Taukah Anda seorang penegak hukum bisa sangat lembut di depan putrinya? Tak sedikit kita menemukan anggapan masyarakat bahwa seorang apparat penegak hukum merupakan sesosok yang tegas bahkan keras.Â
Meskipun demikian, sebenarnya mereka bisa menjadi seseorang yang hangat dan lemah lembut di hadapan putrinya. Tuntutan pekerjaan yang menuntut mereka untuk memiliki citra tegas di masyarakat namun ini tidak berlaku apabila di rumah.
Di tengah pandemi masih ada saja masalah negara yang muncul dan mengharuskan seluruh aparatur keamanan tetap menjaga kondusivitas negara. Mengawal mahasiswa dan masyarakat sipil turun ke jalan demi menyuarakan aspirasinya memang tidaklah mudah.Â
Oleh karena itu seluruh kekuatan yang ada dikerahkan untuk tetap menjaga masyarakat dan juga diri sendiri. Mereka yang dianggap tegas dan sedikit keras ternyata di hatinya pernah terlintas rasa haru dan kasihan karena harus melihat ketidak-akuran masyarakat sebangsa dan setanah air.
Anto merasa cukup beruntung. Seorang polisi dengan melati satu di pundaknya ini memiliki kisah yang menyentuh. Pagi hari di hari saat demo berlangsung ia pamit kepada putrinya untuk bertugas mengamankan masyarakat yang bertujuan menyampaikan aspirasi mereka. Anto meminta putrinya untuk tetap tinggal di rumah meskipun tahu bahwa putrinya berada di pihak yang sama dengan masyarakat tersebut.
"Saya bukannya tidak mengizinkan dia untuk menyampaikan aspirasinya, hanya saja keadaan saat ini tidak bisa menjamin bahwa saat putri saya di luar dia akan baik baik saja." Begitu kiranya alasan mengapa Anto tidak meminta putrinya untuk tetap tinggal di rumah.
Setelah sampai di lokasi, tepatnya di depan gedung Kantor Gubernur D.I Yogyakarta Anto memberi kabar kepada putrinya melalui pesan singkat sambal mengirim foto dirinya.Â
Pada saat itu keadaan cukup tenang dan sangat kondusif. Masyarakat masih ada yang berkegiatan meskipun tahu bahwa hari itu akan diadakan demo yang bisa dikatakan cukup besar. Putri  Anto yang merupakan mahasiswi di salah satu universitas swasta di Yogyakarta terus menanyakan kabar Anto selama masih berada di sekitar lokasi demo.
Anto berkata bahwa putrinya sering sekali khawatir terhadap keadaan dirinya ketika tidak di rumah. Ia sadar bahwa ia memiliki putri yang sangat perhatian terhadap orang -- orang yang disayang. Tak lama setelah menanyakan kabar Anto, putrinya mengirim pesan yang berisi informasi bahwa teman -- teman dekat putrinya ada yang mengikuti demo tersebut dan meminta Anto untuk menjaga mereka kalau terjadi sesuatu.
"Saya memang kenal dengan cukup banyak teman anak saya, mereka pun sering main dan menghabiskan waktu di rumah kami. Anak saya berpesan untuk menjaga mereka kalau -- kalau terhadi sesuatu yang tidak diinginkan." Jelas Anto.
Semuanya berjalan kondusif dan sesuai rencana sampai muncul provokasi dari provokator yang tidak jelas asalnya. Seluruh kegiatan menjadi berantakan dan masa berhamburan kemana mana.Â
Petugas yang berjaga berusaha untuk tetap mengondisikan mereka namun karena jumlah masa yang sangat besar mengharuskan mereka untuk menyemprotkan gas air mata. Seluruh mahasiswa maupun masyarakat sipil terkena imbas dari gas air mata tersebut bahkan ada yang mengalami nyeri di bagian mata dan dada.
Saat itu Anto di lokasi yang cukup jauh jaraknya dengan pendemo. Rekan -- rekan polisi Anto yang membantu mengondusifkan jalannya demo pun harus bekerja ekstra demi menjaga ketenangan pendemo dan masyarakat sekitar.Â
Saat sudah cukup tenang, Anto yang berjaga sebagai intel mendekat ke arah pendemo dan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Ia melihat dengan objektif sehingga tahu bahwa kerusuhan ini disebabkan oleh provokator yang tidak jelas tujuannya.
Saat mendekat ke arah pendemo, Anto melihat beberapa mahasiswa yang terlihat kesakitan akibat gas air mata dan meminta rekan polisinya untuk membantu mereka. Pada saat yang sama Anto mendapatkan pesan dari putrinya bahwa teman -- teman putrinya saat ini sedang berada di ambulans karena terdapat salah satu dari mereka yang sesak nafas akibat panik setalah gas air mata di tembakkan.
"Putri saya khawatir terhadap keadaan saya dan teman -- temannya. Ia memastikannya lewat pesan yang ia kirimkan. Ia meminta saya untuk tetap hati -- hati dan menengok temannya di salah satu rumah sakit apabila keadaannya memungkinkan." Jelas Anto.
Setelah semuanya dirasa sudah cukup baik dan kondusif, acara demo pun dilanjutkan hingga selesai. Anto dan rekan -- rekan polisinya tetap berjaga disana memastikan seluruhnya berjalan dengan baik. Para provokator pun telah diamankan dan dibawa ke kantor polisi terdekat. Provokator ini jelas bukan dari kalangan mahasiswa yang ingin menyampaikan aspirasi mereka melainkan hanya dari kalangan masyarakat sipil.
Setelah kegiatan demo terlaksana, Anto dan rekan -- rekannya beristirahat sambil menyantap beberapa kudapan dan bersenda gurau di lokasi yang tidak terlalu jauh dari lokasi demo tadi. Mereka saling bertukar pikiran dan cerita. Banyak sekali cerita yang sebenarnya tidak bisa dijelaskan namun hanya mereka yang mengerti bagaimana rasanya.
"Saya dan rekan -- rekan merasa seperti melihat anak kami sendiri saat melihat ke arah pendemo dari kalangan mahasiswa. Kami tahu bahwa anak -- anak kami seumuran mereka makanya kami bisa menjaga mereka sekuat tenaga kami. Kami tidak ingin orang tua yang telah menunggu mereka di rumah khawatir dengan keadaan anaknya saat ada di dekat kami." Penjelasan singkat Anto.
Perasaan memang tidak bisa dipungkiri. Sebagai petugas dan juga orang tua aparat keamanan juga menjaga para pendemo seperti mereka sedang menjaga anaknya sendiri. Inilah hal -- hal kecil yang tidak diketahui oleh masyarakat luas.Â
Citra tegas dan keras yang dimiliki oleh aparat keamanan membuat mereka terlihat garang di hadapan masyarakat. Padahal mereka sama sama manusia yang memiliki perasaan kasih saying juga. Itulah mengapa mereka juga sering menggunakan hati meskipun sedang dalam penugasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H