Pada akhir bulan Mei lalu, terjadi peristiwa banjir rob besar di Kawasan Pelabuhan tanjung emas Semarang dikarenakan runtuhnya pertahanan air laut di lokasi tersebut. Menurut informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah, jebolnya tanggul disebabkan oleh terjangan air laut yang besar sehingga tanggul tidak kuat menahannya.
Menurut kabid Humas Polda Jateng Kombes Iqbal Alqudussy, banjir rob yang terjadi di tahun 2022 ini merupakan yang terparah dibandingkan yang sebelum sebelumya. Stasiun meteorologi maritim Tanjung Emas Semarang mencatat ketinggian air yang disebabkan oleh banjir mencapai 2,1 meter. Tidak sedikit juga korban yang menderita akibat peristiwa ini.Â
Pak Ganjar dan BUMN juga ikut turun tangan untuk membantu para masyarakat dengan mengadakan dapur umum bagi para korban yang mengalami kekurangan sumber daya untuk bertahan hidup.
Namun, apa sebenarnya penyebab utama banjir rob ini? Mengapa setiap tahun selalu terjadi hal yang serupa di semarang dan di beberapa daerah lainnya.
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya banjir rob di Semarang. Adanya global warming dan material tanah yang belum solid di utara Jawa merupakan beberapa penyebabnya.Â
Material tanah yang bersumber dari sedimentasi proses sungai yang belum solid juga menambah variabel dalam kemungkinan terjadinya banjir, ditambah berdirinya banyak bangunan pemukiman yang menambah beban pada pasir sehingga terjadinya penurunan tanah. Alhasil, peristiwa banjir pun tidak terhindarkan.
Di sisi lain, global warming juga merupakan tersangka utama dalam peristiwa banjir rob ini. Dampak paling signifikan yang diakibatkan oleh global warming adalah kenaikan muka air laut (sea level rise). Dalam rentang 25 tahun dari 1990 hingga 2015, jaringan pengukur pasang surut global ini menunjukkan permukaan laut global naik tiga inci,
sesuai dengan langkah-langkah oleh altimeter satelit yang diambil sejak 1992. Saat ini, permukaan laut naik sekitar seperdelapan inci per tahun tetapi diproyeksikan untuk bangkit di masa depan. Pada tahun 2100, permukaan laut dapat naik satu hingga delapan kaki lagi.Â
Ketika suhu atmosfer meningkat, lapisan lapisan permukaan air laut juga akan meningkat, alhasil menyebabkan volume dari laut meningkat dan mengakibatkan naiknya permukaan air laut. Permukaan laut dapat naik dengan dua mekanisme yang berbeda sehubungan dengan perubahan iklim.Â
Pertama, saat lautan menghangat karena suhu global yang meningkat, air laut mengembang---mengambil lebih banyak ruang di cekungan laut dan menyebabkan kenaikan permukaan air. Mekanisme kedua adalah mencairnya es di atas daratan, yang kemudian menambahkan air ke lautan.Â
Ada empat dampak utama yang diakibatkan oleh kenaikan muka air laut. diantaranya genangan dan amblesan pada lahan basah dan dataran rendah, meningkatnya kerusakan lahan dan kawasan akibat badai dan banjir, erosi pantai, dan berpotensi terjadinya peningkatan salinitas di daerah muara dan akuifer air tawar (Nichollas, 2002).Â
Dengan banyaknya masyarakat yang tinggal di pesisir, kenaikan air laut memiliki potensi untuk merusak banyak rumah tinggal masyarakat Indonesia dan juga mengganggu aktivitas sosial dan ekonomi dari masyarakat yang tinggal di daerah pesisir.
Lalu, bagaimana cara pemerintah dan masyarakat Indonesia mencegah atau menanggulangi masalah ini?
Secara umum, pemerintah dan masyarakat sudah paham atas apa yang terjadi di wilayah sepanjang pantai utara jawa ini. Pemerintah juga sudah melakukan kegiatan mitigasi, lalu ada kegiatan pemerintah pusat bersama pemerintah kabupaten pekalongan untuk membuat sumur pompa, pembangunan tanggul yang lebih kuat,, dan lainnya.Â
Dengan terus menerus naiknya permukaan akibat naiknya suhu bumi, hampir mustahil untuk mencegah terjadinya banjir rob berikutnya. Maka dari itu, alternatif lain dari peristiwa ini memiliki keterkaitan dengan tata ruang. Penggunaan lahan pemukiman di daerah pesisir untuk saat ini masih terlalu banyak.Â
Selain pemukiman, industri skala besar juga harus dikenakan peraturan terkait penggunaan air tanah yang biasanya kapasitas pemakaiannya jauh lebih besar disbanding pemakaian masyarakat biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H