Mohon tunggu...
Rachel Naja
Rachel Naja Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan seorang mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Saya suka menulis dan juga membagikan ide-ide saya melalui tulisan tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Dampak Perceraian Terhadap Anak: Peran Keluarga dalam Proses Pemulihan Emosional

17 Desember 2024   00:39 Diperbarui: 17 Desember 2024   00:56 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah orang tua bercerai, dampaknya terhadap perkembangan dan pendidikan anak akan berbeda karena anak-anak yang masih bersekolah biasanya sangat membutuhkan bimbingan dari orang tua mereka. Perceraian orang tua menjadi masalah besar bagi anak-anak karena mereka tetap membutuhkan kasih sayang dan bimbingan selama proses pertumbuhan mereka. Suasana rumah tangga sangat penting bagi kesehatan mental anak; jika rumah tangga berantakan, orang tua yang suka berkelahi, atau orang tua yang berbicara kasar, anak-anak dapat menjadi lebih cemas.

Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa semua pengalaman yang dialami anak dari usia dini hingga dewasa memengaruhi kehidupan mereka di kemudian hari. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang penuh dengan gangguan di rumah biasanya mengalami trauma dan memiliki dampak negatif pada kehidupan mereka . Ketika kedua orang tua bercerai, tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya tidak berhenti. Orang tua masih berkewajiban untuk membayar biaya hidup, memberikan tempat tinggal yang layak, dan memberikan kiswah bagi anak-anaknya, sehingga anak-anaknya dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya .

2.KEPRIBADIAN ANAK PASCA PERCERAIAN

Salah satu fungsi sosialisasi yang terbentuk dalam keluarga adalah membentuk kepribadian anak. Dimana anak-anak dipengaruhi oleh interaksi sosial dalam keluarganya dalam mempelajari pola sikap, perilaku, kepercayaan, cita-cita, dan nilai-nilai masyarakat sebagai bagian dari perkembangan kepribadiannya. Selain itu, budaya atau kebiasaan baik dalam keluarga juga mempengaruhi pertumbuhan anak agar menjadi orang yang memiliki sikap positif dan mulia saat berinteraksi dengan orang lain .

Stres yang signifikan bagi anak dan remaja ditunjukkan oleh perceraian orang tua, yang memiliki konsekuensi negatif hingga dewasa. Masalah kesehatan mental diperkirakan akan muncul pada remaja yang mengalami banyak tekanan selama perceraian. Remaja yang berasal dari keluarga yang bercerai memiliki harga diri yang lebih rendah dibandingkan dengan remaja yang berasal dari keluarga yang tetap bersatu. Selama masa remaja, seseorang mengalami egosentrisme, yang berarti mereka percaya bahwa orang lain akan memperhatikan mereka. Akibatnya, ketika orang tuanya bercerai, mereka merasa malu karena keluarga mereka tidak lagi lengkap.

Remaja yang mengalami perceraian orang tua percaya bahwa mereka adalah orang yang buruk, dipandang rendah oleh orang lain, dan memiliki pengaruh buruk. Remaja sering mengatakan mereka ingin menikah. Remaja percaya bahwa perilakunya yang bermasalah menyebabkan pertengkaran dan perceraian antara orang tuanya. Selain itu, sebagian besar remaja menyatakan bahwa mereka sekarang lebih mampu hidup sendiri. Anak-anak dari keluarga yang bercerai akan lebih cepat dewasa, bertanggung jawab, dan berani mengambil keputusan sendiri daripada anak-anak dari keluarga yang utuh.

Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa melepaskan orang tua menghadirkan tanggung jawab tambahan, seperti mengambil lebih banyak pekerjaan rumah, mengurus saudara yang lebih kecil, membantu ibu dan ayah, dan berbagai tanggung jawab lainnya .

KESIMPULAN

Dampak perceraian terhadap anak-anak dan peran keluarga dalam proses pemulihan emosional sangatlah penting. Pernikahan adalah ikatan suci yang bertujuan untuk membangun keluarga yang langgeng dan bahagia, tetapi konflik sering kali muncul yang berujung pada perceraian. Perpisahan ini dapat memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap perkembangan dan kesehatan mental anak-anak, mempengaruhi keputusan, harga diri, dan kepribadian mereka secara keseluruhan. Tanggung jawab orang tua terhadap anak-anak mereka tidak berakhir dengan perceraian; mereka harus terus memberikan dukungan dan bimbingan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Anak-anak yang dibesarkan dalam rumah tangga yang berantakan rentan terhadap trauma dan masalah psikologis, menyoroti pentingnya lingkungan keluarga yang stabil dan penuh kasih sayang untuk kesejahteraan dan kesuksesan masa depan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Sati, "Mengelola Konflik Dalam Rumah Tangga", Jurnal el-Qanuniy: Jurnal Ilmu-Ilmu Kesyariahan dan Pranata Sosial, Vol. 6, No. 2, (Desember, 2020), 161. https://jurnal.uinsyahada.ac.id/index.php/elqanuniy/article/viewFile/3133/pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun