Mohon tunggu...
Rabiatul Adawiah
Rabiatul Adawiah Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Nakes di pkm

belajar belajar dan terus belajar... - Purna Nusantara Sehat Team Based Kemenkes RI 2015, Puskesmas Balai Karangan, Kab. Sanggau, Kalbar - Penugasan Khusus Individu Kemenkes RI 2017, Puskesmas Biduk-Biduk, Kab. Berau, Kaltim

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Makna Akreditasi Puskesmas yang selalu disalah artikan

25 Desember 2017   07:42 Diperbarui: 11 Januari 2018   11:49 3330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sama sepertinya cerita saya sebelumnya tentang akreditasi di Puskesmas sebelumnya. Tanggal 6-8 desember 2017 kemarin merupakan hari bersejarah untuk puskesmas yang baru saya tempati 2 bulan ini. awal pertama kali menginjakkan kaki disini langsung disambut dengan lembur pasca survei pra penilaian akreditasi. 

Dalam hati saya Cuma bisa berkata " lagi-lagi akreditasi..," namun hal tersebut menjadi semangat baru di lingkungan kerja baruku saat ini.

Sebenarnya keberlangsungan akreditasi adalah proses agar sistem yang ada di Puskesmas dapat berjalan dengan baik. Namun, apalah daya jika akreditasi itu hanya digunakan sebagai ajang ikut-ikutan agar puskesmasnya ikut terakreditasi dan tidak memahami esensi dari proses akreditasi tersebut? Sebenarnya miris sekali sama keadaan seperti ini. 

Untuk kedua kalinya aku berhadapan kembali dengan situasi seperti ini. Situasi di mana keadaan orang-orang puskesmas lagi tidak stabil (galau, cekcok, salah paham gara-gara memenuhi dokumen EP). 

Sama juga halnya dengan pengalaman puskesmas dan teman-teman yang sebelumnya menghadapi proses akreditasi. Yang menjadi pertanyaan adalah ketika akreditasi digunakan hanya untuk mempersembahkan baiknya puskesmas di hadapan para "surveyor". 

Alhasil tidak ada sama sekali manfaat yang didapatkan dari proses akreditasi itu. Aku beri pemahaman tentang akreditasi kepada rekan-rekan Puskesmas, namun hanya sebagian kecil yang mau menjalankan sistem yang baru akan tumbuh ini. 

Sedih melihat perjuangan teman-teman yang sudah semangat mengerjakan dan rela lembur-lemburan di Puskesmas, rela meninggalkan anak dan suami demi akreditasi. Namun pasca akreditasi apa yang berubah? 

Yaa... seharusnya sistem yang sudah dibangun dapat dijalankan kembali! Bukan ketika pasca penilaian akreditasi malah kembali ke tabiat semula. Apalah negeri ini?!

Ketika akreditasi hanya menjadi sebuah "nama" saja tanpa ada makna. Saya yakin, masih ada beberapa orang yang kurang paham akan makna akreditasi ini. makna yang digunakan hanya untuk lembur-lemburan saat menjelang penilaian dan mengejar kelengkaapan dokumen tanpa memahami maksudnya. dan setelah akreditasi semua usaha itu lenyap seketika dan kembali ke tabiat semula.

Sayapun lebih yakin lagi bahwa masih banyak teman-teman di Puskesmas yang mau berjuang demi kemajuan Puskesmasnya, demi masyarakatnya. Mau berjuang untuk lembur dan berusaha memahami maksud dari setiap proses akreditasi yang dilalui.

Ayolah guys... bentuk kerjasama yang kuat, bentuk sistem yang benar agar tercipta Puskesmas yang lebih maju di tengah-tengah masyarakat kita. Untuk puskesmas yang sementara berproses untuk akreditasi, keluarkan semangatmu jadikan akreditasi sebagai batu loncatan untuk belajar dan memahami sistem di Puskesmas.

Salam akreditasi . C

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun