Mohon tunggu...
Rachma Alya
Rachma Alya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa dari universitas negeri padang prodi pendidikan sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Muaro Jambi: Candi, Cerita, dan Cagar Alam

30 Mei 2024   10:26 Diperbarui: 30 Mei 2024   10:27 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditulis oleh:

Rachma Alya Gunawan (23046090)

Rifa Ristisyah (23046027)

Muaro Jambi : Candi,Cerita,dan Cagar Alam


Terdapat banyak peninggalan bersejarah di Indonesia. Peninggalan ini sekaligus membuktikan bahwa Nusantara (sebutan untuk Indonesia lama) pernah memiliki abad kejayaan. Abad kejayaan ini salah satunya terjadi pada masa kerajaan di Nusantara.  Corak kerajaan yang beragaam juga menyajikan suatu karya seni yang menandakan kemakmuran wilayah teritorialnya.

Sesuai dengan jiwa zaman(zeitgeist) dari kerajaan pada masa itu, kecenderungan Religion-sentris juga mewarnai sejarah dari kerajaan di Nusantara. Salah satu peninggalan yang bersifat agama contohnya adalah candi. Menurut Jacques Dumaray Candi adalah istilah dalam Bahasa Indonesia yang merujuk kepada sebuah bangunan keagamaan tempat ibadah peninggalan purbakala yang berasal dari peradaban Hindu-Buddha .

Dalam perkembangan peradaban kerajaan Hindu-Buddha yang berlansung selama berabad-abad, terdapat banyak sekali situs Candi yang dapat kita temukan di Nusantara. Pada tulisan kali ini kami akan membawakan sebuah penjelasan mengenai salah satu candi peninggalan peradaban Hindu-Buddha di Pulau Sumatera, Candi Muaro Jambi.

Kompleks percandian ini terletak di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Indonesia, tepatnya di tepi Batang Hari, sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi. 3981 hektar1 candi dan 85 menapo atau gundukan tanah.

Bahan yang digunakan untuk membangun Candi Muaro Jambi adalah batu bata merah dan kerikil. Batu bata merah digunakan sebagai material utama untuk membangun candi, sedangkan kerikil digunakan untuk mengisi bagian tengah candi. Digunakannya material batu bata alih-alih batu andesit, merupakan sebuah kearifan lokal warga di zaman itu. Mereka tidak menggunakan batu sebagai material bangunan candi, tapi dari tanah liat, karena sumber batunya jauh. Kerikil digunakan karena lebih mudah didapatkan dibandingkan dengan batu andesit, dan berasal dari sungai Batanghari

Di dalam kompleks disekitar, terdapat 11 Candi Besar diantaranya, Candi Gumpung ,Candi Kedaton      Candi Kembar Batu, Candi Koto Mahligai, Candi Astano, Candi Gedong I, Candi Gedong II, Candi Tinggi I, Candi Tinggi II , Telago Rajo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun