Mohon tunggu...
Rabiatun Rabbaniyah
Rabiatun Rabbaniyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seseorang yang ingin berbagi pengetahuan

Yuk sebar kebaikan dengan cara menulis opini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Paradigma Pendidikan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas serta Pemanfaatan Teknologi sebagai Alat Bantu

6 Juni 2021   15:34 Diperbarui: 6 Juni 2021   15:37 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mereka tentu juga membutuhkan GPK atau guru pendamping khusus disekolah inklusi. Oleh karena itu pemerintah wajib menyediakan sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. 

Penyesuaian proses belajar disekolah inklusif agar lebih diperhatikan seperti mengganti bicara dengan tulis tangan, berbicara secara perlahan agar mereka mampu membaca oral kita dan menyediakan penerjemah jika mereka memang membutuhka.

Anak dengan hambatan pendengaran jika kita melihat dari segi kognitif, mereka tidak memiliki masalah. Namun karena keterbatasan informasi yang masuk, membuat mereka tidak memahami pelajaran dengan baik. Akan tetapi Tuhan memang maha adil, memberikan kelebihan dibalik kekurangan, memberikan kesanggupan dibalik kelemahan. 

Betapa banyak mereka yang memiliki bakat , seperti melukis,olahraga, dan juga menjahit. Saya punya teman yang pintar sekali mengotak atik komputer. Saya kenal dengan dia saat SMP dulu, lantaran sekolah dia dan sekolah saya adalah inklusi jadi kami sering bertemu pada saat event acara disabilitas. Mungkin kalau dia dimasukan ke sekolah komputer, pasti dia akan menjadi seseorang yang ahli di bidang komputer. Akan tetapi saat SMK dia malah masuk jurusan tata busana. 

Nah, inilah betapa pentingnya pendidikan inklusi, agar mereka dapat memilih apa yang mereka inginkan dan sesuai dengan bakat mereka.
Nah, anda pasti bertanya-tanya. Mengapa bahasa mereka terbolak balik dan tidak sesuai dengan kaidah??. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan input mereka dalam mendengar dan sudah tentu bermasalah juga dengan tatanan bahasanya.

Pendidikan inklusi sangat dibutuhkan. Mengingat di SLB Pelajaran tidak sebanyak di sekolah reguler. Ini sungguh membuat keterbatasan mereka dalam berpikir.Padahal kehidupan terus menuntut untuk berpikir secara kritis.

Saya pernah mendengar seorang kepala SLB bilang "jangan bangga dengan banyaknya siswamu disekolah, akan tetapi banggalah jika berkurang. Itu tandanya mereka sudah bisa beradaptasi dengan teman sebayanya. Kalimat ini sungguh membuat hati saya terenyuh. Saya sangat setuju dengan hal ini, paragdima inklusi sudah mulai ditegakan. Saya sangat berharap agar pendidikan inklusi akan semakin marak, agar golongan cendikiwan juga muncul dari golongan disabilitas.
SALAM INKLUSI (PARADIGMA PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PENYANDANG DISABILITAS SERTA PEMANFAATAN TEKNOLOGI SEBAGAI ALAT BANTU

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun