Selamat tahun baru 2025! Di tengah semangat baru, mari kita renungkan kembali kejadian-kejadian  kecil di rumah yang sering membuat kita, sebagai orang tua, merasa bingung. Jika Anda memiliki anak berusia 5 tahun seperti saya, Anda mungkin sering menghadapi situasi ketika si kecil sulit dinasihati--apalagi jika sudah memegang ponsel dan bermain game. Kenapa ini bisa terjadi? Apa yang sebenarnya ada di balik pola pikir mereka?
Menurut teori perkembangan kognitif Pieget, anak berusia 5 tahun berada dalam tahap praoperasional (usia 2-7 tahun). Pada tahap ini, pemikiran anak masih bersifat egosentris, yang berarti mereka cenderung melihat dunia hanya dari sudut pandang mereka sendiri. Ini menjelaskan mengapa mereka sulit memahami alasan kita saat kita meminta mereka berhenti bermain game. Bagi mereka, game tersebut begitu menarik dan menjadi pusat perhatian. Mereka belum sepenuhnya mampu berpikir logis atau memahami kensekuensi jangka panjang dari tindakan mereka.Â
Selain itu, anak-anak pada tahap ini cenderung memiliki daya imajinasi yang tinggi dan sering kali terfokus pada satu hal yang mereka sukai. Ponsel dengan berbagai warna, suara, dan animasi dalam game, mereka mungkin merasa bahwa itu adalah "dunia mereka" yang tidak ingin diganggu. Hal ini adalah bagian alami dari perkembangan mereka, meskipun terkadang membuat kita sebagai orang tua merasa frustasi.Â
Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Berikut beberapa langkah yang dapat membantu:
1. Buat Jadwal Penggunaan Gadget
Anak pada usia ini memerlukan struktur. Tetapkan jadwal yang konsisten untuk waktu bermain gadget, misalnya hanya satu jam sehari setelah mereka menyelesaikan aktivitas lain seperti belajar atau bermain di luar.Â
2. Alihkan Perhatian dengan Aktivitas Kreatif
Manfaatkan imajinasi mereka dengan kegiatan seperti menggambar, mewarnai, atau bermain peran. Aktivitas ini tidak hanya menarik tetapi juga membantu mengembangkan keterampilan motorik dan sosial.
3. Berkomunikasi dengan Bahasa yang Mereka Pahami
Hindari memarahi atau memberikan instruksi yang terlalu abstrak. Sebaliknya, jelaskan secara sederhana kenapa mereka harus berhenti bermain, misalnya "Kalau terlalu lama main game, nanti matanya capek lho."
4. Berikan Contoh yang Baik
Anak cenderung meniru perilaku orang tua. Jika mereka melihat kita sering memegang ponsel, mereka akan menganggap itu adalah hal yang wajar. Pastikan kita juga memiliki waktu tanpa gadget saat bersama anak.
5. Konsisten dan Sabar
Ini mungkin yang paling sulit, tetapi juga paling penting. Perubahan perilaku memerlukan waktu dan konsistensi akan membantu anak memahami batasan yang kita terapkan.
Di tahun baru ini, mari kita jadikan momen ini untuk lebih memahami dunia anak-anak kita. Dengan mengenali pola pikir mereka berdasarkan teori Pieget, kita dapat mendekati masalah ini dengan lebih bijaksana. Bagaimana pengalaman Anda dalam menghadapi dilema ini? Yuk, bagikan cerita dan strategi Anda di kolom komentar!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H