Mohon tunggu...
Rabiatul Adabiah
Rabiatul Adabiah Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Ingin Selalu menjadi orang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Salman Al Farisi Bandung Menyiapkan Pemimpin Berakhlak Mulia di Abad 21 Melalui 7 Amalan Sunah Rasulullah Saw

22 November 2020   18:15 Diperbarui: 22 November 2020   18:19 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abad 21 adalah abad yang penuh dengan challenge (tantangan). Tantangan di Abad 21, diantaranya hadir generasi milenial yang tidak  lepas dari kemajuan teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ini telah merubah gaya hidup manusia, baik dalam belajar, bermain, bekerja maupun hidup bersosialisasi. Gaya hidup manusia yang negatif akan muncul jika tidak diimbangi dengan kemampuan menyaring informasi dengan baik. Jadi, tidaklah heran di Abad 21 ini tidaklah sedikit generasi milenial yang memiliki egoisme yang tinggi, persaingan yang tidak sehat, pergaulan yang buruk, kehidupan sosial yang kurang bernilai, komunikasi yang tidak beretika, dan adab yang dipinggirkan. Sehingga jika ini dibiarkan maka akan muncul krisis kepemimpinan. Oleh karena itu, generasi milenial ini perlu ditanamkan  jiwa leader/pemimpin yang kuat sejak dini.

 

Bicara tentang leader/pemimpin maka tidak lepas dari dari sosok pemimpin dunia sepanjang sejarah dan sepanjang zaman bahkan hingga akhir zaman yaitu Nabi Muhammad Solallahu Alaihi Wassalam. Dalam waktu 23 tahun Nabi Muhammad membangun akhlak  yang mempersatukan Ummat. Tidak hanya diakui oleh umat islam, bahkan hal ini pula diakui oleh Michael Hart seorang penulis Barat dalam bukunya "The 100, a Rangking of The Most Influential Persons in History". Yang dengan sangat obyektifnya menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai sosok paling berpengaruh dalam sejarah, Nabi Muhammad ditempatkan sebagai orang yang berhak menyandang itu.

Allah berfirman dalam Q.s Al-Ahzab ayat 21

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah"

Hadits dari Abu Hurairah R.A., ia berkata: Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak." 

Dalam menjalankan kepemimpinannya, Nabi SAW selalu mengedepankan akhlak mulia. Hal ini diakui oleh Husain bin Ali sebagai cucu Nabi SAW. Bahwa Nabi adalah pribadi yang menyenangkan, santai dan terbuka, mudah berkomunikasi dengan siapa pun, lemah lembut dan sopan, tidak keras dan tidak terlalu lunak, tidak pernah mencela, tidak pernah menuntut dan menggerutu, tidak mengulur waktu dan tidak tergesa-gesa.

Nabi SAW memiliki rasa empati dalam memimpin. Nabi tidak pernah mencaci seseorang dan menegur karena kesalahannya, tidak mencari kesalahan orang lain, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat. Kalau Nabi berbicara, yang lain diam menunduk seperti ada burung di atas kepalanya, tidak pernah disela atau dipotong pembicaraannya, membiarkan orang menyelesaikan pembicaraannya, tertawa bersama mereka yang tertawa, heran bersama orang yang heran, rajin dan sabar menghadapi orang asing yang tidak sopan, segera memberi apa yang diperlukan orang yang tertimpa kesusahan, tidak menerima pujian kecuali dari yang pernah dipuji olehnya (HR Tirmidzi). 

Nabi Muhammad SAW sangat tegas dalam masalah penegakan hukum. Tidak pernah menetapkan suatu hukum dengan rasa belas kasihan, pilih kasih, atau tebang pilih. Tidak memihak kepada siapa pun, baik pada pejabat pemerintahan, sahabat, masyarakat kecil maupun anggota keluarganya sendiri, termasuk anaknya. Hal itu ditunjukkan dengan sikap tegasnya, "Demi Allah, andai Fatimah Putri Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya." (HR Bukhari dan Muslim).

Demikian sebagian kunci sukses dalam kepemimpinan Nabi SAW. Masih banyak lagi kunci sukses kepemimpinan Nabi lainnya yang seharusnya terus digali, diperkenalkan, dan implementasikan di tengah bangsa yang sedang dilanda krisis dalam kepemimpinan terutama di Abad 21.

Jadi, kekuatan akhlak inilah yang menjadi pondasi dalam kepemimpinan Nabi SAW. bukanlah adab yang dikedepankan Rasulullah SAW melainkan melahirkan akhlak mulia. Adab dan akhlak memiliki perbedaan arti. Adab adalah kemuliaan sifat baik yang diperoleh dari proses pendidikan atau latihan. Sedangkan akhlak adalah kemuliaan sifat baik yang diperoleh dari proses ibadah yang baik.  Semua orang bisa beradab, tetapi tidak semua orang bisa berakhlak mulia. Jika ada orang yang menunaikan ibadah tetapi tidak menghadirkan akhlak yang mulia, maka pastilah ada kesalahan dalam ibadahnya. Rasulullah SAW melahirkan akhlak mulia karena ibadah beliau mampu mendekatkan diri pada Allah.

Salman AL Farisi adalah Yayasan Pendidikan yang mengedepankan akhlak mulia seperti yang tertuang dalam visi  Salman Al Farisi yaitu "menjadi lembaga pendidikan yang mampu mengembangkan dan menghasilkan generasi muslim yang siap menjadi Khalifatullah fil ardli yang rahmatan lil'alamiin dan berakhlak mulia". Berdasarkan visi tersebut, maka Salman Al Farisi mempunyai peran dalam melahirkan generasi pemimpin yang berakhlak mulia, salah satunya mengajarkan ibadah yang berkualitas kepada siswa Salman Al Farisi. Dengan menanamkan ibadah yang berkualitas maka diharapkan siswa Salman Al Farisi mampu menjadi pemimpin berakhlak mulia minimal untuk memimpin dirinya sendiri terlebih dahulu.

sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-anaknya dan akan ditanya perihal tanggungjawabnya. Seorang pembantu rumah tangga adalah bertugas memelihara barang milik majikannya dan akan ditanya atas pertanggung jawabannya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya (HR. Muslim).

Salman Alfarisi mencetak pemimpin yang beraklak mulia. Akhlak mulia lahir dari ibadah yang benar,diantaranya melakukan pembiasaan ibadah dengan berkualitas. Ibadah itu diantaranya:

  1. Shalat. Pemimpin yang berakhlak mulia adalah pemimpin yang mampu menjauhkan diri dari perbuatan keji dan mungkar.Allah berFirman  di Q.S Al 'Ankabut ayat 45"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar."Berdasarkan ayat di atas, perbuatan keji dan mungkar (lisan kotor,mencela, korupsi dan perbuatan tercela lain) dapat dicegah dengan melaksanakan shalat yang benar. Oleh karena itu, untuk melahirkan pemimpin berakhlak mulia Salman Al Farisi mempunyai peranan menanamkan pentingnya kualitas ibadah shalat melalui tahap-tahap tertentu. dimulai dari SPB Salman Al Farisi sudah diperkenalkan tentang mengpa kita harus shalat, Tingkat PG/TK diajarkan bagaimana gerakan shalat sesuai tuntatan Rasulullah SAW, Tingkat SD Salman Alfarisi di ajarkan bacaan shalat yang benar dan baik sesuai dengan tuntutan Rasulullah SAW, sampai ke tingkat SMP Salman Alfarisi di tanamkan bahwa shalat itu adalah kebutuhan bukan kewajiban. Siswa SMP Salman AlFarisi pada umumya sudah baligh, jadi mereka dituntut bukan hanya untuk sekedar menunaikan kewajiban namun dituntut bagaimana shalat mampu membuat siswa menjadi lebih dekat dengan Allah. Selain itu, SMP Salman Alfarisi dituntu bukan hanya melaksanakan shalat wajib namun mereka dituntut melaksanakan Shalat berjamaah di sekolah, Shalat Rawatib, Shalat Dhuha dan Shalat Tahajud. Shalat berjamaah dipimpin oleh imam secara bergantian, sehingga tertanam dalam diri seluruh siswa putra jiwa pemimpin melalui peran mereka menjadi seorang imam sholat. Minimal untuk memimpin diri mereka sendiri.
  2. Zakat. Zakat yang ikhlas melahirkan akhlak yang mulia. Karena dalam pemberian zakat perlu menerapkan salah satu akhlak mulia. Allah berfirman dalam Q.S Al-Baqarah Ayat 263"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun". Salman Alfarisi diharapkan mampu mencetak pemimpin yang dermawan. Sejak dini di siswa TK/SMP dan Siswa SD Salman Alfarisi dituntut untuk menjadi sosok dermawan melalui program berbagi yang merupakan salah satu bagian dari program mata pelajaran Leaderhip. SMP Salman Al Farisi memiliki program Prospek (Program sepekan pengabdian masyarakat) Prospek dilaksanakan oleh siswa kelas IX selama satu minggu, dimana siswa terjun langsung dalam kegiatan ini dari mengumpulkan dana sampai menyalurkan bantuan. Diharapkan dengan program ini melahirkan pemimpin pemimpin yang dermawan dan ikhlas. Selain itu di SMP Salman Al Farisi siswa dibiasakan untuk setiap hari melaksanakan salah satu dari 7 amalan sunah Rasul yaitu sedekah yang bermanfaat minimal. Zakat dan sedekah yang ikhlas diharapkan mampu melahirkan rasa dan karsa pada diri siswa. Meskipun sedekah yang paling ringan yaitu menebarkan salam dan senyum. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Senyummu di depan saudaramu, adalah sedekah bagimu" (Sahih, H.R. Tirmidzi no 1956)
  3. Puasa. Pemimpin yang berakhlak mulia mampu menahan emosi, nafsu dan amarahnya. Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 183 yang artinya "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang bertaqwa" SMP Salman Al Farisi menuntut siswa terbiasa mengerjakan puasa sunah senin-kamis. Dengan membiasakan puasa sunah, maka siswa mampu menahan hawa nafsu dan amarah dan selain itu puasa membiasakan diri untuk tidak bersifat riya. Selain itu program puasa senin kamis ini juga didukung oleh ikatan orangtua siswa dengan memberikan tajil kepada siswa yang berpuasa.
  4. Membaca Al-Quran. Hisyam bin Amir pernah bertanya kepada Aisyah RA tentang akhlak Rasulullah SAW. Aisyah menjawab, "Akhlak Nabi SAW adalah Alquran." (HR Muslim). Allah SWT berfirman, "...Alquran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus..." (QS. Al-Israa': 9). Akhlak Nabi SAW adalah puasa karena semua akhlak Nabi SAW menjadi pedoman hidup manusia dan tertuang dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu betapa pentingnya Alqur'an dalam melahirkan pemimpin yang berakhlak mulia. Salman Alfarisi menjawab tantangan ini dengan menanamkan pada diri siswa jiwa mencintai Al-Qur'an (membaca, menghafal, memahami dan menerapkan). Siswa Salman Alfarisi dituntun untuk membaca Al-Quran setiap pagi bersama wali kelas. Selain itu Salman AlFarisi memiliki program Tahfidz dan hafalan hadist Arbain dan hadist anak. Salman Alfarisi juga memilik Program Tilawati yang bertujuan agar siswa mampu memahami ayat Al-Quran agar dapat di amalkan. Guru mata pelajaran Salman Al Farisi dituntut untuk menyampaikan ayat Al-Quran dalam setiap kegiatan pembelajarannya sesuain dengan materi yang berkaitan. Ayat Al-Quran ini dipahami dan harapannya dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
  5. Menjaga Wudhu dan Memperbanyak istigfar. SMP Salman AlFarisi memilik banyak program kegiatan diantaranya PINTAQ, QIYAMUL LAIL, PEMBEKALAN, PENGEMBARAN dan lain-lain. Setiap kegiatan ini diselipkan agenda evaluasi/tafkur untuk memperbaiki diri agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Disini tersirat bahwa siswa Salman AlFarisi dituntut untuk memperbanyak istigfar. Siswa Salman AlFarisi juga dibiasakan untuk dapat menjaga wudhu dengan cara menghindari sesuatu yang dapat membatalkan wudhu.SMP Salman Al Farisi sudah menjaga hijab antara siswa/guru laki-laki dengan siswa/guru perempuan , salah satunya tidak bersentuhan ketika bersalaman.

Ibadah-ibadah di atas merupakan ibadah yang selalu Rasulullah kerjakan yang dikenal dengan 7 amalan sunah Rasulullah SAW. Dengan pembiasaan 7 amalan sunah Rasulullah SAW ini, siswa salman Alfarisi mampu menjadi pemimpin yang berakhlak mulia seperti yang hadir dari diri Rasulullah SAW. Pemimpin yang sabar, dermawan, berkarisma, tegas, bertanggung jawab, amanah, disiplin dan karakter lainnya yang harus hadir dalm diri seorang pemimpin, baik pemimpin bagi dirinya sendiri, keluarga, orang lain bahkan bangsa dan Negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun