Mohon tunggu...
Rabeka Yoranita
Rabeka Yoranita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Atma Jaya

Semoga bermanfaat ya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Culture Jamming yang Ada di Indonesia Saat Ini? Yuk, Simak!

29 Maret 2021   19:23 Diperbarui: 29 Maret 2021   19:33 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah sebelumnya kita sempat membahas mengenai apa itu budaya populer, kini kita menyinggung mengenai suatu hal yang tidak lepas dari sebuah "budaya populer". Kali ini kita akan membicarakan mengenai culture jamming. 

Culture jamming dengan budaya populer masih saling berkaitan satu sama lain, dimana culture jamming bisa dikatakan mengemas kembali pesan yang ada pada budaya populer menjadi pesan baru. Namun, mengemas kembali pesan menjadi pesan baru dalam arti untuk menjatuhkan atau mengkritik budaya itu.  

APA ITU CULTURE JAMMING?

Untuk memahami lebih lanjut kita harus tahu dahulu apa itu culture jamming. Culture jamming sangat berhubungan dengan yang namanya iklan. Berdasarkan Putri (2011) menjelaskan bahwa seperti yang kita ketahui bahwa iklan mampu menciptakan sebuah stereotype yang sempit dan beragam. Baik iklan produk atau pun korporat mampu menerpa masyarakat dengan segala ajakan untuk membeli dan mengkonsumsi produk tersebut. Hal itu ditambah dengan iming-iming agar menjadi lebih keren atau modern. Hal tersebut pada akhirnya mendapat sebuah kritik dari kelompok anti-konsumtivisme, karena masyarakat lebih terdorong untuk mengkonsumsi sesuatu secara berlebihan atas dasar ingin mengikuti trend.  

Tak jarang juga iklan menampilkan atau mengiklankan produk yang memiliki isu negatif. Maka dari itu muncul sebuah gerakan sosial yang mengkomunikasikan anti-konsumtivisme atau anti-korporat. Mereka ini menantang segala bentuk komunikasi iklan dengan sebuah karya seni yang ekstrim dengan tujuan "menghancurkan" atau "membelokkan" pesan dari iklan itu. Gerakan yang dilakukan itulah yang kemudian disebut sebagai Culture Jamming (Putri, 2011:18-19).

Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, culture jamming ini tidak hanya ada di billboard saja. Culture jamming juga dapat terjadi di sebuah media massa, terlebih media massa dapat menjangkau banyak khalayak luas. Terjadinya culture jamming ini ada di media massa yang sangat familiar dengan kita, seperti instagram, twitter, facebook, dan masih banyak lagi. Media massa ini memudahkan suatu kelompok untuk dapat mengkritik sebuah budaya populer, salah satu contoh culture jamming yang sering kita temui sebagai pengguna media sosial adalah meme.

 

BAGAIMANA BENTUK DARI CULTURE JAMMING?

Hasil dari culture jamming dapat dikatakan sangat banyak dan beragam. Pada kesempatan kali ini saya akan mengambil satu contoh yaitu culture jamming berupa meme. Seperti yang kita ketahui bahwa meme adalah suatu hal yang paling sering kita jumpai sebagai pengguna media sosial.

kapanlagi.com
kapanlagi.com
Gambar diatas ini adalah meme yang mungkin beberapa dari anda pernah melihatnya di media sosial hingga saat ini. Dari meme ini kita dapat melihat adanya culture jamming. Culture jamming ini dibentuk oleh masyarakat Indonesia dengan menuliskan kata-kata di atas. 

Dalam meme tersebut jelas membahas tentang suatu acara yang ada hubungannya dengan KPI. Melihat kata-kata yang dituliskan, maka meme ini adalah sebuah sindiran yang dibuat suatu kelompok atau masyarakat terhadap KPI. Masyarakat merasa KPI sangat berlebihan dan mengambil strategi yang salah, dimana seharusnya kartun yang mendidik diperbanyak, bukan justru menayangkan sinetron yang kurang bermutu. 

Dalam meme itu jelas menyindir, karena telah tertulis "selamat datang di Indonesia", yang dimana artinya adalah jika kalian melihat tayangan sinetron lebih dipertontonkan daripada kartun maka anda telah berada di Indonesia. Bahkan di Indonesia sendiri animasi yang ada di kartun pun seringkali diblur oleh KPI hanya karena pakaiannya yang sedikit terbuka, sedangkan adegan romantis yang ada di sinetron justru dipertontonkan. Terlebih penonton televisi sangat beragam, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa.


ADAKAH HUBUNGANNYA DENGAN POSMODERNISME?

Postmodernisme menurut Jean Francois Lyotard adalah segala kritik atas pengetahuan universal, atas tradisi metafisik, fondasionalisme maupun atas modernisme (Maksum, 2014 dalam Ajat Sudrajat dan Johan Setiawan, 2018:27-28). 

Menurut Ajat Sudrajat dan Johan Setiawan (2018) menyimpulkan pengertian dari postmodernisme yakni suatu  ide  baru  yang  menolak  atau  pun  yang  termasuk  dari pengembangan suatu ide yang telah ada tentang teori pemikiran masa sebelumnya  yaitu  paham  modernisme  yang  mencoba  untuk memberikan kritikan-kritikan terhadap modernisme yang dianggap telah gagal dan bertanggung jawab terhadap kehancuran martabat manusia. Modernisme dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kapitalis.

Berdasarkan pengertian di atas, kita tahu bahwa culture jamming juga berupa sebuah kritik yang diberikan, akan tetapi dalam bentuk seni. Hal ini sama-sama membahas mengenai sebuah kritik yang terbangun kepada suatu hal yang dianggap salah. Seperti halnya contoh meme yang sebelumnya telah dijelaskan, di mana meme merupakan sebuah kombinasi dari kreatifitas, pesan, humor, dan seni di dalam budaya internet. Di mana dalam postmodernisme juga membahas mengenai seni. 

Dari contoh meme di atas ini kita bisa melihat bahwa KPI diartikan sebagai kapitalis yang membuat sesuatu hal, yang kemudian dikritik oleh masyarakat karena menganggap apa yang diberikan oleh KPI adalah hal yang salah. Kritik yang diberikan berupa meme dengan kata-kata yang menyindir dan mengkritisi.

Putri, L. A. (2011). Culture Jamming Versus Popular Culture. 8(1).

Setiawan, J. dan Sudrajat, A. (2018). PEMIKIRAN POSTMODERNISMEDAN PANDANGANNYA TERHADAP ILMU PENGETAHUAN. 28(1). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun