Mohon tunggu...
Razita Zaafarani
Razita Zaafarani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Selandia dan Bencana Resesinya

22 Maret 2024   06:47 Diperbarui: 22 Maret 2024   06:55 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Globalisasi adalah kata yang memiliki makna terhadap ketidak terbatasannya suatu budaya dan pengaruh negara lain dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan sebagainya, kepada negara-negara di sekitarnya ataupun secara global. Pada penggambarannya, globalisasi adalah istilah yang dapat dipergunakan dalam menggambarkan bagaimana pengaruh perdagangan dan teknologi telah membuat negara-negara di dunia saling ketergantungan dan saling terhubung. 

Globalisasi juga sangatlah erat kaitannya dengan perubahan ekonomi dan sosial. Apabila diilustrasikan, globalisasi dapat digambarkan sebagai benang-benang kusut yang saling mengaitkan negara-negara di dunia dan terbentuk sejak ratusan tahun akibat hubungan diplomasi yang memakan waktu lama. 

Globalisasi membuat jarak tidak lagi menjadi penghalang, bahkan semuanya menjadi lebih mudah dalam mentransferkan apapun itu baik uang, barang, manusia, ilmu, penyakit hingga ide. Semuanya menjadi mudah dan tidak terbatas dalam jangkauannya, masyarakat global menjadi sangat beragam dan budaya-budaya asli mulai menipis. Tradisi dan modernisasi mengikis segala identitas asli masyarakat global. Namun, ada juga yang memanfaatkan globalisasi sebagai sarana untuk memperkuat dan ajang memperluas pengetahuan mengenai budaya mereka. 

Globalisasi dimulai semenjak adanya jalur sutra perdagangan yang memiliki rute di sepanjang Tiongkok, Asia Tengah, dan Mediterania yang digunakan pada tahun 50 SM dan 250 SM. Pada masa itu pertukaran budaya, barang, ide dan bahasa menjadi awalan yang mendobrak kemajuan pada manusia. Lewat sejarah, manusia memainkan peran penting dalam pengembangan dunia dan kemajuan pada berbagai bidang serta tatanan sosial di kancah dunia. Transportasi, uang, peningkatan produksi pertanian, penyebaran rempah-rempah hingga penyebaran agama seperti Islam, Kristen, Budha dan Hindu menyebar seluas-luasnya ke berbagai penjuru di dunia akibat adanya perdagangan yang dimulai pada  jalur sutra masa itu. 

Dengan adanya era informasi, kekuatan globalisasi pastinya terus-menerus meningkat secara pesat. Keterkaitan antara negara satu dengan yang lainnya juga akan sangat erat dan saling berpengaruh, apalagi bila aspek perekonomian terancam maka akan mempengaruhi negara lain yang sudah bekerjasama dengan negara induknya. Terlebih lagi apabila suatu negara mengalami resesi ekonomi, maka hal tersebut dapat menunjukkan bahwa kondisi negara yang sedang mengalami resesi sedang tidak baik-baik saja atau memburuk. Ancaman dari resesi ini tentunya akan berbahaya apabila tidak ditangani oleh kebijakan serta regulasi dari negara. Perlu kekuatan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi negara, hal ini dikarenakan aktivitas dan segala jeni kegiatan perdagangan seperti ekspor dan impor akan sangat berpengaruh. Dalam era globalisasi ini apabila suatu negara mengalami resesi maka akan adanya penurunan secara simultan terhadap aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan ekonomi. Seperti halnya, lapangan pekerjaan yang berkurang, investasi yang menipis, dan keuntungan perusahaan yang anjlok. Resesi ekonomi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain guncangan ekonomi mendadak, perkembangan teknologi, inflasi, deflasi, atau suku bunga tinggi. 

Resesi ekonomi ini sedang dialami oleh Selandia. Negara yang terletak di benua Australia dan berada di wilayah Oseania ini, sedang berada di zona negatif selama dua kuartal berturut-turut. Melalui sumber bisnis.com, resesi yang dialami Selandia ini diakibatkan oleh belanja konsumen yang melemah dan perdagangan grosir yang tidak laku terjual. Pada data yang diambil di Stats NZ, Produk Domestik Bruto atau PDP Selandia menunjukkan penurunan sebanyak 0,1% dalam tiga bulan hingga Desember 2023. Hingga pada saat ini laju pertumbuhan yang dialami oleh Selandia sebesar 0,6% saja. laporan ini sudah terjadi selama dua kuartal berlangsung. Hal ini diikuti oleh penurunan yang signifikan sebanyak 0,3% pada masa kuartal sebelumnya yang sudah memenuhi definisi teknis resesi. Selain itu, Selandia juga mengalami PDP per kapita yang menurun hingga pada persentase sebesar 0,7% dan hal tersebut didorong oleh adanya migrasi bersih serta pendapatan riil bruto nasional yang bisa dibelanjakan telah menurun dan mencapai angka sebesar 1,4%.

Selandia mengalami penurunan pada konsumennya yang tidak berbelanja dan pasar grosir yang melemah. Resesi saat ini yang dialami oleh Selandia diakibatkan juga dari penjualan bahan makananan, minuman keras, dan alat alat produksi mesin serta peralatan yang melemah. Sehingga kerugian dialami oleh perusahaan-perusahaan pemilik toko grosir dan penjual bahan makanan di Selandia. Padahal sumber dari perekonomian Selandia dipegang dari adanya penjualan bahan makanan dan mendorong keuntungan negara. 

Namun, bukan hanya penjualan bahan makanan dan penjualan grosir mesin saja yang melemah. Perdagangan ritel furniture, listrik, perangkat keras dan makanan juga minuman di supermarket pun turut melemah. Banyak industri yang berusaha keras meningkatkan penjualan mereka agar dapat terselamatkan dari adanya resesi ini. Presentase keadaan industri di Selandia baru saat ini ada 8 dari 16 industri yang justru meningkat penjualannya pada bidang penyewaan gedung, real estate, adiminstrasi publik, keselamatan dan juga pertahanan. 

Beberapa ahli menyarankan endapat mereka untuk memangkas suku bunga Selandia demi mengurangi dampak inflasi yang membahayakan. Apabila keadaan ekonomi Selandia lebih lemah lagi maka akan ada kemungkinan bank sentral Selandia Baru akan menurunkan suku bungaresmi dan memangkas OCR pada paruh kedua di tahun 2024 ini. Ada harapan bahwa perekonomian Selandia Baru dapat terus berjalan dan inflasi serta resesi dapat berkurang. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun