Menjadi seorang guru itu sudah pasti bekerja untuk dirinya, keluarga, dan bangsanya. Nah saya adalah seorang guru yang sangat kebetulan guru bahasa Indonesia. Selama hampir sepuluh tahun saya mengajar bahasa Indonesia. Bagi saya tidak mudah menumbuhkan rasa cinta anak-anak kepada bahasa Indonesia. Pertanyaan yang sering muncul dari anak-anak yaitu "Mengapa belajar bahasa Indonesia? Apa pentingnya?" Pertanyaan yang sering terngiang di telinga saya. Jawaban saya yaitu dengan kembali melemparkan pertanyaan "Apa yang terjadi jika bahasa Indonesia tidak diajarkan di sekolah? akan hilangkah?" Jawaban anak-anak beragam dan saya membiarkan mereka untuk berpikir.
Namun hal itu berubah semakin menegangkan ketika saya pindah mengajar di sebuah sekolah internasional. Sekolah internasional bagi saya adalah momok karena saya sangat yakin bahwa di sekolah internasional itu harus fasih berbahasa Inggris sedangkan saya sangat minim menulis dalam bahasa Inggris apalagi berbicara menggunakan bahasa Inggris. Kali ini momok itu saya lupakan. Dengan percaya diri saya mencoba untuk mengajar di sekolah itu dengan modal pernyataan "Saya harus konsisten terhadap bahasa yang saya ajarkan". Pimpinan sekolah tersebut menerima saya dengan tangan terbuka. Saya salut dengan pimpinan sekolah tersebut karena beliau merasa prihatin terhadap siswanya yang tidak tahu banyak tentang Indonesia padahal beliau berasal dari India. Saya pikir ini benar-benar sebuah tantangan buat saya karena saya mengajar bahasa Indonesia di primary (sekolah Dasar) yang sudah tentu sangat minim kosakata. Bukan hanya itu tantangannya, saya juga diberikan kepercayaan untuk mengajar PPKn. "Luar Biasa" , batinku.
Sudah tiga bulan saya mengajar di Bunda Mulia International School. Awal mengajar, sebagian besar siswa mengatakan "Ms, I can speak bahasa Indonesia, but I can't write bahasa Indonesia". Pernyataan itu terbukti ketika bulan pertama saya mengajar. Sungguh sulit memberikan pemahaman kepada mereka namun itu tidak menyurutkan semangat saya. Aku berikan latihan-latihan yang sangat mudah kepada mereka. Saya tidak memaksakan anak untuk paham namun saya sangat yakin mereka akan paham jika mereka sering menggunakan kosa kata bahasa Indonesia karena bahasa adalah sebuah konteks. Ada hal yang sangat menarik ketika sekolah memberikan saya tugas setiap minggu untuk memberikan tes kosa kata bahasa Indonesia. Seperti pada gambar di bawah ini.
Ada pun bentuk- bentuk pembelajaran yang saya gunakan.
[caption id="attachment_345616" align="aligncenter" width="563" caption="Memahami penulisan nama binatang"]
[caption id="attachment_345617" align="aligncenter" width="567" caption="Melengkapi puisi dari lagu "]
[caption id="attachment_345618" align="aligncenter" width="566" caption="Kamus Bergambar"]
Nah itu dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Bagaimana dengan PPKn? Mengajar PPKn lebih sulit lagi karena pemahaman bahasa Indonesianya rendah. Siswaku lebih mengenal Singa dan Dragon yang merupakan lambang negara lain. Namun siswa Bunda Mulia International School sangat antusias mengenal ideologi bangsanya. Mereka senang menghapal butir-butir pancasila. Mereka juga senang bernyayi Garuda Pancasila. Ketika saya mengajar tentang sila ketiga, saya memberikan gambaran bahwa begitu beragam dan indahnya Indonesia, maka tak ada kata "Indonesia itu jelek". Siswa-siswaku setuju untuk itu
[caption id="attachment_345619" align="aligncenter" width="596" caption="Persatuan Indonesia"]
Ada hal yang membuat saya tersentuh yaitu ketika BMIS menjadwalkan seluruh siswa untuk berkumpul dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Padahal di sekolah Nasional sudah banyak yang meninggalkan hal itu. Bukan hanya itu, BMIS akan mengadakan konser tentang "Indonesia" pada bulan Desember. Sesuatu yang WOW bagi saya. Marilah kita lakukan hal sekecil apa pun untuk Indonesia. Salam Indonesia
Jakarta, 2 Oktober 2014 @ratihraca
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H