Melangkah tanpa permisi pada pintu
Lama ia dikunci rapat-rapat dari pengetahuanku bahkan dunia luar
Bunda membulatkan mata lebar-lebar bila tanyaku merambat ruang terkucilkan itu
Ayah meradang dengar pintaku tentang masa lalu pencetus kesunyian di baliknya
Ada tangis dan tawa tanpa diselingi kata memanggilku tengah malam tadi
Jiwa memerintahkan, "Ambil kuncinya di atas laci buku Ayah!"
Gadis kecil meringkuk memainkan boneka
Seharusnya dia tidak punya waktu untuk kemari setelah bertahun-tahun lamanya
Senyum tipis itu dilumuri air mata sucinya
"Kakak, aku rindu kamu," lirihnya buatku
Hari ketika dia pergi seperti meledakkan seluruh urat syarafku bersama-sama
Pikirku ini cuma imajinasi karena aku cengeng
Tapi toh aku membalasnya, "Aku juga."
Tidak pernah sekali pun tukasnya semasa hidupnya dulu masih di dunia aku diamkan seperti menengok patung
Malam itu aku bermimpi Sofia bermain di sudut terindah dalam hidupnya di angkasa
Dan sampai tua renta begini pun Sofia sering mengunjungiku di kamarnya
Anehnya tubuhnya masih sama mudanya seperti di tanggal kematiannya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H