"Ya Alloh,ampunilah dosa-dosa kami, dosa kedua orang tua kami, dosa para sesepuh-sesepuh kami dan dosa guru-guru kami. Ampunilah dosa muslimin dan muslimat. Ya Alloh ampunilah dosa, kesalahan dan kekhilafan Almarhum Ayahanda kami, Terimalah segala kebaikan, amal-ibadahnya, lapangkan di dalam kuburnya, berilah kesejukan didalam kuburnya, dan terimalah almarhum ayahanda kami sebagai ummat Rosullullah  Muhammad SAW. Ya Alloh limpahkan rahmatmu kepada Baginda Rosullullah Muhammad SAW, sholawat dan salam semoga tercurah kepadanya,kepada keluarga dan para sahabat utamanya.Â
Semoga dengan limpahan Rahmatmu dan Sholawat dan Salam yang kamihaturkan KepadaNya, semoga kami ummatNya dimudahkan segala urusan kami, di kabulkan segala hajat, cita-cita dan harapan-harapan baik kami. Enggakau jadikan kami dan seluruh keturunan-keturunan kami hamba-hambamu yang sholeh-sholehah, Â engkau tinggikan derajatnya engkau muliakan akhlaknya hingga akhir zaman. Engkau jadikan kami,hamba-hambamu yang engkau kehendaki, untuk mendapatkan berbagai kebaikan dari Mu. Amin". Â
Terdengar suara doa penutup. Kedua tangan kami yang kami tengadahkan ke atas kami usapkan ke muka. Â Kata "Amin" terucap dari semua mulut yang hadir. Obrolan ringan mengenang almarhum semasa hidup terjadi. Kadang kami tersenyum, tertawa, kadang juga perasaan haru dan sedih juga datang. Pohon kamboja dengan sabar memayungi dan mengharumi kami.Â
Pamitan emosional kadang terjadi, beberapa anggota keluarga mengusap nisan ayah sambil berbicara pelan sekali, mungkin hanya dia dan Tuhan saja yang mendengarnya. Air di botol di taburkan diatas pusara sambil berdoa.Â
Ada juga yang mencium nisan sebelum pamit pergi, setelah itu melambaikan tangan dan berkata "dadah kakek !" sambil kiss by. Mungkin itu yang namanya simbol exspresi sayang, kecintaan dan penghormatan kepada Almarhum.
Beberapa dahannya menjulur sedikit keluar batas pagar rumah yang berbatasan dengan jalan raya di depan rumah. Bunganya ada yang merah dan kuning, sama persis dengan kedua pohon kamboja diatas pusara ayah. Sengaja, tanah  dimana pohon kamboja tumbuh tidak kami plester semen atau konblok seperti bagian tanah lainnya, tapi kami biarkan tanahnya agak menggunuk, seperti diatas kuburan. Disamping kirinya ada pohon bunga melati putih yang daunnya sering kami bawa jika berziarah ke makam ayah.Â
Setiap hari bunga melati putih, bunga kamboja warna merah dan kuning banyak yang jatuh, berguguran. Â Halaman depan bagian pojok kanan kami seperti di taburi bunga bunga itu. Aroma harum mewangi bunga kamboja memendar, menyebar ke seluruh ruang teras rumah. Setiap sore, usai pulang kerja, kusengaja duduk santai di depan teras rumah sambil menikmati teh hangat. Jika sendiri Kadang sambil merokok.Â
Saat itulah waktuku yang paling kunikmati. Menghirup wangi bunga kamboja, memandang gundukan tanah diatas pohonnya yang ditaburi ratusan bunga kamboja merah-kuning, dan... mengingat ayah. Lalu doa-doa yang persis sama dengan doa saat kami berziarah ke makam ayah  aku lantunkan kembali dalam hati. Â
Beberapa tamu dan tetangga serta warga sekitarku awalnya menganggap aneh, kami menam Pohon Kamboja di depan rumah. Apalagi menanamnya di desain menyerupai diatas kuburan. Mereka pikir, Pohon Bunga Kamboja cocoknya hanya di Pekuburan. "jadi serem rumah !" kata mereka.Â
Ibu ku bilang "Bukankah kita nanti juga akan di kubur ?Jadi kita nikmati semasa hidup ! lagi pula, Bunga Kamboja itu sangat indah-harum-cantik , jadi justru menambah indah rumah !"anehnya banyak tetangga yang suka  meminta bunga melati dan bunga kamboja itu untuk berbagai keperluan, termasuk untuk obat katanya. Bunga Kamboja di temukan  oleh  Charles Plumier ( 1646 -1706 ) berasal dari Perancis,karenanya dalam bahasa latin Bunga Kamboja di beri nama Plumeira.  Â