Mohon tunggu...
Rachma Azahra Ramadhani
Rachma Azahra Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa aktif dalam bidang Jurnalistik

Menikmati film dan buku terutama berunsur fantasi, aksi, serta thriller

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Hari Pohon Sedunia: Kita Membutuhkan Paru-Paru Dunia!

1 Desember 2021   00:25 Diperbarui: 2 Desember 2021   19:44 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh karena itu, sebagai generasi yang telah mencicipi segala hal serba digital, media sosial sangat berpengaruh untuk memersuasi masyarakat dengan membuat ajakan dalam bentuk video yang dapat menarik perhatian mereka. Selain itu, kita juga bisa meminta kesadaran lingkungan bagi "influencer" di media sosial untuk ikut menyuarakan pentingnya eksistensi pohon.

Nah, biasanya masyarakat Indonesia akan "latah" setelah melihat sesuatu yang sedang tren. "Latah" yang dimaksud yaitu ketika terdapat suatu hal yang menjadi perbincangan banyak orang, biasanya masyarakat lainnya akan ikut-ikutan untuk mencoba hal tersebut. Ketika tren yang telah diikuti banyak orang tersebut berupa ajakan untuk menanam pohon, kita dapat menyelamatkan bumi dari krisis pemanasan global sebelum sampai 2030 nanti.

Selain menanam pohon, kita juga dapat memerangi keberadaan sampah plastik yang sulit terurai. Rata-rata sampah plastik dapat terurai jika sudah melewati puluhan tahun, tentunya hal ini dapat menganggu keadaan alam terutama kesuburan tanah. Keberadaan sampah plastik yang sulit terurai dapat menghambat kesuburan tanah sehingga pemberlakuan reboisasi bagi pohon yang terdegradasi pun akan sulit untuk dilakukan.

Sama halnya dengan penggunaan listrik. Pemakaian listrik yang berlebihan dapat dijadikan peluang bagi perusahan batu bara untuk membuka lahan baru dengan cara menebang pohon sehingga eksistensi pohon akan berkurang. Maka dari itu, bukan hanya mengajak masyarakat untuk menanam pohon, melainkan tanamkan pemikiran mengenai bagaimana cara hidup berkecukupan untuk menyeimbangi keadaan alam.

Kita boleh menggunakan plastik dan listrik, tidak perlu mengikuti cara bertahan hidup seperti pada masa nenek moyang, tetapi alangkah baiknya apabila kita dapat menggunakan semua hal yang ada di alam semesta dengan bijak. Dengan demikian, alam akan kembali pulih seiring dengan bantuan yang kita lakukan untuk mengembalikan eksistensi pohon.

Mari jaga dan lestarikan paru-paru dunia tanpa harus menyalahkan orang lain. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, dari kita, untuk kita, dan oleh kita.

Selamat Hari Pohon Sedunia, 21 November 2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun