Mohon tunggu...
HENDRA WIJAYA
HENDRA WIJAYA Mohon Tunggu... Penulis - NICE DAY

Mengajar di Tangerang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Gadget" dan Kita

24 Maret 2018   23:38 Diperbarui: 25 Maret 2018   00:31 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

GADGET DAN KITA

Oleh: Hendra Wijaya

 

Sabtu, 24 Maret 2018

Saat membagikan raport tengah semester siswa sekolah menengah pertama, banyak orang tua siswa (wali murid) yang mengeluhkan 'kedekatan' putra-putrinya dengan Gadget melebihi kedekatan dengan orang tua mereka. Saat pulang kerumah usai sekolah, yang dicari, yang di usap, yang di peluk, didekap, di pelototi, di beri senyum, tertawa adalah Gadget. 

Jika Gadgetnya tak ditemukan, orang tua jadi sasaran amuk. Mereka lebih memilih bermain dengan gadgetnya dari pada membantu orang tua, belajar atau menjalankan kegiatan ibadah. Jika kuota internet atau pulsa habis, dengan manis  mereka merengek, merayu orang tua untuk membelikannya. Tak jarang, orang tua 'diancam' tidak akan dibantu jika tak membelikannya. "Pa, anak saya itu kalau di suruh belajar,sulitnya minta ampun. 

Main Handphone...terus..., kalau saya umpetin handphonenya dia ngamuk !". curhat seorang wali murid. "yang lebih kesal, kalau waktunya sholat, ngaji,  anak saya itu masih asyk aja sama handphonenya, saya marah-marah terus tuh, kalau waktunya maghrib...!"curhat wali murid yang lain, matanya menatap putranya yang duduk disampingnya yang dari tadi senyam senyum saja. "betul begitu nak ? " tanya Pa Agus menatap  lembut ke arah siswa yang duduk di depan mejanya. "he..he..iya pa..!". "kamu biasanya main handpone untuk apa nak ?". " em..buat main game pa..buat chat dengan teman juga pa..!". "ha..ha..baguslah...main game seusia mu itu bagus, bersosialisasi, berkomunikasi dengan banyak temanmu melalui chat di medsos juga bagus itu...!" ujar Pa Agus. Orang tua siswa nampak kaget dan agak serius mendengar komentar Pa Agus. 

Si siswa juga,seperti mendapat dukungan  dari Pa Agus, kepalanya yang tadinya agak tertunduk, spontan mendongak ke arah wajah Pa Agus. Matanya berbinar. " hanya... Gamenya dipilih ya..jangan yang kontennya fornografi, kekerasan atau perilaku menyimpang ya...chat di medsos juga  bagus itu, bapa juga melakukannya, hanya...kita harus tau   waktu... jangan semua waktu kita habiskan untuk main game  dan chat saja. waktunya makan,makan. Waktunya belajar, belajar. Waktunya sholat, sholat. Waktunya ngaji, ngaji. 

Waktunya istirahat, istirahat. Nah..waktunya main game...ya silahkan..!". wali murid siswa itu terlihat senang, matanya kembali menatap dalam putranya. Bibirnya tersenyum, seperti orang yang baru meraih kemenangan. Siswa itu kembali sedikit menundukkan kepalanya. " nak...bapa dan orang tuamu juga sama, pengguna handphone untuk berbagai keperluan. 

Karena handphone memang banyak sekali manfaatnya. Tiada hari tanpa handphone. Jika Handphone tak bersama, hidup terasa hampa. Ha..ha...tapi ingat..Handphone juga potensi negatifnya besar loch.. kalau kita salah memanfaatkannya. Salahsatunya..kita sering terlena karena terlalu asyk dengan hanphone kita, sehingga lupa waktu. Belajar jadi malas, dengan orang tua dan saudara jarang berinteraksi secara langsung, kurang konsentrasi saat  belajar, sehingga menurunnya prestasi belajar!".

dreamstime.com
dreamstime.com
 "nah...tuh dengerin apa kata Pa Agus, tuh kan peringkatmu sekarang melorot terus..!",wali murid itu seperti mendapat kemenangan sempurna. Siswa tadi semakin dalam menunduknya. "jadi saya harus gimana ya pa ? saya udah cape marah-marah terus sama anak saya karena handphone, tapi kalau saya umpetin atau ga saya kasih, dia lebih galak  dari saya e..!". 

wajah orang tua itu seperti cemas dan kebingungan, matanya menatap Pa Agus. "ha..ha..ibu sudah tau handphone itu jadi masalah, yang membelikan handphone buat putra ibu siapa ?". "saya !". orang tua siswa itu tersipu sipu. "nah..kan..tapi menurut saya, handphone saat ini sudah menjadi kebutuhan. Melarang anak menggunakan hanphone justru itu kontra produktif. 

Hanya mungkin kita sebagai orang tua harus mengatur sedemikan rupa penggunaan hanphone oleh putra putri kita. mengatur jadwalnya, mengatur settingan handphonenya agar anak kita terprotek dari konten pornografi, kekerasan atau perilaku menyimpang dan mengatur kuota internet atau pulsanya, he..he...!". "hadeh..anak  sayamah susah di aturnya pa...malah galakan dia kalau di atur..!". " nah...disitulah orang tua harus jadi teladan bagi putra putrinya. Mendampingi putra putrinya saat belajar, saat sholat, saat ngaji, dapat menumbuhkan resfect baik dari putra putrinya. 

Kadang kita melarang anak kita bermain handphone saat waktunya sholat, ngaji atau saat waktu belajar, disaat yang sama kita asyk bermain handphone. Anak protes, kita jawab dengan seribu alasan. 

Demikianlah mereka belajar dari kita "!". "em..Pa Agus sudah punya anak ?" tanya wali murid, dengan suara cukup rendah. "sudah bu, baru tiga.!". "ow..sudah sekolah semua ?". " yang pertama kelas 1 SD, Yang kedua TK, yang ke Tiga baru mau tiga tahun bu..!". "mereka suka main handphone ?". "suka banget bu..he..he..anak yang ketiga aja suka rebutan hanphone sama kakakanya..!". "ha..ha..ya ampuuuun !". "yah..inilah anak-anak zaman now, life without Gadget my heart felt empty,  katanya!".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun