Mohon tunggu...
RACHMAD YULIADI NASIR
RACHMAD YULIADI NASIR Mohon Tunggu... -

ARTIKEL TERBARU :\r\nwww.kompasiana.com/gelandanganpolitik\r\n\r\nPenulis Lepas, Saya Orang Biasa.\r\nBerasal dari tanah dan akan kembali lagi kedalam tanah.\r\n\r\nSalam untuk semua Penulis kompasiana, \r\nRachmad Yuliadi Nasir, \r\nINDEPENDENT, \r\n\r\nwww.facebook.com/rachmad.bacakoran,\r\nEmail:rbacakoran(at) yahoo (dot) com,\r\nwww.kompasiananews.blogspot.com,\r\nwww.facebook.com (Grup:RACHMAD YULIADI NASIR), \r\n(Grup:Gerakan Facebookers Berantas Korupsi Tangkap Dan Adili Para koruptor),\r\n(Grup:Gerakan Facebookers 1.000.000 Orang Visit Kilometer Nol Sabang Aceh)

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Masyarakat Indonesia Kurang Makan Telur

13 Juli 2010   12:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:53 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

(Kompasiana.com-JAKARTA) Bila kita perhatikan sekarang ini masih banyak masyarakat yang kurang makan telur, banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain faktor ekonomi serta dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan bahaya kolesterol, selain daging, kuning telur kini termasuk makanan yang dihindari.

Padahal para ahli menyimpulkan bahwa telur tidak memengaruhi kadar kolesterol secara signifikan. Dari data statistik berdasarkan 224 studi mengenai diet yang dilakukan selama 25 tahun. Diketahui bahwa bukan kolesterol yang memengaruhi kadar kolesterol dalam darah, tetapi lemak jenuh. Telur diketahui hanya mengandung sedikit lemak jenuh dengan mengonsumsi telur bisa memperbaiki kadar lipid (kolesterol) seseorang yang kolesterolnya naik saat mengonsumsi makanan kaya kolesterol.

Ada begitu banyak nutrisi penting dalam sebutir telur seperti choline yang sangat penting untuk fungsi otak dan kesehatan. Satu buah kuning telur mengandung lebih dari 25 persen kebutuhan choline setiap hari. Orang dewasa membutuhkan 425 gr choline per hari, sedangkan anak balita butuh 250 gr per hari. Sebuah penelitian mengungkapkan konsumsi choline yang cukup bisa menurunkan risiko kanker payudara.

Telur juga mengandung anti-oksidan serta lutein yang membantu mencegah gangguan penglihatan akibat penuaan dan katarak. Kadar lutein dalam telur bahkan lebih banyak dibanding pada sayuran berdaun hijau. Orang yang punya penyakit jantung pun tidak disarankan untuk pantang telur. Mereka disarankan untuk mengurangi konsumsi kuning telur menjadi dua kali dalam seminggu. Studi terkini juga tidak menemukan kaitan antara makan enam kuning telur setiap minggu dengan kejadian serangan jantung atau stroke pada orang sehat.

Saat ini di pasaran tersedia telur yang sudah diperkaya dengan omega-3. Telur yang diperkaya ini termasuk dalam telur plus-plus. Karena selain mengandung nutrisi dalam telur, juga mengandung asam lemak yang melindungi jantung.

Dengan mengkonsumsi 1.000 mg DHA dan EPA setiap hari, mengingat kebanyakan orang jarang mengonsumsi ikan. Untuk mendapatkan manfaat yang sama, disarankan mengonsumsi telur yang sudah diperkaya dan mengandung 300 mg omega-3 ini. Konsumsi telur yang sehat adalah dua butir perhari, banyak yang bisa dibuat dengan telur antara lain telur rebus jangan makan telur setengah matang karena dikhawatirkan masih mengandung bakteri salmonella, apalagi virus flu burung belum sepenuhnya dapat diatasi di Indonesia.

Sebuah survei baru-baru ini yang dilakukan di Athena, menemukan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk ayam yang dikelola pabrik adalah sekitar Rp 15 ribu per lusin (US$ 1,69), ayam bebas kandang (cage-free) Rp 27-32 ribu per lusin (US$ 2,99-3,59), sedangkan ayam organik Rp 36-49 ribu per lusin (US$ 5,38) semua dengan kurs Rp 9.000/US$.

Tapi ternyata biaya yang dikeluarkan tak sebanding dengan tingkat kesehatan yang diperoleh. Telur organik tak lebih sehat dibanding telur pabrik atau telur cage-free. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dirilis oleh Departemen Pertanian AS (USDA).

Penelitian yang dipimpin oleh Deana Jones, seorang ahli teknologi pangan, menyatakan bahwa penelitian ini tidak dirancang untuk mengeksplorasi masalah kondisi pemijahan (pengembangbiakan) terbaik untuk ayam.

Ayam pabrik adalah ayam yang dikembangbiakkan dalam kandang baterei yang membuatnya harus tetap bergerak meski penuh sesak. Sedangkan ayam buras (ayam kampung) dan ayam organik memiliki kebebasan dalam bergerak dan dibesarkan dengan tingkat pakan berkualitas tinggi, sehingga membuatnya lebih mahal.

Memang ayam kampung lebih enak dagingnya dan lebih gurih telurnya dibandingkan ayam pabrik, apalagi banyak masyarakat menganut prinsip back to nature (kembali yang alami), mari kita konsumsi telur biar sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun