Mohon tunggu...
Rachel Willyanto
Rachel Willyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

I like to listen music

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keberlanjutan Bisnis dalam Era Globalisasi

28 Maret 2024   10:50 Diperbarui: 28 Maret 2024   11:03 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya organisasi memiliki dampak yang signifikan pada perilaku dan keputusan manajerial. Para manajer, sebagai agen utama dalam menjalankan tugas-tugas organisasi, secara langsung dipengaruhi oleh budaya yang ada. Dalam budaya yang kuat, nilai-nilai dan norma-norma yang dianut secara luas memberikan panduan yang jelas bagi perilaku dan pengambilan keputusan. Sebaliknya, dalam budaya yang lemah, nilai-nilai mungkin terbatas pada sejumlah kecil individu, dan pesan yang dikirimkan bisa menjadi ambigu atau bahkan kontradiktif.

Para manajer diharapkan untuk menjadi perpanjangan dari budaya organisasi, menerapkan nilai-nilai yang dianut secara konsisten dalam pengambilan keputusan dan perilaku sehari-hari. Dalam budaya yang mendorong pengambilan risiko dan inovasi, manajer akan merasa lebih nyaman untuk mencoba pendekatan baru dan mengambil keputusan berdasarkan intuisi, sementara dalam budaya yang lebih konservatif, pendekatan yang lebih rasional dan terstruktur mungkin lebih dihargai.

Budaya organisasi juga memengaruhi bagaimana karyawan belajar dan beradaptasi. Cerita, ritual, artefak, dan bahasa simbol adalah alat-alat yang digunakan untuk mentransmisikan nilai-nilai dan norma-norma kepada anggota baru organisasi. Ini menciptakan lingkungan di mana karyawan dapat memahami ekspektasi, mempelajari cara-cara yang diterima untuk bertindak, dan mengidentifikasi diri dengan budaya tersebut.

Dalam budaya yang kuat, para manajer diharapkan untuk menjadi pilar utama dalam mempertahankan dan memperkuat budaya tersebut melalui perilaku mereka sehari-hari. Ini mencakup pengambilan keputusan yang konsisten dengan nilai-nilai organisasi, menunjukkan sikap dan perilaku yang diharapkan, dan menjadi teladan bagi karyawan lainnya. Dengan demikian, budaya organisasi bukan hanya mempengaruhi perilaku manajerial, tetapi juga menjadi fondasi bagi identitas dan kinerja organisasi secara keseluruhan.

Mendorong Perilaku Etis dan Tanggung Jawab Sosial: Tantangan dan Peluang
Dalam era bisnis yang semakin kompleks, tanggung jawab sosial dan perilaku etis menjadi sorotan utama bagi para manajer. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah melindungi pelapor atau whistleblower, yang berani mengungkapkan ketidakberesan secara internal. Program anti-pembalasan yang kuat diperlukan untuk memberikan perlindungan kepada para pelapor, memastikan bahwa kekhawatiran mereka dapat disampaikan tanpa risiko pribadi atau karier.

Selain itu, mendorong kewirausahaan sosial menjadi bagian penting dari agenda perusahaan modern. Wirausahawan sosial, baik individu maupun organisasi, mencari solusi inovatif dan berkelanjutan untuk memajukan masyarakat. Dengan memanfaatkan pendekatan praktis, mereka dapat menciptakan dampak positif yang signifikan pada sistem ekonomi, membawa penerima manfaat ke arah standar hidup yang lebih baik.

Media sosial juga memainkan peran kunci dalam mempromosikan tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan menggunakan platform ini, manajemen dapat berkomunikasi secara efektif dengan pemangku kepentingan dan memperkuat reputasi organisasi melalui pemberitaan yang transparan dan berfokus pada tindakan tanggung jawab sosial.

Tidak ketinggalan, filantropi perusahaan tetap menjadi strategi yang efektif dalam mengatasi permasalahan sosial. Melalui dukungan kegiatan sukarela untuk kepentingan publik dan pelayanan sosial, perusahaan dapat secara langsung berkontribusi pada perbaikan kondisi sosial dan menciptakan dampak positif dalam komunitas lokal maupun global.

Dalam menghadapi masalah-masalah ini, manajer perlu mengadopsi pendekatan holistik yang mencakup pembangunan program anti-pembalasan, dukungan terhadap kewirausahaan sosial, pemanfaatan media sosial secara efektif, dan pengembangan strategi filantropi yang berkelanjutan. Dengan demikian, mereka dapat memastikan bahwa perusahaan beroperasi dengan integritas, memberikan dampak positif yang nyata, dan menjaga reputasi yang kuat di mata masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun