Mohon tunggu...
Raabiul Akbar
Raabiul Akbar Mohon Tunggu... Guru - ASN Guru MAN 1 Kota Parepare

Universitas Al-Azhar Mesir Konsentrasi Ilmu Hadis SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Konsentrasi Ilmu Hadis dan Tradisi Kenabian Anggota MUI Kec. Biringkanaya Makassar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru dan Dilema Penilaian Akhir Semester, antara Objektivitas dan Tantangan Gen Z di Era Globalisasi

19 November 2024   17:48 Diperbarui: 20 November 2024   16:01 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ujian Praktek Hafalan dan Bacaan Surah Pendek dalam Al-Qur'an di MAN 1 Kota Parepare | Dokumentasi pribadi

Di era globalisasi yang semakin maju ini, kita sebagai pendidik harus mampu beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa mengorbankan prinsip dasar pendidikan. Generasi Z, yang kini menjadi peserta didik kita, memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka tumbuh dalam dunia yang penuh dengan teknologi, informasi instan, dan tantangan global yang semakin kompleks. Oleh karena itu, cara kita menyikapi permasalahan terkait penilaian akhir semester harus lebih bijak dan sesuai dengan konteks perkembangan zaman.

Sebagai guru, kita tidak hanya dituntut untuk menjadi penyampai ilmu, tetapi juga sebagai pembimbing yang mampu memahami dinamika sosial dan psikologis siswa. Menyikapi dilema antara objektivitas penilaian dan tekanan dari pihak sekolah, kita harus berpegang pada prinsip pendidikan yang holistik. Pendidikan bukanlah sekadar transfer of knowledge, tetapi juga pembentukan karakter, sikap tanggung jawab, dan kesiapan menghadapi dunia nyata.

Untuk itu, langkah pertama yang bisa diambil adalah mendekatkan diri kepada siswa, mengenali latar belakang mereka, dan memahami tantangan yang mereka hadapi. Siswa generasi Z cenderung lebih aktif dalam media sosial dan memiliki akses luas terhadap informasi. Namun, mereka juga lebih rentan terhadap tekanan sosial dan mental, karena terpapar banyaknya standar hidup dan pencapaian yang sering kali tidak realistis. Dalam konteks ini, pendekatan yang lebih personal dan empatik dalam memberikan penilaian bisa menjadi kunci.

Sebagai guru, kita bisa melakukan pendekatan berbasis formatif dalam penilaian. Daripada hanya berfokus pada nilai akhir, kita dapat memberikan umpan balik secara kontinu dan membimbing siswa untuk melihat kekuatan dan kelemahan mereka secara objektif. Hal ini tidak hanya membuat mereka sadar akan kemampuan diri, tetapi juga memberi mereka kesempatan untuk memperbaiki diri tanpa merasa "tertinggal". Dengan memberikan penilaian berbasis perkembangan, guru bisa membantu siswa untuk memahami bahwa nilai adalah bagian dari proses pembelajaran, bukan hanya sekadar angka.

Selain itu, sebagai pendidik di era globalisasi, kita juga perlu memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk mendukung proses penilaian yang objektif dan adil. Penggunaan platform pembelajaran daring, aplikasi penilaian yang transparan, atau bahkan portofolio digital dapat memberikan siswa kesempatan untuk menunjukkan pencapaian mereka secara lebih luas dan tidak terbatas pada ujian akhir semata. Hal ini tidak hanya mengurangi tekanan pada penilaian akhir, tetapi juga memberikan siswa ruang untuk mengekspresikan kemampuan mereka melalui berbagai bentuk, seperti proyek atau karya tulis.

Kita juga perlu membekali siswa dengan keterampilan hidup yang lebih luas. Di era yang serba cepat ini, generasi Z perlu belajar untuk mengelola waktu, beradaptasi dengan perubahan, dan mengatasi kegagalan. Pendidikan kita harus lebih dari sekadar menghasilkan lulusan dengan nilai baik, tetapi juga mengajarkan mereka untuk belajar dari kesalahan, berani menghadapi tantangan, dan tidak takut gagal. Dengan demikian, meskipun nilai akhir yang diberikan kepada siswa mencerminkan kemampuan mereka, proses yang dilalui oleh siswa untuk mencapai nilai tersebut lebih penting daripada angka itu sendiri.

Sebagai guru di era globalisasi, kita harus bijak dalam menyeimbangkan antara objektivitas penilaian dan pemenuhan harapan dari berbagai pihak. Guru harus mampu menjadi teladan bagi siswa, tidak hanya dalam hal ilmu pengetahuan, tetapi juga dalam cara beretika, berintegritas, dan bertanggung jawab. 

Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat membimbing generasi Z untuk tidak hanya lulus ujian, tetapi juga siap menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks dan penuh persaingan. Kita, sebagai pendidik, memiliki peran besar untuk membentuk mereka menjadi individu yang memiliki karakter kuat dan siap berkontribusi pada perubahan positif di masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun