Siapa nih yang belum tahu jika Indonesia dijuluki negara maritim?
Yup, selain dijuluki negara kepulauan, Indonesia dijuluki sebagai negara maritim. Julukan negara maritim sendiri berasal dari luasnya wilayah kelautan di Indonesia. Berdasarkan Yasmin (2020), wilayah kelautan di Indonesia mencapai 6,2 km2. Artinya perbandingan wilayah kelautan Indonesia dua pertiga lebih luas dibandingkan daratannya.
Disamping itu, lautan Indonesia memiliki sekitar 950 spesies terumbu karang, 8500 spesies ikan, serta 555 spesies rumput laut. Sehingga, Indonesia mendapatkan prestasi selaku Marine Mega Biodiversity dengan wilayah terbesar di dunia. Bahkan Indonesia juga diketahui sebagai negara produsen hiu dan pari nomor satu di dunia.
Melalui hal tersebut, Indonesia memaksimalkan kekayaan lautnya melalui berbagai sektor seperti perdagangan, pelayaran, maupun industri. Sektor industri yang memanfaatkan kelautan Indonesia, salah satunya yaitu pariwisata. Tidak tanggung-tanggung, pariwisata dinobatkan sebagai penyumbang devisa negara kedua terbesar.
Nah, dengan fakta-fakta yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa kelautan Indonesia merupakan bagian yang sangat vital atau krusial terutama bagi perekonomian bangsa.
Namun, sangat disayangkan masih terdapat berbagai penyimpangan yang merugikan kelautan Indonesia. Penyimpangan yang dimaksud antara lain, perdagangan hiu secara illegal dan pengabaian nilai-nilai konservasi pada praktik pariwisata.
Lima kota besar Indonesia didapati sebagai sentra perdagangan hiu. Kota-kota tersebut, yaitu Denpasar, Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar. Perdagangan yang dikhawatirkan yaitu perdagangan hiu secara ilegal, mengingat pemerintah Indonesia memiliki berbagai bentuk kebijakan perlindungan spesies hiu tertentu.
Tidak hanya itu, praktik pariwisata melalui daerah-daerah konservasi terkadang masih mengabaikan nilai-nilai konservasi. Contohnya seperti mengizinkan wisatawan untuk mengangkat binatang yang dilindungi saat berfoto, membiarkan wisatawan berenang dengan menginjak terumbu karang, kurangnya pengawasan terhadap pembuangan sampah yang dilakukan wisatawan dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut tentu akan berdampak buruk bagi ekosistem laut.
Menyadari penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, komunitas Marine Buddies tergerak untuk meminimalisir kerusakan ekosistem laut.
Siapa Sebenarnya Komunitas Marine Buddies?
Jika pertanyaan tersebut dilontarkan kepada saya, mungkin awalnya saya akan menjawab jika komunitas Marine Buddies (MarBud) merupakan komunitas kecil yang berfokus kepada pembahasan ekosistem laut yang dipenuhi sampah. Persepsi tersebut timbul sebab konten yang dibagikan dalam akun Instagram official Marbud yaitu @marinebuddies, dominan menyajikan informasi seputar sampah yang membahayakan laut.
WWF Indonesia secara khusus membentuk komunitas Marine Buddies di berbagai daerah di Indonesia, dengan tujuan untuk meningkatkan awareness anak muda untuk lebih menjaga laut Indonesia khususnya pada wisata bahari. Dalam pencapaian tujuan tersebut, MarBud tidak hanya menyelenggarakan bentuk kegiatan sosial, namun juga kegiatan yang bersifat edukatif.
Sebab komunitas ini tersebar di berbagai daerah, kelompok beserta saya memutuskan untuk bergabung dengan komunitas MarBud daerah Denpasar, Bali. Latar belakang keputusan tersebut, sebab Bali merupakan daerah dengan jumlah pantai terbanyak di Indonesia serta pemasok devisa negara terbesar melalui bidang pariwisata.
Komunitas dengan Totalitas Tinggi
Setelah berdinamika dengan MarBud Denpasar selama kurang lebih dua minggu, saya kagum akan kegigihan dan totalitas yang dihasilkan oleh komunitas ini. Komunitas sangat konsisten untuk mewujudkan laut bebas sampah, bahan peledak, dan eksploitasi.
MarBud Denpasar secara rutin mengadakan beach cleaning setiap minggunya selama 5 tahun kebelakang di berbagai pantai daerah Bali. Selain itu, komunitas juga secara teratur mengadakan kampanye, workshop, sosialisasi, talkshow, nobar (nonton bareng), dan pelatihan yang berkaitan dengan isu kelautan.
Komunitas yang Cepat Tanggap dan Tangkas
Walaupun pandemi sedikit menyulitkan komunitas, komunitas tidak menyerah begitu saja dan tetap berupaya untuk bangkit kembali. Pandemi menyebabkan komunitas kehilangan lebih dari 50 anggotanya, sehingga saat ini komunitas hanya terdiri dari sekitar 20 anggota aktif.
Untuk mengatasi kesulitan tersebut, komunitas dengan segera mengalihkan kegiatan-kegiatan rutinnya agar dapat dilaksanakan secara online. Selain itu, akhir-akhir ini komunitas juga membuka kegiatan volunteer dengan tujuan untuk menggait anggota baru.
Ketangkasan dan kecepatan respon komunitas terbukti sejak awal saya beserta kelompok berkomunikasi. Keterbukaan dan keramahan komunitas sangat membantu kami dalam berdinamika bersama.
Semoga dengan artikel ini, teman-teman dapat tergerak juga untuk turut serta menjaga ekosistem laut bersama Marine Buddies.
DAFTAR PUSTAKA
Yasmin, P. (2020, Agustus 7). Kenapa Indonesia disebut negara kepulauan atau maritime, ini penjelasannya. Detik Travel. Diambil dari Detik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H