Tanaman, seperti halnya manusia dan hewan yang dapat merespons stres dalam lingkungannya. Salah satu respons yang menarik perhatian peneliti baru-baru ini adalah bahwa beberapa tanaman dapat merespons stres dengan "berteriak". Ini mungkin terdengar seperti ilmu fiksi, tetapi ada bukti yang menunjukkan bahwa tanaman dapat mengirimkan sinyal suara yang dapat dideteksi oleh manusia dan hewan.
Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Trends in Plant Science pada tahun 2021 menunjukkan bahwa tanaman bisa merespons stres dengan cara yang mengejutkan yaitu dengan berteriak.Â
Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Trends in Plant Science pada tahun 2019 menunjukkan bahwa tanaman dapat menghasilkan suara yang sangat lemah ketika mengalami stres, seperti ketika diserang oleh hama atau saat kekurangan air. Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga yang mempelajari ilmu biologi, penemuan ini sangat menarik dan memicu rasa ingin tahu yang tinggi.
Penemuan ini dilakukan oleh sekelompok peneliti dari Tel Aviv University, yang menggunakan perangkat mikrofon sangat sensitif untuk merekam suara yang dihasilkan oleh tanaman Arabidopsis thaliana yang mengalami stres.Â
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman ini menghasilkan suara dengan frekuensi yang sangat rendah, sekitar 20-100 kHz. Meskipun suara ini sangat lemah dan sulit didengar oleh manusia, peneliti berharap penemuan ini dapat membantu dalam mendeteksi stres pada tanaman dan memberikan perawatan yang tepat.
Studi lain yang dilakukan oleh tim peneliti di University of Missouri menunjukkan bahwa tanaman tomat dapat mengeluarkan suara ultrasonik ketika mereka mengalami stres akibat serangan serangga.Â
Para peneliti menggunakan mikrofon untuk merekam suara dari tanaman tomat yang diserang oleh ulat grayak dan menemukan bahwa suara yang dikeluarkan oleh tanaman, berbeda dari suara yang dikeluarkan dalam kondisi normal.Â
Mereka juga menemukan bahwa suara yang dikeluarkan oleh tanaman yang diserang oleh ulat grayak dapat meningkatkan daya tarik bagi predator alami ulat tersebut, yaitu lalat pemangsa. Namun, belum jelas apakah suara yang dikeluarkan oleh tanaman dalam situasi stres ini memiliki efek yang bermanfaat bagi tanaman itu sendiri.
Sebagai mahasiswa biologi di Universitas Airlangga, saya percaya bahwa penemuan ini sangat penting dalam memperkuat pemahaman kita tentang kehidupan tanaman. Tanaman bukanlah makhluk yang statis dan tidak merasakan apa-apa, melainkan makhluk hidup yang merespons lingkungan sekitarnya.Â
Penemuan ini membuka jalan untuk penelitian lebih lanjut tentang mekanisme komunikasi antar tanaman, serta memberikan pemahaman baru tentang bagaimana tanaman merespons stres dan lingkungan.
Dalam opini saya, sebagai mahasiswa biologi, saya merasa bahwa penting untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan dan ekosistem yang sehat.Â
Kita harus memperlakukan tanaman dan makhluk hidup lainnya dengan empati dan menghargai keberadaan mereka. Penemuan ini juga menunjukkan bahwa kita harus memperhatikan kebutuhan tanaman dan lingkungan sekitarnya, dan memberikan perawatan yang tepat agar tanaman dapat tumbuh dengan sehat dan produktif.
Di sisi lain, saya dapat membahas lebih detail tentang mekanisme yang memungkinkan tanaman untuk menghasilkan suara ketika mengalami stres. Saya juga dapat mempertimbangkan untuk membahas dampak dari stres pada tanaman dan bagaimana penemuan ini dapat membantu kita dalam memahami lebih lanjut tentang proses fisiologis yang terjadi dalam tanaman.Â
Selain itu, saya dapat membahas implikasi praktis dari penemuan ini, seperti pengembangan teknologi baru untuk mendeteksi stres pada tanaman dan meningkatkan produktivitas pertanian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H