Dari hasil survei terhadap 136.000 orang dari 132 negara yang disurvei oleh Gallup World Poll membuktikannya. Â Para responden tersebut diminta menilai hidup mereka dalam skala 0 (terburuk) hingga 10 (terbaik). Mereka ditanya tentang emosi positif dan negatif yang dialami dalam beberapa hari terakhir. Apakah kebahagiaan mereka karena merasa dihargai, karena punya teman dan keluarga yang siap membantu di saat darurat, dan seberapa bebas mereka memilih aktivitas harian, mempelajari hal baru, atau melakukan yang terbaik. Hasil analisis menunjukkan bahwa kepuasan hidup atau keyakinan bahwa semua berjalan baik, meningkat seiring dengan naiknya pendapatan. Tetapi, emosi positif ternyata lebih berkait dengan faktor lain, seperti perasaan dihargai, menikmati kebebasan, dan adanya dukungan sosial dari teman dan keluarga.
"Hasil studi ini menunjukkan bahwa semuanya bergantung pada bagaimana Anda mendefinisikan kebahagiaan karena bila Anda melihat pada kepuasan hidup, bagaimana Anda mengevaluasi apa yang sudah dicapai, kita akan melihat korelasi yang kuat antara kebahagiaan dan pendapatan," kata Ed Diener, pakar psikologi dari University of Illinois.
Sebenarnya korelasi antara emosi positif dan pendapatan sangat kecil. "Makin kaya mungkin kita akan lebih puas dengan hidup yang sudah dijalani, tapi dampaknya tidak sebesar yang kita kira dalam menikmati hidup," katanya.
Kebahagiaan memang bersumber dari diri sendiri, tetapi bukan berarti rasa bahagia itu diturunkan secara genetik. Ada beberapa faktor yang mampu meningkatkan taraf hidup menjadi lebih nyaman dan bahagia. Simak tanda-tanda berikut, apakah Anda sudah bahagia?
Banyak tersenyum;Â Sebuah studi menunjukkan, mahasiswa yang memiliki senyum terlebar dalam buku tahunan-nya ternyata lebih jarang yang bercerai dengan pasangannya. Orang yang banyak tersenyum ditengarai akan mempengaruhi suasana hati orang di sekitarnya.
Punya saudara perempuan;Â Mereka yang memiliki saudara perempuan cenderung punya kehidupan sosial yang lebih baik, lebih optimis dan punya kemampuan beradaptasi lebih baik.
Banyak aktivitas;Â Orang yang berbahagia lebih jarang menghabiskan waktu di depan televisi, begitu menurut data yang dilakukan para ahli dari Universitas of Maryland yang menganalisa data lebih dari 45.000 orang Amerika. Alih-alih menonton Televisi, mereka lebih suka menghabiskan waktu untuk bersosialisasi, membaca atau terlibat dalam kegiatan sosial.
Menyimpan souvenir;Â Orang yang menggunakan souvenir, foto/fotografer atau barang kenangan untuk mengingatkan mereka pada masa-masa bahagia yang pernah dilalui biasanya lebih bahagia dan menghargai hidup. "Kenangan indah akan mengingatkan kita betapa bahagianya kita dan membuat kita optimis akan mengalaminya lagi," kata Sonja Lyubomirsky, PhD, profesor psikologi dari Universitas California.
Rutin berolahraga;Â Orang yang rajin berolahraga jarang mengalami stres dan lebih puas dengan hidupnya. Bila dibandingkan dengan orang yang malas olahraga, para penyuka jogging memiliki risiko 70 persen lebih rendah terkena stres. Demikian menurut penelitian yang dilakukan para ahli dari Denmark.
Hubungan erat dengan pasangan;Â Keintiman fisik dengan pasangan juga berkontribusi pada kebahagiaan seseorang. Orang yang menikah dilaporkan lebih berbahagia dibanding orang yang melajang. Ini antara lain karena kebutuhan dasar manusia untuk sentuhan dan kebersamaan dengan orang yang dicintai terpenuhi.
Berteman dengan orang bahagia;Â Bergaul dengan orang yang ceria akan meningkatkan perasaan bahagia dalam diri kita, demikian menurut studi terbaru. Seberapa sering Anda berinteraksi dengan orang lain sangat berpengaruh. Karena itu, jangan tolak ajakan sahabat karib untuk menghabiskan waktu bersama week end ini.