Keluarga. Tepat satu tahu dua bulan aku meninggalkan rumah karena tuntutan pekerjaan. Aku yang selama ini tidak pernah hidup terpisah dari orang tua kini harus merasakan suka duka hidup sendiri. Waktu terus berlalu, musim terus berganti hingga tiba waktunya aku mengambil cuti di tempat aku bekerja.Â
Inilah saat yang aku tunggu sejak aku pergi meninggalkan rumah. Aku rindu dengan suasana rumah yang begitu hangat, hangat karena ayah dan ibu yang selalu disisiku, hangat karena aku selalu ditemani dengan saudara perempuanku, Hangat karena penuh canda dan tawa, suka duka dari penghuni rumah.Â
Tanggal 29 Juni aku sudah memilih tanggal kepulanganku dirumah. Karena aku ingin membuat suprise dengan orang rumah, aku memberitahukan perihal kepulanganku tanggal 30 juni. Jadi lebih cepat sehari dari waktu yang aku sampaikan kepada orang rumah.Â
Aku terus melihat jam, menunggu hari berganti dengan perasaan gembira. Aku tak tahu kenapa demikian. Apakah mungkin karena ini adalah kali pertama aku pulang kampung setelah merantau selama satu tahun dua bulan lamanya.
Seminggu sebelum kepulangan aku mulai packing barang-barang yang akan segera kubawa di kampung. Oleh-olehpun sudah kusiapkan sejak bulan lalu. Â Tepat tanggal 29, aku bersiap-siap untuk segera memulai perjalananku ke kendari.Â
Pukul 09:00 WIB aku berangkat menuju Pontianak dengan menggunakan taksi (*). Perjalanan kutempuh sekitar 5 jam dari tempatku bertugas. Saat itu aku sedang tidak berpuasa karena kedatangan tamu sejak 3 hari yang lalu. Â Jadi kupersiapkan botol air minum untuk bekalku selama diperjalanan. Â
Hari itu aku sama sekali tidak menghubungi orang rumah. Hanya ayah ku yang selalu menanyakan jadwal ketibaan ku di kendari. Perjalanan panjang kutempuh dari balai karangan ke pontianak.
Besok paginya pukul 06:00 WIB aku tiba di Bandara Supadio. Aku segera check in dan menunggu di ruang tunggu. Perjalanan kali ini cukup melelahkan. Karena rute yang tertera di jadwal harusnya jakarta- Kendari. Pada kenyataannya aku harus transit lagi di kota Makassar.
Sambil menggendong segala tas yang berisikan buah tangan aku segera turun dari pesawat untuk melapor (lagi) di terminal keberangkatan. Untungnya aku tak menunggu lama karena jadwal keberangkatan pesawat yang on schedule. Alhamdulillah wa syukurillah... akhirnya perjalananku semakin dekat menuju Rumah.
Finally.......
Tepat pukul 15:30 WITA aku tiba di Kendari. Tak ada satupun keluarga yang menjemputku karena aku merahasiakan kedatanganku yang sebenarnya. Hanya ada dua orang sahabat SMA ku yang setia menunggu di bandara hingga aku tiba. Senang rasanya bisa bertemu mereka.Â
Saat-saat yang ku nantikan bertemu keluarga dan sahabat. Air mata pun menetes saat kupeluk dua sahabatku, Yayan dan Yastih. Mungkin karena celengan rindu untuk sahabatku ini sudah pecah dan tak bisa tertahankan lagi.Â
Setelah menunggu bagasi kami pun langsung menaiki mobil rental yang siap mengantarkanku ke rumah. Makin deg-degan perasaanku saat itu. Sepanjang perjalanan kami  bercerita panjang lebar tentang kisahku merantau. Yang jelas ceritanya sangat puanjaaaaanggg.
Tak lama kemudian aku menelpon ayah untuk memberitahukan bahwa temanku akan datang dirumah, jadi aku meminta tolong untuk membukakan pagar rumah karena aku memberitahukan bahwa teman yang akan datang kerumah memakai mobil.
 Walaupun dengan perasaan bersalah membohongi orang tua, Kamipun tiba dirumah pukul 5.40 WITA, sebentar lagi akan berbuka puasa. Ternyata pagar rumah belum dibuka, akhirnya kawanku membantu membukakan pagar agar bisa leluasa saat mengangkat barang.Â
Kawanku membantu memanggil orang rumah untuk membukakakn pintu, tak lama kemudian kakakku membukakan pintu belakang dengan wajah kebingungan. Mungkin kebingungan dengan tamu yang datang. Sehingga akupun berteriak " ini aku, tolong bukain pintu".Â
Mungkin sekitar 1 menit kakakku berdiri kebingungan melihat ku. Seakan tidak percaya. kembali dia berteriak ke dalam rumah dan berkata " itu atul sudah datang" orang rumah pun tak ada yang mempercayai. Saudaraku yang lain berkata bahwa aku akan datang tanggal 30.Â
Tak lama kemudian langkahku semakin dekat dengan pintu rumah. Aku berteriak sambil mengucapkan salam. Dan sambil berlari-lari kecil, orang rumah pun hendak keluar menuju arah pintu dan berteriak Astagaa...atul yang datang ma, pa.
Huahuaha...legaaa rasanya bisa bertemu mereka lagi, di peluk, dicium dengan keluarga besarku. Akupun tak bisa meneteskan air mata lagi karena begitu bahagia bertemu mereka. Inilah yang disebut home sweet home. Dan momen inilah yang selalu dinantikan para perantau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H