SEPATU YANG TERTUKAR
Oleh : Hendra Wijaya
 "loch..tumben Pa Agus hari ini ada ?" ujar Bu Damiati, guru Prakarya yang membawa sampel hasil kreativitas siswa berupa kerajinan hiasan dari sabun saat bertemu dengan Pa Agus di depan ruang guru usai mengajar siswa kelas delapan. "he..he..iya Yu, lagi ngurus persiapan buat besok kegiatan O2SN, pertandingan Tenis Meja !". jawab Pa Agus,sambil menyalami Bu Damayanti dengan penuh keakraban. Pa Agus biasa memanggil Bu Damiati dengan panggilan Yu, dalam bahasa Jawa artinya sauadara perempuan yang lebih tua. "O ya, memang tempatnya di sekolah kita ?". "he..he..iya yu, mangkanya aku berusaha ke sekolah walau hari ini ga ada jam mengajar. Meja tenis dan ruangannya kan harus disiapkan. Anak-anak eskul tenis meja juga aku ajak latihan untuk besok !". "weh...mantaplah..!". Pa Agus dan Pa Damiati bersamaan masuk ruang guru setelah sebelumnya melepaskan sepatu mereka dan menaruhnya di rak sepatu yang terbuat dari besi di depan ruang guru. Di dalam ruang guru, sudah banyak guru.  Pa Agus menyalami semua guru yang ada. Umumnya semua guru yang ada menanyakan hal yang sama dengan pertanyaan Bu Damiayati, "Loch..tumben Pa Agus hari ini ada !?". lima belas menit kemudian, bel masuk berbunyi, mengakhiri istirahat pertama berbunyi. Hampir seluruh guru bersiap mengajar kembali siswa di kelas sesuai jadwal. Keluar ruangan guru dengan tertib, antri memilih sepatu mereka yang tersimpan rapih di rak sepatu besi, walau banyak pula sepatu dan sandal berserakan di depan pintu masuk ruang guru.
sepatu-3-5ab20a86dd0fa839742d9a95.jpg
 "loch..sepatuku ndi yo..!". terdengar suara Bu Damiati. Terlihat dia sedang mencari sepatunya di rak sepatu dengan seksama. Tiap sepatu dia periksa satu persatu. "opo  yu ?". tanya Bu Intan, Guru Bahasa Inggris yang sudah terlebih dahulu menemukan dan memakai sepatunya. "iki loch..sepatuku ko ga ada sih..tadi aku simpen disini..!". wajah Bu Damiati  terlihat kebingungan. Guru Prakarya yang berbusana rapih, bertubuh mungil, berkacamata dan tak berpenutup kepala itu melihat ke beberapa guru yang sudah terlebih dahulu menuju kelas.  "Bu Biki...!" teriak Bu Damiati memanggil Bu Biki yang baru saja berlalu,  menuju kelas. "ya bu.!". Bu Biki berbalik badan. Guru PKN itu nampak kaget. "itu sepatunya ketuker sama yang aku gak ?". Bu Biki menoleh ke  bawah, memperhatikan sepatunya. "ini bener sepatuku ko..ga ketuker..!". Bu Biki dengan wajah kaget dan bingung, perlahan berbalik badan dan berlalu kembali menuju kelas. Bu Damiati nampaknya semakin terlihat panik. Beberapa guru yang masih ada di sekitarnya, dia periksa satu persatu sepatu yang mereka pakai. Beberapa siswa yang ada di sekitar ruang guru dan rak sepatu tak luput dia interograsi, menanyakan sepatunya, barangkali ada yang melihat orang yang memakainya. Bu Damiati semakin panik, wajahnya menegang. Ia kembali masuk ke ruang guru, bertanya kepada guru yang masih ada. "wah..mungkin tadi naruh sepatunya bukan di rak sepatu kali..!". kata Bu Argianti. "weh...lah terus dimana..wong aku abis ngajar tadi langsung ke sini !". "ha..ha..kaya aku, aku juga sama..minggu lalu aku pusing cari sepatuku, ga ada di rak sepatu, pikirku pasti ketuker sama yang lain..wong hampir semua sepatu warnanya sama, item semua...eh..sorenya aku inget, sepatuku kan tak simpen di UKS...hi..hi..ampuuun..Faktor U..bu..!" Bu Wiwin, guru IPS itu terkekeh memandang Bu Damiati yang galau. "ga ah..aku belum pikun..aku tadi masuk ruang guru bareng Pa Agus..ia kan pa ?". mata Bu Damiati memandang tajam Pa Agus, meminta pengakuan. "he..he...iya..tadi Yu Dam bareng sama aku masuknya..kayanya ada yang salah pakai dech..!". "di rak sepatunya ada berapa sepatu yang tersisa bu.? " Bu Suharmi bertanya sambil mesam mesem. "ada banyak e..aku ga ngerti itu punya siapa..warnanya hampir sama semua..he..he..". "wah..besok sepertinya semua sepatu harus di kasih nama pemiliknya nih..biar ga ketuker..!" usul bu Indiah. "di kunci gembok aja, anti maling, anti tertuker..!". saut Bu Irna, sambil terkekeh. "pasangi alarem aja..kalo ada yang makai selain yang punya, sepatunya bunyi..wiw..wiw..wiw..koyo ambulan" samber Bu Argianti, tertawa puas. "besok saya bawa kantong pelastik, buat wadah sepatuku..!" Bu Srihar menambah seru suasana. "ha..ha..!". "coba di umumkan di group
whats apps (WA) sekolah aja..!". "oh..iya ya..!". Bu Damiati segera mengetik pengumuman kehilangan sepatunya di group WA sekolah.
"Hadeh, siapa yang pake sepatuku ya? Terpaksa ke kelas pake sendal jepit nih ! ".Tak lama berbagai tanggapan muncul dari anggota group. Umumnya banyak anggota yang merasa lucu atas peristiwa itu. Ada yang meledek Bu Damiati sudah Tua-Manula-pikun, karena dianggap 'lupa nyimpan !', ada yang bercerita pengalaman yang sama, ada juga yang memberi solusi agar tidak terjadi lagi insiden 'sepatu tertukar !', namun tak satupun anggota group yang memberi informasi dimana atau siapa yang memakai sepatu Bu Damiati. Satu jam berlalu, ketika  salah satu pesan dari salahsatu anggota group WA sekolah masuk.
"Heee....yang aku pake bukan sepatuku...aku tadi pake sepatu hitam made in bu Rina..ha..ha..ha..!". Banyak anggota group tertawa terpingkal-pingkal membaca 'pengakuan' Bu Dimah.
"Terus sepatuku sendiri kemana..ha..ha..aku baru nyadar setelah pulang dari rapat FLS2N di Tiga Raksa tadi..terus baca WA...ampuun..maafkan..!".
"ha..ha..nah..yang Tua-Manula-Pikun, Â jelas kan?!" pesan Bu Damiati.
"ha..ha..!"
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Cerpen Selengkapnya