“Tiba di Ranai, Natuna”
“Wahai Pengajar Muda, maka selayaknya benih yang ditebarkan ke seluruh penjuru Republik ini, mekarlah dimanapun kau ditempatkan”
~Indonesia Mengajar~
Tanggal 20 Desember 2015, tepat pukul 2 pagi kami pengajar muda angkatan XI telah siap di dalam bus yang akan membawa kami ke Airport Soekarno Hatta. Ya, kami akan berangkat ke tempat penempatan kami masing-masing. Saya sendiri bergabung dengan 9 sahabat lainnya akan flight ke Batam. Setibanya di Airport, kami langsung melakukan check in dan memasukkan bagasi. Setelah proses bagasi selesai, kami berkumpul bersama tim penempatan daerah lain dan para pendamping untuk saling memberi semangat. Tepat pukul 06.05 kami dipersilakan memasuki tubuh burung besi ‘Garuda Indonesia’ untuk flight ke Batam. Yes, the journey has began….
Yeiyyy… We have arrived! Hang Nadim International Airport Batam menjadi pelabuhan pertama kami sebelum menuju tempat kami akan “belajar” selama satu tahun, Kabupaten Natuna.
Kami menginap semalam di Batam karena tidak tersedia penerbangan hari minggu ke Ranai, Natuna. Kami menghabiskan waktu di Batam dengan mengunjungi Nagoya Hill untuk sekedar melihat-lihat dan berbelanja beberapa kebutuhan alat elektronik dan alat tulis. Malamnya kami mencoba makan malam di sebuah restoran India. Berbagai nama menu khas India terpampang, berbekal sedikit penjelasan dari pegawai restoran kami mulai memesan. Setelah pesanan datang, kami mulai menikmati menu masakan India yang penuh dengan rempah.
Keesokan harinya, tepat pukul 06.30 WIB kami beranjak dari hotel menuju Airport untuk melanjutkan penerbangan ke Ranai, Natuna. Penerbangan kami tempuh dalam waktu 1 jam 50 menit. Dannnnn…. mendaratlah kami di Ranai, Natuna, Pulau terdepan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saya melongo sesaat setelah keluar dari tubuh si burung besi. Ya, saya di Natuna! Pulau yang sedang ribut diberitakan diperebutkan oleh negara tetangga. Saya memandang sekeliling, nampak Gunung Ranai menjulang dengan awan menyelimuti pinggangnya. Tak lama seorang tentara mengarahkan kami agar keluar dari landasan pacu, saya berjalan menuju gerbang masuk yang bertuliskan, “Selamat Datang Di Natuna Pulau Terdepan NKRI”.
Tempat kami mendarat di Ranai, Natuna, jangan dibayangkan berupa bandara yang memiliki terminal kedatangan dan barang bagasi yang keluar dari alat pemutar barang, tempat kami mendarat ini adalah pangkalan TNI AU yang “terminal” bandaranya berupa pondok beratap tanpa dinding dan barang kami dikeluarkan dari mobil boks dan sejauh mata memandang, lautan mengelilingi dengan ombaknya yang menggulung-gulung.
Kami dijemput oleh bapak-bapak dari dinas pendidikan dan sebagian dari kami di antar ke hotel dan sebagian lagi di antar ke kantor Bupati. Saya sendiri berada di kelompok yang diantar ke kantor Bupati.
Kantor Bupati di Ranai ini terletak di puncak bukit dan kantor-kantor beberapa dinas berada di kompleks ini, beberapa kantor dinas ada di areal kompleks Mesjid Agung Natuna. Di Kantor Kepala Dinas Pendidikan kami melakukan pertemuan pendahuluan dengan Kepala Dinas Pendidikan, pak H. Agus Supardi. Kami di sambut hangat dan mulai melakukan perkenalan. Pak Kepala Dinas pun meminta nomer kontak kami masing-masing agar mudah dihubungi dan berkoordinasi. Setelah pertemuan hangat itu, kami pun diantar ke hotel untuk beristirahat sejenak.
Bersambung......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H