Mohon tunggu...
Rachel Viola Sienatra
Rachel Viola Sienatra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S2 President University

Mahasiswa S2 President University

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Unik! Ini Strategi Anti Marketing Zara sampai Sekarang

27 Maret 2023   17:20 Diperbarui: 27 Maret 2023   17:30 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbeda dari perusahaan ritel lainnya yang berfokus pada iklan sebagai strategi pemasaran, Zara ternyata memakai 4 cara ini! 

Zara adalah salah satu ritel pakaian terbesar dan tersukses di dunia yang didirikan oleh perusahaan Spanyol, Inditex. Dimulai dari 1975 hingga sekarang, Zara sukses bertahan di fast-fashion industry bersaing dengan kompetitor seperti Hennes dan Mauritz (H&M), Uniqlo, dan Forever 21.

Bersaing dalam industri ritel yang kejam, beberapa perusahaan terus-menerus meningkatkan pengeluaran mereka untuk iklan agar memikat hati pembeli. Menggunakan selebritas, iklan, video, cashback, diskon, menghadirkan produk baru adalah beberapa contoh strategi pemasaran dilakukan besar besaran untuk menjadi nomor satu di industri ini.

Namun, tidak seperti kebanyakan kompetitornya Zara memiliki strategi sendiri untuk memikat masyarakat dengan tidak mengandalkan pemasaran promosi atau periklanan. Hal ini ditunjukan karena Zara hanya memakai 0,3% dari penjualan untuk promosi iklan meskipun Zara menghasilkan miliaran dolar setiap tahun. Dengan lebih dari 6.500 toko dan kehadiran daring yang berkembang, Zara telah berhasil berkembang dengan pemasaran yang minim.

Strategi pemasaran Zara difokuskan untuk menawarkan fast fashion ke basis pelanggan yang luas. Berikut ada 4 elemen yang digunakan Zara untuk mempertahankan kesuksesan dan popularitas finansial tanpa menghabiskan banyak uang untuk pemasaran dan periklanan:

1. Cepat, Bukan Pertama

Pakaian Merek Zara Foto: Instagram @zara
Pakaian Merek Zara Foto: Instagram @zara
Banyak perusahaan pakaian lain menggunakan strategi mencoba menjadi inovator mode, menjadi trendsetter, dan ingin menjadi pertama dalam menghadirkan produk fashion yang baru. tetapi dengan strategi tersebut, perusahaan menggunakan banyak uang untuk penelitian dan pengembangan agar menjadi yang pertama ke pasar.

Sebaliknya, Zara mengambil pendekatan yang sama sekali berbeda dengan fast fashion. Alih-alih mengatur trend pakaian atau menjadi yang pertama, Zara mengendarai gelombang dari apa yang saat ini populer di pasar dan menyediakan versi peniru dari merek kelas atas yang terjangkau. Desainer Zara terus-menerus meneliti dan menganalisis trend mode, yang memungkinkan mereka membuat desain dan koleksi baru dengan cepat mengikuti produk kelas atas.

Ditunjang dengan Zara mengandalkan rantai pasokan dan proses produksi yang cepat, memungkinkan mereka mendapatkan produk baru di rak dengan cepat. Pendekatan ini memungkinkan mereka untuk merespon dengan cepat terhadap perubahan trend dan permintaan pelanggan. Hasilnya, Zara berhasil mendapatkan desain baru dan memajangnya di etalase dalam kurun waktu 2 minggu saja.

2. Pendapat Pelanggan

Meminta pendapat pelanggan adalah salah satu cara Zara untuk mengetahui apa yang pembeli inginkan. Ketika seorang pelanggan mengatakan dia menyukai (atau membenci) sebuah artikel, hal ini akan dilaporkan kembali ke kantor pusat, dan dikomunikasikan kepada desainer internal, yang menerapkan umpan balik tersebut untuk pekerjaan pada masa mendatang.

Zara menggunakan manajer toko mereka yang ahli dalam fashion dan diajari cara memperhatikan apa yang dikatakan dan dilakukan pelanggan. Hal ini dilakukan untuk mencerminkan langkah apa yang perlu mereka lakukan selanjutnya. Dengan melibatkan pelanggan dalam proses desain dan peningkatan, Zara membangun loyalitas merek dengan caranya sendiri.

3. Trik Anti Strategi Pemasaran

Inilah yang membuat Zara benar-benar unik: perusahaan hanya menghabiskan sekitar 0,3% dari penjualan untuk iklan, dan tidak memiliki banyak pemasaran untuk dibicarakan. Sebaliknya, pengeluaran pemasaran rata-rata industri untuk ritel adalah 3,5%.

Namun yang menarik bagi pelanggan adalah eksklusivitasnya dan fakta bahwa merek tersebut tidak terpampang di setiap papan reklame. Pembeli merasa jika mereka membeli baju di Zara, akan mengecilkan potensi banyak orang lain memiliki banyak baju yang sama. Fakta bahwa persediaan toko sedikit membantu faktor eksklusivitas yang membuat orang langsung menyerbu Zara saat mereka mengeluarkan edisi baju saat itu.

Selain itu, edisi terbatas dan kolaborasi yang dikeluarkan Zara dengan desainer dan selebritas terkenal untuk membuat koleksi edisi terbatas, yang menghasilkan gebrakan dan kegembiraan di antara basis pelanggan mereka.

4. Pentingnya Lokasi

Meskipun Zara memiliki keuntungan ekstra yang mereka dapatkan karena tidak mengeluarkan biaya untuk iklan dan pemasaran. Tetapi, Zara berinvestasi pada lokasi dan daya tarik tokonya, yang saat ini memiliki sekitar 6.500 toko di 88 negara.

Strategi Zara dengan memilih tempat untuk meletakkan toko adalah mengidentifikasi area ritel jalan raya di kota-kota besar. Bukan di jalan biasa, Zara menargetkan tokonya dekat dengan rumah mode kelas atas untuk mengingatkan masyarakat bahwa mereka bisa membeli barang yang mirip dengan harga yang lebih terjangkau. Zara biasanya memiliki toko yang dirancang agar menarik secara visual dan mengundang pelanggan. Tata letak toko dirancang untuk mendorong pelanggan mengeksplorasi dan menemukan produk baru yang dikeluarkan.

Ilustrasi strategi pemasaran Foto: Shutterstock
Ilustrasi strategi pemasaran Foto: Shutterstock

Pada akhirnya, berbagai strategi pemasaran yang dilakukan Zara berhasil dengan melawan arus dan mengambil langkah yang berbeda dari kebanyakan kompetitiornya. Zara adalah bukti bahwa suatu merek tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk iklan sebagai strategi pemasarannya. Kebalikannya, merek dapat berhasil jika membuat daya tarik yang berasal dari eksklusivitas dan terus menawarkan produk baru seperti Zara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun