Mohon tunggu...
Razita Zaafarani
Razita Zaafarani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan BRICS: Melawan Hegemoni Ekonomi Amerika

30 Maret 2024   13:06 Diperbarui: 30 Maret 2024   13:24 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BRICS merupakan kelompok lintas benua yang terdiri dari negara-negara berkembang, seperti Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Lima negara tersebut memiliki keinginan dan visi misi yang serupa, yakni membangun dialog dan kerjasama antar negara berkembang untuk menguatkan perekonomian, politik, militer hingga geopolitik. Persentase populasi negara-negara BRICS ini cukup banyak. Terhitung sebanyak 43 persen populasi di dunia merupakan populasi dari penduduk anggota BRICS. Apabila dari segi perekonomiannya, sebanyak 16 persen perdagangan dunia juga dikuasai oleh negara-negara anggota BRICS. Kekuatan yang dimiliki oleh BRICS ini menjadi landasan untuk menguatkan tekad negara-negara anggota BRICS dalam melawan dominasi dari Amerika Serikat.

Setelah berakhirnya perang dingin, Amerika Serikat muncul menjadi negara super power yang berkekuatan besar. Baik secara politik, ekonomi, militer dan geopolitik, Amerika telah mengungguli semua kekuatan dan tidak ada satupun negara yang menyamai kekuatan AS. Namun, superioritas AS tidak diseimbangi oleh kemampuan AS dalam membuat legitimasi global kepada negara-negara lain. Amerika juga cenderung memaksa negara-negara global untuk bergantung pada mata uang dolar yang dimilikinya dan mempengaruhi pasar global secara masif. Amerika juga sangat mengagungkan sistem kapitalisme yang membuat Amerika sendiri menjadi negara dengan sebutan "predatory capitalism" . Kekuatan AS ini sendiri telah mempengaruhi banyak hal dan cukup mengkhawatirkan banyak negara berkembang. Apabila AS mengalami defisit maka negara-negara yang menggantungkan mata uangnya terhadap dolar AS akan ikut mengalami kenaikan harga komoditas dan ketidakstabilan mata uang global. 

Hingga pada akhirnya, BRICS muncul untuk mendukung kekuatan ekonomi negara-negara berkembang. Strategi BRICS demi memperkuat bidang ekonomi, militer, politik hingga teknologi adalah dengan cara menciptakan perdagangan yang bebas namun tetap memegang prinsip dan norma. Peran BRICS adalah sebagai penyeimbang dari pengaruh barat sehingga negara-negara berkembang bisa bergantung satu dengan yang lainnya dan membangun pengaruh yang baru terhadap global. Pada KTT tahun 2023, BRICS sendiri berinisiasi untuk bisa menciptakan cara kerja ekonomi global yang terpisah dari sistem barat yang dipimpin oleh AS. BRICS juga mengusahakan untuk membuat mata uang baru yang digunakan untuk mengurangi pengaruh Dolar AS. Tujuan dari memisahkan mata uang ini adalah, apabila Dolar AS menguat diharapkan negara-negara berkembang tidak terpengaruh dan tetap memiliki kekuatan mata uang yang stabil. 

Walaupun BRICS masih terbilang cukup baru sebagai sebuah institusi global, namun inovasi dan perkembangan BRICS cukup melaju dengan cepat. Pada kurun waktu 17 tahun semenjak berdirinya BRICS, banyak pengelolaan dan penanganan masalah ekonomi, lingkungan, kesehatan, pendidikan yang ditangani oleh BRICS. Seperti halnya BRICS Energy Agency dan BRICS Research and Innovation Networking Platform yang dibangun untuk mendukung isu lingkungan dan membangun inovasi di bidang pengembangan keilmuan. BRICS sendiri memiliki 4 strategi untuk mengimplementasikan BRICS 2030 Agenda. Adapun keempat strategi tersebut adalah, menguatkan aliansi keanggotaan BRICS sebagai reformasi politik dan ekonomi global, berkomitmen serta melibatkan UN demi menjaga keamanan internasional, memaksimalkan ekonomi anggota BRICS dan mempromosikan kerjasama ditengah modernisasi sosial. 

BRICS memperkuat perdagangan intra-kelompok dengan menggunakan mata uang nasional masing-masing negara demi mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Hal ini dilakukan demi merombak struktur keuangan internasional yang didominasi oleh dolar AS. BRICS sendiri juga menyadari bahwa kekuatan mereka dan potensi ekonomi sangatlah besar. Pada tahun 2022, PDB gabungan dari negara-negara BRICS mencapai $18,6 triliun dan mendekati seperempat dari total PDB global. Hal ini juga didorong oleh adanya pengaruh China sebagai negara yang memiliki kekuatan dominan dalam perekonomian dan meningkatkan daya tawar BRICS dalam urusan perekonomian internasional. Tahun 2022 juga menjadi tahun dimana China menyumbangkan lebih dari 70% pertumbuhan PDB BRICS. Adanya pertumbuhan ekonomi ini pastinya juga didorong dengan investasi infrastruktur yang hebat serta ekspor yang kuat. Peran konsumen domestik juga sangat berpengaruh pada kontribusi pertumbuhan ekonomi BRICS. China sendiri menjadi aktor utama dalam pengekspor dan pemilik pasar dengan konsumen terbesar di dunia. 

Selain China, ternyata Rusia juga menjadi kekuatan besar bagi BRICS. Rusia merupakan salah satu produsen energi terbesar di dunia dan cadangan sumber daya alam yang melimpah. Kontribusi Rusia dalam mengembangkan kebutuhan energi global, telah menjadi faktor utama dalam kerjasama energi global akan sangat berpotensi dalam pengembangan teknologi di antara negara-negara BRICS. Rusia membantu negara-negara BRICS dalam mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS pada perdagangan internasional. Pada konteks New Development Bank, peran Rusia ialah memberikan kontribusi berupa dana kepada bank pembangunan demi mendukung proyek infrastruktur di negara-negara anggota BRICS. 

Perkembangan ekonomi BRICS pada tahun 2022, mencapai angka $500 miliar. Perdagangan Intra-BRICS sebenarnya berada jauh dibawah standar perdagangan global, namun kabar baiknya adalah pertumbuhan dari perekonomian BRICS sendiri meningkat dan cenderung stabil. Hal ini menjadi nilai plus karena BRICS perlahan-lahan namun pasti mengurangi ketergantungannya pada mata uang asing yakni dolar AS. Upaya BRICS ini memperkuat integrasi keuangan mereka dengan menggunakan pembayaran alternatif demi memfasilitasi perdagangan bilateral dalam mata uang negara-negara anggota BRICS. Dampak nyata pada perekonomian global adalah mengurangi dampak fluktuatif pada nilai tukar mata uang dan menstabilkan ekonomi. Selain itu, mata uang yang dimiliki masing-masing negara BRICS juga semakin menguat dan cenderung mengurangi gejolak pasar global dunia. Langkah dedolarisasi oleh BRICS ini menantang hegemoni dolar AS dalam urusan kebijakan moneter dan perdagangan internasional. 

Langkah yang diambil oleh BRICS terkesan begitu sangat berani dan menantang pengaruh barat. Namun pastinya dari langkah BRICS ini akan menciptakan perubahan baru bagi negara-negara berkembang untuk bisa mandiri dan memperbaiki perekonomian mereka. BRICS hadir sebagai penolong dan membuka jalan bagi negara berkembang untuk bisa bangkit dari persoalan global. Isu yang sangat mengancam kedepannya akan sangat menantang dan BRICS mampu untuk mengulurkan tangan bagi negara yang ingin bekerjasama dengan mereka. Harapannya BRICS mampu terus berkembang dan bisa menjadi jawaban dari persoalan perekonomian negara-negara berkembang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun