ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) merupakan implementasi dari ASEAN Indo - Pasific Forum. ASEAN Indo - Pasific atau AOIP adalah sebuah kerangka kerja strategis yang diluncurkan oleh ASEAN pada tahun 2019 untuk memperkuat kerja sama kawasan Indo-Pasifik secara inklusif, damai, dan seimbang.Â
AOIP bertujuan untuk mengintegrasikan visi ASEAN terhadap Indo-Pasifik dengan menekankan prinsip-prinsip seperti sentralitas ASEAN, penghormatan terhadap hukum internasional, kerja sama inklusif, dan keberlanjutan. AOIP sendiri memiliki empat fokus utama yaitu : Kerja Sama Maritim, Konektivitas, Pembangunan Berkelanjutan, dan Ekonomi dan Kerja Sama Lintas Kawasan.
AOIP sendiri mulai dibentuk pada tahun 2018 pada KTT ASEAN ke - 34 di Bangkok, Thailand. AOIP ini dibentuk dengan harapan dapat menjalin kerja sama yang inklusif dan menjaga keseimbangan di Indo - Pasific.Â
ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) pertama  dibentuk pada  pertama kali diperkenalkan pada KTT ASEAN ke-43 di Jakarta, Indonesia, pada September 2023. AIPF sendiri dibentuk sebagai wadah dalam implementasi AOIP itu sendiri melalui proyek yang konkret dan dialog multilateral.Â
AIPF sendiri memiliki banyak sekali agenda yang dapat dilaksanakan seperti memperkuat posisi sentralisasi dari ASEAN, menjaga ketahanan ekonomi di ASEAN, wadah dialog bagi pihak eksternal di ASEAN seperti Jepang dan Amerika Serikat.Â
Contoh konkret proyek yang dibuat oleh AIPF adalah Green Infrastructure and Resilient Supply Chains. Rencana ini adalah rencana berkelanjutan yang harapannya akan terus berlanjut hingga tahun 2030. Alasan mengapa proyek ini dibentuk adalah karena kekhawatiran dari dampak perubahan iklim yang semakin ekstrem.Â
Selain itu, proyek infrastruktur hijau sangat penting bagi keberlangsungan ekosistem kawasan terutama di ASEAN. Selain itu dengan dibentuknya proyek ini, ASEAN ingin memanfaatkan tren investasi global yang berkelanjutan untuk menarik investor asing dan perusahaan swasta internasional.Â
Selain fokus pada infrastruktur hijau, proyek ini juga berfokus pada keberlangsungan rantai pasok global. Karena pada Pandemi Covid yang terjadi mulai tahun 2020, pasokan global mulai mengkhawatirkan sehingga ASEAN membentuk proyek ini sebagai respon dari perhatian mereka dalam menjaga ketahanan rantai pasok yang tetap terjaga, kuat, dan terintegrasi.Â
Pada awal implementasinya, proyek ini memiliki dampak positif pada kawasan seperti Komitmen pendanaan dari mitra internasional, termasuk $10 miliar dari Jepang untuk mendukung infrastruktur digital dan logistik.. Hal ini merupakan hal yang baik karena proyek ini menarik investasi dari pihak eksternal yang harapannya bisa membangun ASEAN menjadi lebih baik dan berkelanjutan.Â
Dampak pada lingkungan adalah Proyek-proyek yang sedang berjalan diperkirakan akan mengurangi emisi karbon sebesar 20% di sektor transportasi ASEAN pada 2030. Dampak pada sektor ketahanan rantai global adalah Peningkatan efisiensi logistik mempercepat pengiriman barang antara negara-negara ASEAN, meningkatkan perdagangan intra-ASEAN sebesar 5% pada tahun pertama implementasi.
Selanjutnya adalah proyek yang tak kalah penting masih terkait dengan penghijauan adalah Sustainable and Innovative Financing. Alasan mengapa proyek dibuat adalah karena ASEAN mengalami tantangan dalam mengakses dana yang cukup untuk membangun infrastruktur hijau dan transisi energi sehingga dibutuhkan mekanisme pembiayaan inovatif untuk menarik investor.Â