Mohon tunggu...
RACHMAD YULIADI NASIR
RACHMAD YULIADI NASIR Mohon Tunggu... -

ARTIKEL TERBARU :\r\nwww.kompasiana.com/gelandanganpolitik\r\n\r\nPenulis Lepas, Saya Orang Biasa.\r\nBerasal dari tanah dan akan kembali lagi kedalam tanah.\r\n\r\nSalam untuk semua Penulis kompasiana, \r\nRachmad Yuliadi Nasir, \r\nINDEPENDENT, \r\n\r\nwww.facebook.com/rachmad.bacakoran,\r\nEmail:rbacakoran(at) yahoo (dot) com,\r\nwww.kompasiananews.blogspot.com,\r\nwww.facebook.com (Grup:RACHMAD YULIADI NASIR), \r\n(Grup:Gerakan Facebookers Berantas Korupsi Tangkap Dan Adili Para koruptor),\r\n(Grup:Gerakan Facebookers 1.000.000 Orang Visit Kilometer Nol Sabang Aceh)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Penanggulangan Tuberkulosis

21 Januari 2010   07:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:21 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hingga kini tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan terpenting di seluruh dunia. Abad 21 ini nampaknya kita menghadapi sedikitnya 6 tantangan sehingga TB masih akan amat sulit dikendalikan.

Tantangan pertama adalah berbagai masalah dalam penemuan penderita tuberkulosis. Walaupun misalnya sekitar 90% pasien dapat menyelesaikan pengobatan, tetapi kalau hanya separuh jumlah kasus yang terdeteksi maka penyembuhan itu tidak punya dampak berarti dalam penurunan morbiditas secara keseluruhan.

Selain itu pemeriksaan dahak yang tidak terkonsentrasikan ternyata hanya mampu menjaring separuh penderita TB aktif.

Tantangan kedua adalah ketidakmampuan petugas kesehatan untuk menjamin semua pasien dapat menyelesaikan pengobatannya.

Tantangan ketiga yaitu tidak tersediannya vaksin yang ampuh yang disebut sebagai the most destrctive weakness of TB control strategy.

Tantangan keempat adalah timbul dan meningkatnya kuman yang resisten terhadap obat tuberkulosis, khususnya resistensi ganda. Hal ini seharusnya dicegah dengan pengobatan yang baik dengan DOTS dan DOTS plus serta pemberian obat dalam bentuk FDC.

Tantangan kelima adalah belum tersedianya obat pencegahan yang memadai.

Tantangan keenam khususnya untuk negara maju adalah terjadinya infeksi nosokomial.

Hal ini diatasi dengan pendekatan administratif, ventilasi serta proteksi personal.

Permasalahan Multidrug-Resistant Tuberculosis TB (MDR-TB) hingga saat ini masih tercatat pada level tertinggi. Fakta tersebut mengacu pada laporan terbaru badan kesehatan sedunia (WHO) yang menampilkan temuan tersebut berdasarkan survey mengenai resistensi terhadap obat TB.

Bakteri penyebab TB menjadi resisten ketika penderita TB tidak mendapat atau tidak menjalani pengobatan lengkap. Tuberkulosis diobati dengan 5 atau 6 obat utama yang disebut lini pertama misalnya: ripampisin, INH, Pirazinamid, dll. Kalau tidak mempan dengan obat lini pertama maka ada obat lini kedua (second line) misalnya: kuinolon, sikloserin, kanamisin, dll.

Resistensi obat TB juga dapat menular melalui udara dari penderita kepada bukan penderita. MDR-TB merupakan bentuk TB yang tidak respon terhadap standar 6 bulan pengobatan yang menggunakan obat standard atau first line (resisten terhadap isoniazid dan rifampicin) dibutuhkan waktu 2 tahun untuk diobati dengan obat yang 100 kali lebih mahal dibandingkan pengobatan dengan standard (first line) dan juga proses pengobatan amat susah dan efek samping yang cukup tinggi.

Obat lini kedua digunakan dalam penangan MDR-TB. Hal yang paling menakutkan adalah timbulnya masalah XDR-TB dimana penderita juga kebal dengan terapi second line yang merupakan hal yang sangat ditakutkan.

Laporan anti Tuberkulosis Drug Resistance in the World, didasarkan pada informasi yang dikumpulkan antara tahun 2002-2006 ada 90.000 pasien TB di 81 negara. laporan tersebut juga menemukan bahwa Extensively Drug Resistant Tuberculosis (XDR-TB) salah satu yang hampir tidak dapat diobati dari penyakit saluran pernafasan telah tercatat di 45 negara.

Laporan tersebut juga menemukan keterkaitan antara infeksi HIV dan MDR-TB. Survey di Latvia dan Donetsk, Ukraina bahkan menemukan bahwa MDR-TB pada pasien TB yang mengidap HIV adalah dua kali lipat dibandingkan dengan pasien TB tanpa HIV.

Berdasarkan analisis data survey, WHO memperkirakan terdapat hampir setengah juta kasus baru MDR-TB. Jumlah  tersebut setara dengan 5% dari total 9 juta kasus baru TB di seluruh dunia setiap tahunnya. MDR-TB dan XDR-TB sangat mematikan bagi penderita HIV.

Penelitian menunjukan angka kematian penderita di atas 90%. Oleh karena itu, Drug Resistant TB merupakan ancaman utama terhadap keefektifan program pengobatan TB maupun anti retroviral.

Semoga angka penderita tuberkulosis di Indonesia dapat menurun serta angka kejadian MDR-TB dan XDR-TB dapat segera diatasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun