Mohon tunggu...
RACHMAD YULIADI NASIR
RACHMAD YULIADI NASIR Mohon Tunggu... -

ARTIKEL TERBARU :\r\nwww.kompasiana.com/gelandanganpolitik\r\n\r\nPenulis Lepas, Saya Orang Biasa.\r\nBerasal dari tanah dan akan kembali lagi kedalam tanah.\r\n\r\nSalam untuk semua Penulis kompasiana, \r\nRachmad Yuliadi Nasir, \r\nINDEPENDENT, \r\n\r\nwww.facebook.com/rachmad.bacakoran,\r\nEmail:rbacakoran(at) yahoo (dot) com,\r\nwww.kompasiananews.blogspot.com,\r\nwww.facebook.com (Grup:RACHMAD YULIADI NASIR), \r\n(Grup:Gerakan Facebookers Berantas Korupsi Tangkap Dan Adili Para koruptor),\r\n(Grup:Gerakan Facebookers 1.000.000 Orang Visit Kilometer Nol Sabang Aceh)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perang Urat Saraf Tempo Vs Polisi

2 Juli 2010   14:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:08 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Kompasiana.com-JAKARTA)  Minggu ini Polisi membuat gebrakan dengan menangkap artis mesum pelaku video panas/video porno/video seks dari pasangan Ariel-Luna Maya dan Ariel-Cut Tari. Sekarang polisi kebakaran jenggot dengan kasus yang di angkat oleh majalah mingguan Tempo tentang rekening polisi yang mempunyai uang miliaran rupiah membuat masyarakat geleng-geleng kepala, malah saat di jual di agen-agen, majalah tersebut di borong oleh kelompok-kelompok tertentu yang di sinyalir merupakan anggota kepolisian. Polisi belum mampu menunjukan etiket yang baik dalam pemberantas korupsi sejak reformasi yang di gulirkan para petinggi polri sejak reformasi 1998. kemajuannya hanya dalam kesigapan menangani kasus, melayani perizinan, dan menjaga ketenteraman. Tapi polisi belum memenuhi dambaan masyarakat ini: memberantas korupsi di tubuhnya. Rakyat melihat gaya hidup petinggi polisi, termasuk bagaimana megahnya rumah mereka. Itu sebabnya orang tak terlalu kaget mendengar kabar tentang sejumlah pejabat polisi yang mempunyai rekening dengan jumlah fantastis. Terungkap sejumlah petinggi polisi yang biasa menerima duit satu-dua miliar rupiah dalam sehari. Ada seorang jenderal yang diguyur Rp 10 miliar dalam sekali transfer. Bahkan ada perwira yang menyimpan duit Rp 54 miliar. Deretan rekening janggal ini sebetulnya termasuk dalam 21 rekening jumbo perwira polisi yang mencuat sejak bulan lalu, tapi rincian transaksinya baru belakangan terendus. Mengintip gaji resmi perwira yang tak mencapai Rp 10 juta setiap bulan, sulit dipercaya duit diperoleh secara halal. Sudah jadi rahasia umum, makelar kasus bergentayangan di institusi penegak hukum, tak terkecuali kepolisian. Dengan segepok duit, mereka siap menggoda polisi untuk menyalahgunakan wewenang, tentu demi kepentingan klien si makelar. Apalagi lahan yang dikuasai polisi amat luas: dari korupsi, pencucian uang, pembalakan liar, penyelundupan, sampai urusan video porno. Apalagi pada 2005 telah beredar pula data rekening 15 perwira polisi yang mencurigakan, tapi sampai kini tak pernah ditelisik. Padahal, seperti temuan terbaru, hasil analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan itu juga telah dilaporkan ke Markas Besar Polri. Tak cukup ditangani oleh Divisi Profesi dan Pengamanan, pejabat polisi pemilik rekening yang janggal mesti diproses secara hukum. Mereka bisa dijerat dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Pencucian Uang-kemudian disempurnakan lewat UU Nomor 25/2003. Untuk memulai pemeriksaan, sesuai dengan undang-undang ini, penyidik tidak perlu membuktikan dulu bahwa harta itu hasil kejahatan. Bahkan penyidik berwenang pula untuk secepatnya memblokir rekening yang mencurigakan. Ribut-ribut kasus ini hingga penerbit Tempo sampai harus mencetak ulang Majalah Tempo pekan ini dengan edisi "Rekening Gendut Perwira Polisi" yang ludes diborong di Jakarta dan sekitarnya. Tiga puluh ribu  eksemplar Majalah Tempo edisi 'Rekening Gendut Perwira Polisi' kembali dicetak ulang. Pencetakan ulang ini dilakukan Tempo setelah majalah dengan edisi yang membuat banyak orang penasaran itu habis di pasaran, Senin lalu. Gaya pembelian borongan tersebut seperti menjemput bola, dengan melakukan pembelian pada Senin subuh, beberapa jam sebelum dijual pengecer ke konsumen. Mereka membeli dengan harga tinggi Rp 40.000 dari harga resmi Rp 27.000. Semua para agen dan sub agen Majalah Tempo di Jakarta melaporkan tumpukan majalah itu diborong orang yang berpostur dan berpenampilan mirip aparat keamanan. Salah satu  transaksi yang dicurigai Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan itu adalah yang dituduhkan kepada Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Kepolisian, Inspektur Jendral Budi Gunawan. Bersama anaknya, mantan ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri itu disebutkan telah membuka rekening dan menyetor masing-masing Rp 29 Miliar dan Rp 25 Miliar. Penggelapan barang bukti sepertinya mulai dimainkan pihak-pihak ini, agar masyarakat tidak bisa membacanya, tetapi untung untuk para langganan bisa sampai dengan utuh. Polri masih bersikap reaktif dalam menanggapi kritik yang disampaikan Majalah Tempo, karena menurut mereka jargon media selaku mitra polisi baru sebatas ide di langit yang belum membumi. Ternyata kita terlalu optimistis, reformasi yang dilakukan kepolisian tidak sesuai dengan kenyataan, Kapolri pernah mengeluarkan pernyataan bahwa tindakan balasan seorang perwira Polri terhadap pihak yang melontarkan kritikan termasuk dalam kategori penyalahgunaan wewenang alias abuse of power. Fakta di lapangan ketika para jenderal Polri dikritik Tempo, Mabes Polri seolah-olah seperti kebakaran jenggot. Perang urat saraf sudah di mulai oleh Tempo vs Polisi tinggal masyarakat yang akan melihat bagaimana kasus ini akan bergulir selanjutnya. Cover Majalah Tempo edisi 28 Juni-4 Juli 2010 yang bergambar polisi tengah menggiring tiga ekor babi, berjudul Rekening Gendut Perwira Polisi cukup membuat orang miris ketika melihat dan membacanya. Tempo di anggap sudah menghina dan menghujat institusi Polri, padahal selama ini Polri sudah menganggap Tempo sebagai mitra polisi yang baik. “Kita junjung tinggi kemitraan, kita mau menunjukkan sebagai mitra yang baik, tapi apakah Tempo juga mengatakan sebagai mitra yang baik, silakan saja. Kalau mitra dia tidak menghina, dia mengkritik tapi tidak menghujat, Tempo adalah mitra yang menghina,” ujar petinggi polri. Polri masih mempertimbangkan untuk menggugat Tempo baik secara pidana maupun perdata, jadi Polri masih menunggu tindakan dan niat baik Tempo. Polri juga mempertimbangkan Tempo untuk diajukan secara pidana dan perdata. Perseteruan antara Mabes Polri dan Tempo yang dipicu terbitnya majalah edisi tanggal edisi 28 Juni-4 Juli 2010, kemungkinan besar akan diselesaikan di Dewan Pers. Surat pengaduan dari Mabes Polri yang diterima Dewan Pers pada Kamis, 1 Juli 2010, selanjutnya Dewan Pers  akan mengundang kedua belah pihak untuk bertemu pada Selasa atau Kamis pekan depan. Surat undangan mediasi akan dilayangkan Dewan Pers pada Senin pekan depan. Sementara itu menunggu kedua belah pihak bertemu, Dewan Pers akan mengkaji artikel Majalah Tempo berjudul Aliran Janggal Rekening Polri serta gambar di sampul majalah yang menampilkan orang berpakaian polisi tengah menggiring tiga ekor babi yang membuat kita tergelitik. Cover Majalah Tempo edisi No.0018 Cover Majalah Tempo Bhs.Ingrris edisi No.0044 Cover Anekdot Tentang Polisi

Uang Panas

Protes babi

celengan babi akan di razia

Nabung yuk biar kaya

celengan uang dolar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun