(KompasianaBaru-Jakarta) Blokade Israel terhadap jalur Gaza secara sepihak sejak Januari 2009 telah melanggar hukum Internasional dan telah menciptakan penderitaan yang sangat mendalam dikalangan rakyat Palestina yang tidak berdosa. Aksi penyergapan Israel terhadap kapal Mavi Marmara yang membawa misi bantuan kemanusiaan Internasional ke Jalur Gaza, Palestina, pada tanggal 31 Mei 2010, juga ilegal karena dilakukan di perairan internasional. Melalui aksi penyergapan dan kekerasan tersebut, Israel kembali telah menciptakan hambatan terhadap proses perdamaian di Timur Tengah yang kini memasuki tahapan penting berkaitan dengan diluncurkannya “proximity talks”, sebagaimana di sampaikan oleh Presiden Mahmoud Abbas dalam kunjungannya ke Indonesia pada tanggal 29 Mei 2010. lima dari 12 WNI yang tergabung dalam misi kemanusiaan ke Jalur Gaza, ‘Freedom Flotilla to Gaza,’ telah diberangkatkan ke Jakarta. Empat di antaranya berangkat dari Amman, Yordania, sementara seorang lagi berangkat dari Turki. Mereka sudah tiba di Jakarta, Senin siang, 7 Juni 2010. Dua orang yang mengalami luka berat adalah Oktavianto Baharudin, yang dibawa ke sebuah rumah sakit di Istanbul, Turki, dan Surya Fahrizal, dirawat di rumah sakit di kota Haifa, Israel. Kedua korban dikabarkan dalam keadaan baik dan stabil. Saat ini belum dapat dipastikan kapan kedua aktivis ini dapat dipulangkan ke Indonesia. Sedangkan Surya Fahrizal, wartawan majalah Hidayatullah, menyusul tiba di Amman pada Minggu siang, dan langsung menjalani pemeriksaan darah untuk memastikan kondisi darah mereka benar-benar steril. Hal itu dilakukan setelah seorang relawan Turki dinyatakan positif diracuni tentara Israel. Dr. Sarbini mengatakan,"Ini merupakan prosedur umum yang biasa dilakukan para tawanan yang dibebaskan oleh Israel." Isu racun-racun pasukan Israel sudah merupakan isu Internasional. Orang-orang yang diperiksa dari tahanan Israel semua diperiksa darahnya. Relawan dari seluruh negara yang warganya ikut dalam kapal Mavi Marmara sangat mengawatirkan racun-racun Israel tersebut. "Ini kemungkinan yang dikuatirkan bisa masuk lewat makanan, minuman dan lewat transfusi darah, karena ada yang tertembak,” ujar dr. Sarbini. Sepuluh relawan Indonesia yang berada di Amman, Yordania, sudah menjalani tes darah untuk mengetahui keberadaan racun, dan hasilnya negatif. Meskipun demikian, dampak jangka panjang dari penyebaran racun radioaktif sulit untuk diketahui. Kelihatannya pasukan Israel memakai racun untuk membunuh secara perlahan-lahan dalam jangka panjang terhadap orang-orang yang berniat menembus blokade Israel atas daerah jalur Gaza Palestina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H