“Halo Rio, ada apa?”
“Luis, dikau melewati Tebetkan? Raca rumahnya di Tebet menunggu aku jemput tapi banku pecah. Kasihan dia menunggu lama. Dikau angkutlah. Raca tak diantar suaminya!”
Telepon ditutup tanpa permisi. Tak lama sms pun sampai dengan alamat rumah Raca. Sepanjang ke rumah Raca, dia mengingat-ingat siapa Raca. Tak sadar Luis sudah sampai di alamat yang dituju. Rumah yang cukup megah bercat warna abu-abu dan hitam terlihat memesona. Tak lama seorang wanita tersenyum ceria membuka pagar rumah sambil menatap mobil Luis. Anggun dan manis dengan hijab berwarna hitam. Luis keluar dari mobil. Wanita itu terlihat heran dengan wajah Luis. Luis menghampirinya.
“Luis.” sambil mengulurkan tangannya.
“Raca.” menerima uluran tangan Luis.
Tanpa basa-basi Raca mengambil tas dan menutup gerbang rumahnya. Mereka berjalan menuju mobil.
Selama perjalanan ke puncak, canda tawa mengiringi perjalanannya. Mereka bukan membicarakan masa SMA, mereka hanya bercerita. Raca dengan umur 53 masih terlihat bugar dan ceria. Luis terlihat nyaman dengan apa yang sedang mereka bicarakan. Luis merasa berbeda dengan hari ini. Luis merasa aneh dengan hari ini. Dia tidak mengenal betul Raca pada masa SMA maupun masa sekarang. Semua mengalir saja. Raca terlihat tak peduli jika Luis tak mengenal betul dirinya saat SMA. Canda, tatapan, dan sentuhan selama perjalanan ke puncak membuat Luis makin nyaman suasana itu. Raca dengan celotehannya membuat Luis merasa diperhatikan dan dirindukan. Luis semakin heran. Siapakah dia? Raca nama yang hampir tidak pernah dia dengar saat SMA dulu.
Sesampainya di tempat reuni, Raca dan Luis tak terpisahkan. Mereka selalu berdua. Luis tidak peduli dengan Mario sahabatnya atau teman yang lainnya. Luis sedang merasakan kenyamanan hatinya dengan Raca. Begitu pun Raca. Entah apa yang merasuki tubuh mereka, rasa nyaman sedang mereka gali. Seharian reuni, mereka selalu berdekatan. Raca terlihat sangat senang memberikan perhatian kepada Luis. Luis pun terkagum-kagum dengan keceriaan Raca. Luis tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Tak merasakan hal ini bahkan dengan istrinya.
“Aneh sekali!” gumam Luis.
Tatapan Raca selalu membayangi Luis hingga sesampainya di rumah. Luis seperti melihat Dewi Afrodit di tubuh Raca. Luis tak bisa menahan segala rasa. Berminggu-minggu bayangan Raca menghantuinya. Dengan keberaniannya, Luis mengajak Raca untuk bertemu.
“Kamu tahu, aku tak bias melupakan semua kejadian hari itu!”