Mohon tunggu...
Rachel Qurrotu Aini A.
Rachel Qurrotu Aini A. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Rachel Qurrotu 'Aini Alexandria 23107030053

meongg

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Self Affirmation: Fakta Psikologis atau Sekadar Basa-Basi Belaka?

12 Juni 2024   17:52 Diperbarui: 12 Juni 2024   19:12 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Positive affirmations atau afirmasi positif telah menjadi bagian dari budaya populer dan praktik pengembangan diri. Banyak yang percaya bahwa mengulang afirmasi positif setiap hari dapat meningkatkan kepercayaan diri, kesejahteraan emosional, dan produktivitas. Namun, apakah klaim ini didukung oleh fakta psikologis atau sekadar basa-basi belaka?

Positive affirmations dapat dikatakan sebagai pernyataan positif yang diulang-ulang dengan tujuan untuk memengaruhi pikiran bawah sadar dan mengubah pola pikir negatif menjadi positif. Contoh dari afirmasi positif adalah, "Saya mampu mencapai tujuan saya," atau "Saya layak mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan." Praktik ini sering digunakan dalam konteks terapi, pengembangan diri, dan motivasi.

Teori self-affirmation, yang diperkenalkan oleh Claude Steele pada tahun 1988, merupakan dasar utama dari praktik positive affirmations. Menurut teori ini, individu memiliki kebutuhan mendasar untuk mempertahankan integritas diri dan keyakinan bahwa mereka adalah orang yang kompeten dan berharga. 

Ketika keyakinan ini terancam, individu dapat menggunakan self-affirmation untuk memulihkan rasa harga diri mereka dengan mengingatkan diri sendiri tentang nilai-nilai positif mereka. Ini disebut Neuroplastisitas. Neuroplastisitas sendiri merupakan kemampuan otak untuk berubah dan beradaptasi sebagai respons terhadap pengalaman baru. 

Prinsip ini menyatakan bahwa dengan mengulang-ulang afirmasi positif, kita dapat membentuk ulang jalur saraf dalam otak kita, menggantikan pola pikir negatif dengan yang positif. Ini berarti bahwa praktik afirmasi positif dapat memiliki dampak jangka panjang pada cara kita berpikir dan merespons situasi. Dalam beberapa artikel dan karya ilmiah terdapat penelitian terkait dengan positive affirmations dan self-affirmation:

  • Claude Steele pengenal teori self-affirmation pada tahun 1988. Teorinya menekankan bahwa individu memiliki kebutuhan mendasar untuk mempertahankan integritas diri dan menggunakan self-affirmation untuk memulihkan rasa harga diri ketika terancam.
  • J. David Creswell meneliti efek self-affirmation dalam mengurangi stres fisiologis dan meningkatkan pemecahan masalah di bawah tekanan.
  • Steven K. Nelson Meneliti bagaimana self-affirmation dapat mengaktifkan bagian otak yang terkait dengan penghargaan diri dan pengaturan emosional.
  • Geoffrey L. Cohen meneliti dampak self-affirmation dalam meningkatkan performa akademik, khususnya dalam mengurangi kesenjangan prestasi rasial.
  • Joanne V. Wood meneliti efek afirmasi positif pada individu dengan self-esteem rendah, menemukan bahwa afirmasi positif dapat memperburuk kondisi bagi mereka.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa self-affirmation dapat membantu individu mengatasi stres dan meningkatkan performa. Misalnya, sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal sains oleh Creswell et al. (2005) menemukan bahwa self affirmation dapat mengurangi respon stres fisiologis dan meningkatkan pemecahan masalah di bawah tekanan.

lemonilo.com
lemonilo.com

Penelitian yang dilakukan oleh Nelson (2014) di jurnal Social Cognitive and Affective Neuroscience menunjukkan bahwa self-affirmation dapat mengaktifkan bagian otak yang terkait dengan penghargaan diri dan pengaturan emosional. Studi ini menunjukkan bahwa afirmasi positif dapat meningkatkan kesejahteraan emosional dan membantu individu mengelola emosi negatif dengan lebih efektif. 

Penelitian juga menunjukkan bahwa afirmasi positif dapat meningkatkan performa akademik dan kerja. Cohen et al. (2006) menemukan bahwa siswa yang melakukan self-affirmation memiliki performa akademik yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak. Hasil serupa ditemukan dalam konteks tempat kerja, di mana karyawan yang menggunakan afirmasi positif melaporkan peningkatan motivasi dan produktivitas.

Salah satu kritik utama terhadap positive affirmations adalah bahwa mereka mungkin tidak efektif bagi individu dengan self-esteem rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Wood et al. (2009) menunjukkan bahwa afirmasi positif dapat membuat individu dengan self-esteem rendah merasa lebih buruk, karena pernyataan positif tersebut bertentangan dengan keyakinan negatif mereka tentang diri sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun