Mohon tunggu...
Rabia Safitri
Rabia Safitri Mohon Tunggu... Penulis - Bitung-Manado

Pengetahuan pangkal kehidupan Ketidaktahuan budak kehidupan ~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Beragama namun Sia-sia

2 Januari 2020   16:38 Diperbarui: 2 Januari 2020   16:54 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Note" adalah sebuah tulisan tentang pandangan saya terhadap islam di suatu daerah yang saya tinggal selama 2 tahun terakhir"

Agama Islam adalah agama yang bersumber dari Kalam Allah dan Sunnah Rasulullah yang patut kita jadikan sebagai sandaran dan pegangan. Timbulnya keragaman dalam berpandangan adalah sesuatu hal yang wajar adanya, hingga memunculkan pola berpikir dan tindakan beragama yang berbeda-beda. Klaim benar dan salah diantara kelompok umat beragama merupakan sesuatu hal yang selalu ada dan menambah keberagaman beragama. Keragaman itu hadir disetiap hari sebagai warna dari kehidupan di tempat saya tinggal sekarang.

Saya tinggal di suatu kampung, tapi masih dalam tatanan perkotaan. Di kampung tersebut belum terlalu banya rumah kira-kira ada 30an  rumah tangga, sehingga belum di bangun masjid hanya saja di bangun Musholah. Di kampung ini penduduknya mayoritas adalah etnis Sangihe. Dan warganya pun ada yang beragama Muslim dan Non Muslim. 

Saya cukup mengapresiasi karena ditempat ini masih ada semangat toleransi yang kuat antara sesama umat beragama. Bahkan saya terkesan karena ada beberapa warga non muslim yang membantu tenaga dalam pembuatan pembangunan musholah.
Tulisan ini juga sebagai kritik terhadap warga Muslim ditempat ini yang dalam pandangan saya, Islam di daerah ini masih kurang dari segi beragama dan kurang dari segi ilmu pengetahuan agama. Mengapa? Mari kita bahas bersama.

Pertama, warga Muslim ditempat ini suka berkelompok-kelompok, memisahkan diri mereka karena pandangan yang berbeda-beda. Membenarkan tindakan mereka dan menyalahkan tindakan yang tidak sepaham dengan mereka. Bahkan sampai terjadi konflik (perkelahian), hal ini membuat tidak adanya keharmonisan dalam beragama.

Kedua, masih kurangnya ilmu pengetahuan agama tapi sudah berani tampil sebagai seorang Imam. Hal ini juga yang membuat saya kecewa, seorang imam yang harusnya mampu membawakan surah-surah Al-Quran dengan baik dan benar dari segi pengucapan dan hukum bacaan, ternyata masih banyak mengalami kesalahan.

Fenomena yang terjadi pada masyaraka ini adalah kurangnya memahami Islam, dan ilmu pengetahuan agama yang mendalam. Padahal belajar agama adalah sebuah kewajiban bagi setiap Muslim (Fardhu 'Ain).

Sekian dari tulisan ini jika ada pihak yang tersinggung saya memohon maaf.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun