Mohon tunggu...
Rachma Ziska
Rachma Ziska Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi biasa

Biasa mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kulit Si Mahkota dan Tumbuhan Penguasa Danau, Sumber Nutrisi untuk Tanaman

6 Juni 2023   21:29 Diperbarui: 6 Juni 2023   21:30 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mengkonsumsi buah nanas, pasti kita hanya memakan buahnya saja sedangkan kulit buah nanas tersebut kita buang karena sisi kulitnya yang tajam dan beranggapan bahwa kulit nanas tersebut tidak bisa digunakan. Namun tahukah kamu bahwa tumpukan kulit nanas tersebut bisa menjadi sebuah masalah jika tidak ditangani secara cepat. Limbah kulit nanas tersebut akan menghasilkan bau yang tidak sedap sehingga akan mencemari lingkungan. Dilansir dari Badan Pusat Statistik Indonesia menyebutkan bahwa pada tahun 2021 Indonesia di Provinsi Jawa Barat dari data tersebut dapat kita bayangkan betapa menumpuknya limbah kulit dari buah nanas tersebut. 

selain dari bahasan mengenai masalah limbah kulit nanas diatas, terdapat masalah lain yang perlu kita sadari yaitu gulma air. Gulma air adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan karena bisa menganggu tumbuhan ataupun hewan lainnya yang sedang dibudidaya. Salah satu gulma air yang banyak kita temui adalah eceng gondok. Laju pertumbuhan eceng gondok sangat cepat dan tidak terkendali, sehingga dapat menimbulkan banyak sekali kerugian yakni mengurangi produktivitas badan air (mengambil ruang, mengambil unsur hara yang juga dibutuhkan oleh ikan). 

Limbah kulit nanas dan laju pertumbuhan eceng gondok yang tak terkendali ternyata dapat menyebabkan dampak yang begitu besar. Dari kedua permasalahan tersebut maka kita harus memikirkan cara untuk mengolah limbah kulit nanas dan eceng gondok. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan mengolah limbah kulit nanas dan eceng gondok tersebut menjadi pupuk organik cair dengan memanfaatkan proses fermentasi. 

Berdasarkan hasil temuan yang dilakukan oleh Kusuma Pramushinta (2018) ternyata eceng gondok memiliki kandungan bahan organik sebesar 78. 47% diantaranya karbon organik 21.23% Nitrogen total 0.28%, Fosfor total 0.0011% dan Kalium total 0.016%. Berdasarkan kandungan tersebut eceng gondok bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik, karena didalam eceng gondok terdapat unsur-unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu limbah kulit nanas yang selama ini hanya dibuang percuma ternyata menurut Wijana, dkk (1991) dalam Kusuma Pramushinta (2018) kulit nanas tersebut mengandung 81,72% air; 20,87% serat kasar; 17,53% karbohidrat; 4,41% protein dan 13,65 % gula reduksi. Dengan kandungan karbohidrat, gula, dan protein yang cukup tinggi, maka kulit nanas memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk melalui proses fermentasi yang pada akhirnya akan menghasilkan kandungan  C-Organik, N, P dan K. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Kartiko, S.P et al (2021) persentase Persentase untuk tiap unsur hara memiliki nilai C Organik (3,51%), N Total (1,12%), P (0,20%) dan K (1,24%). 

Mengapa harus melalui proses fermentasi? karena melalui proses fermentasi yang dibantu oleh mikroba, yaitu dengan EM-4. EM-4 ini merupakan campuran mikroorganisme antara lain Lactobacillus sp., bakteri fosfat, Streptomyces, ragi (Saccharomyces cerevisiae) yang bertugas untuk mempercepat proses fermentasi. Adanya penambahan EM-4 maka akan terjadi proses penguraian bahan-bahan organik menjadi unsur hara yang lebih sederhana dan lebih mudah diserap oleh tanaman untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. 

Berkat bantuan pasukan mikroba inilah maka kulit nanas dan eceng gondok dapat menjadi pupuk cair organik yang sangat bermanfaat. Apakah pupuk organik cair tersebut dapat terbukti kebenarannya? Ternyata khasiat dari penggunaan pupuk tersebut telat terbukti melalui penelitian oleh Kusuma Pramushinta pada tahun 2018 lalu. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik cair dari limbah kulit nans dan eceng gondok ini efektif untuk pertumbuhan tanaman cabai dan tomat yang ditunjukkan dari adanya peningkatan jumlah daun, panjang akar dan bobot kering dair tanaman tersebut. Dengan menggunakan hasil fermentasi kulit nanas dan eceng gondok ini maka kebutuhan NPK bagi tanaman bisa didapatkan secara organik dan yang paspastinya lebih ramah lingkungan dibandingkan pupuk NPK kimia biasanya. 

Pembuatan POC dari limbah kulit nanas dan eceng gondok ini juga sangat mudah dan sederhana. Alat dan bahan yang digunakan juga mudah didapatkan. Untuk membuat POC dari limbah kulit nanas dan eceng gondok ini kita hanya perlu menyiapkan galon berukuran 20 L, selang, dan tutup galon sebagai wadah untuk menampung pupuknya nanti. Kemudian alat pendukung lainnya seperti,  pisau, lem, ember, pengaduk, blender, dan botol plastik. Adapun bahan-bahannya, 6 kg kulit nanas, 6kg eceng gondong, 12,5 L air, 1800 ml EM4 yang bisa dibeli di toko pertanian ataupun market place, dan 3,6 kg gula pasir. Setelah alat dan bahan tersebut tersedia, pembuatan pupuk organik cair dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut;.

Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah membuat reaktor terlebih dahulu. Pembuatan reaktor pupuk organik cair dapat dilakukan dengan cara berikut , Pertama lubangilah tutup galon seukuran dengan selang, selanjutnya selang dipasang pada tutup galon dan diberi lem, selang bagian luar dihubungkan dengan botol plastik berisi air dan pasangkanlah tutup pada galon yang berukuran 20 L. Setelah reaktor selesai dibuat, selanjutnya haluskan 6 kg kulit nanas dan 6 kg eceng gondok dengan menggunakan blender, kemudian masukkanlah kulit buah yang sudah dihaluskan ke dalam ember, tambahkan 3,6 kg gula dan 1800 mL larutan EM4 ke dalam ember tersebut, masukkan air sebanyak 12 liter untuk melarutkan semua bahan tersebut, Semua bahan diaduk dan dimasukkan ke dalam reaktor.  Reaktor ditutup rapat dan didiamkan selama 4 minggu. Setelah 4 minggu, pupuk organik disaring dan disimpan dalam botol tertutup. Pupuk organik cair siap untuk digunakan.Pembuatan yang sangat mudah dan sederhana tersebut tentunya bisa kita lakukan dirumah. 

Dengan demikian limbah nanas dan eceng gondok yang selama ini tidak kita gunakan bisa menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan tentunya ramah bagi lingkungan selain itu juga bisa meningkatkan nilai ekonomis jika POC dari limbah nanas dan eceng gondok ini di produksi secara massal dan diperjualbelikan. 

REFERENSI

Anita, Harimbi Setyawati, Sanny Anjarsari, Lalu Topan Sulistiyono, & Josephine Vania Wisnurusnadia. (2022). Pengaruh Variasi Konsentrasi Em4 Dan Jenis Limbah Kulit Buah Pada Pembuatan Pupuk Organik Cair (Poc). Jurnal ATMOSPHERE, 3(1), 14--20. https://doi.org/10.36040/atmosphere.v3i1.4708

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun