-49 tahun (9,5%). Dari jumlah itu, 4.603 kasus atau 18,8 % diantaranya meninggal dunia.

Sementara kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari DKI Jakarta (3.995), Jawa Timur (3.775), Jawa Barat (3.728), Papua (3.712), Bali (1.747), Kalimantan Barat (1.125), Jawa Tengah (1.030), Sulawesi Selatan (591), Sumatera Utara (507), dan DIY (505). Cara penularan kasus AIDS terbanyak melalui heteroseksual (53,1%), disusul IDU (37,9%), LSL (3,0%), perinatal (2,6%), transfusi darah (0,2%) dan tidak diketahui (3,2%).

kasus kematian tertinggi dari 4.603 kasus diantaranya: DKI (576), Jatim (779), Jabar (665), Papua (590), Bali (311).
Proporsi infeksi oportunistik yang terbanyak adalah TBC (11.915 kasus), diare kronis (7.254 kasus), kandidiasis oro-faringenal (7.098 kasus), dermatitis generalisata (1.767 kasus), dan limfadenopati generalist persisten (795 kasus).

Jumlah kasus HIV positif kumulatif sebanyak 59.941 dengan positive rate 10,1%. Jumlah kasus HIV positif sampai dengan Maret 2011 terbanyak dilaporkan dari provinsi DKI Jakarta (15.769), Jawa Timur (7.734), Jawa Barat (4.535), Sumatera Utara (4.059), Kalimantan Barat (2.785) dan Jawa Tengah (2.709).

Ditambahkan Dirjen P2PL, HIV/AIDS sampai saat ini belum ada obat yang ampuh dan vaksin  untuk mencegahnya. Satu-satunya obat yang ada adalah ARV (Anti Retroviral Virus) yang berfungsi untuk menekan perkembangan virus.

Pada Maret 2011 terdapat 20.069 Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang masih menerima ARV (55.4 % dari yang pernah menerima ARV). Jumlah ODHA yang masih dalam pengobatan ARV tertinggi dilaporkan dari provinsi DKI Jakarta (7.998), Jawa Barat (2.200), Jawa Timur (1.859), Bali (1.293), Papua (988), Jawa Tengah (713), Sumatera Utara (767) Kalimantan Barat (541), Kepulauan Riau (569), dan Sulawesi Selatan (500).

Menurut Prof. Tjandra, tingkat kematian ODHA menurun dari 46 % pada tahun 2006 menjadi 22% pada tahun 2010. Sebanyak 80% ODHA masih menggunakan rejimen lini pertama, 16.7% telah substitusi (salah satu ARV-nya diganti dengan obat ARV lain tapi masih pada kelompok lini pertama yang original) dan 4% switch (1 atau 2 jenis ARV-nya diganti dengan obat ARV lini kedua). Selain itu, sebanyak 2.536 orang aktif melakukan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM).

Peran serta para tokoh-tokoh lintas agama sangat diperlukan untuk menyadarkan umatnya agar tidak terjerumus ke dalam virus HIV/AIDS karena dari data-data terlihat ada 24.482 kasus AIDS dan 4603 orang yang meninggal dunia.

Mereka harus bersinergi dalam maju bersama tanggap HIV/AIDS untuk Anak Indonesia Sejahtera dimana nantinya dapat menanggulangi dampak buruk sekaligus memutus mata rantai penyebaran HIV/AIDS. Data perkiraan dari Komisi Nasional AIDS pada tahun 2014 diperkirakan orang dengan HIV/AIDS akan bertambah dua kali lipat dibandingkan pada tahun 2008, dari 227.700 menjadi 501.400 orang.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun