Melalui fakta tersebut, film Avengers : Endgame dapat dikatakan sebagai budaya populer. Mengapa demikian?
Perlu diketahui bahwa definisi budaya populer menurut Storey (2015), merupakan suatu produk budaya yang diminati dan memengaruhi banyak orang. Lebih lanjut, budaya populer juga berbicara mengenai kesenangan sesaat sehingga cenderung bersifat dinamis atau cepat berganti.
Pernyataan tersebut selaras dengan ciri-ciri dari film ini. Kuantitas peminat film Avengers : Endgame sangatlah banyak. Hal ini dibuktikan melalui pemutaran film tersebut di bioskop Indonesia dengan penambahan waktu tayang hingga 24 jam secara berkelanjutan dari pukul 5 pagi hingga pukul 5 pagi di hari selanjutnya.Â
Penambahan waktu tayang terjadi karena membludaknya jumlah penonton. Melalui film Avengers : Endgame yang laris di pasaran, terlihat bagaimana publik terpengaruh untuk menyaksikan film tersebut bahkan sampai berulang kali.
Selain itu, film ini juga sebagai bentuk dari industri entertainment yang hanya menawarkan kesenangan dan kepuasan sesaat. Dikatakan demikian, sebab segera setelah selesai menonton kesenangan tersebut akan hilang dan akan digantikan dengan budaya populer yang baru.
Namun siapa sangka, rupanya perilisan film Avengers : Endgame juga merupakan salah satu upaya untuk meneruskan hegemoni Hollywood di dunia pada bidang entertainment, loh.Â
Storey (2015), menyatakan bahwa konsep hegemoni merupakan cerminan bagaimana politik budaya populer berjalan. Konsep hegemoni sendiri memiliki arti yaitu politik identitas yang akhirnya di monopoli atau dikuasi oleh kelompok dominan. Selaras dengan pernyataan tersebut, Avengers : Endgame sebagai produk buatan Hollywood meraih kesuksesan besar di berbagai negara dan mampu menambah profitabilitas industri perfilman Hollywood.
Subkultur : Bohemian
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa subkultur merupakan cabang dari budaya populer. Searah dengan pernyataan tersebut, subkultur juga dapat diartikan sebagai perbedaan pendapat dengan budaya dominan yang kemudian memunculkan nilai-nilai kultural yang berbeda.Â
Pada akhirnya, subkultur mampu membentuk identitas, namun tidak populer. Sehingga subkultur hanya dapat membentuk identitas lokal, yang dimiliki komunitas tertentu (Ryan, Ingram, & Musiol, 2010).
Bohemian merupakan bentuk dari subkultur. Bohemian hadir sebagai reaksi terhadap konservatisme yang mendominasi masyarakat Eropa pada abad kesembilan belas. Kala itu, budaya yang berkembang di masyarakt cenderung otoriter konservatif yang mengutamakan kaum borjuis. Hal ini berkaitan dengan politik yang berlandaskan kapitalisme. Sehingga, kaum borjuis memiliki kekuasaan yang luas untuk menghegemoni masyarakat.