Mohon tunggu...
Raabiul Akbar
Raabiul Akbar Mohon Tunggu... Guru - ASN Guru MAN 1 Kota Parepare

Universitas Al-Azhar Mesir Konsentrasi Ilmu Hadis SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Konsentrasi Ilmu Hadis dan Tradisi Kenabian Anggota MUI Kec. Biringkanaya Makassar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyelami Esensi Islam untuk Menggapai Perubahan

12 Oktober 2024   08:22 Diperbarui: 12 Oktober 2024   09:21 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hidup, kita sering kali dihadapkan pada pilihan: apakah ingin tetap dalam zona nyaman atau berani keluar untuk menjadi lebih baik. Islam sebagai agama yang komprehensif, memberikan panduan agar kita tidak hanya berhenti pada niat, tetapi juga bertindak nyata. Nabi Muhammad bersabda, "Barangsiapa yang harinya sama seperti hari kemarin, maka ia termasuk orang yang merugi." (HR. al-Hakim). Hadis ini mengajarkan kepada kita untuk selalu berprogres, bukan mencari alasan.

Dalam proses perubahan, setelah kita memutuskan untuk keluar dari zona nyaman dan berusaha menjadi lebih baik, tantangan berikutnya sering kali datang dari luar diri kita. Kritik dan penilaian orang lain bisa menjadi penghalang yang meruntuhkan semangat. Namun, Islam mengajarkan bahwa setelah niat dan usaha ditetapkan, fokus kita harus tetap pada amal dan tindakan nyata, bukan pada apa yang dikatakan orang lain. Sebagaimana Allah SWT berfirman, "Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin." (QS. At-Taubah [9]: 105). Pada akhirnya, yang dinilai bukanlah penilaian manusia, melainkan amal kita yang akan dinilai oleh Allah.

Dalam hidup, fokus pada tindakan dan tidak mendengarkan penilaian negatif orang lain memang penting, namun tidak berarti perjalanan menuju kesuksesan selalu mulus. Terkadang, kita dihadapkan pada kehilangan yang terasa berat dan mengejutkan. Meskipun sulit, Islam mengajarkan bahwa setiap kehilangan bisa jadi merupakan bentuk ujian atau cara Allah membuka pintu rezeki dan kesempatan yang lebih baik. Kehilangan bukanlah tanda kegagalan, melainkan bagian dari proses kehidupan yang lebih besar. Sebagaimana para pengusaha yang menghadapi kritik tetap bergerak maju, ada kalanya Allah mengambil sesuatu dari kita agar kita lebih siap menerima sesuatu yang lebih besar, seperti yang dialami oleh Nabi Yusuf a.s. Ketika Nabi Yusuf a.s. dipisahkan dari keluarganya, itu tampak seperti tragedi. Namun, akhirnya, peristiwa tersebut membawanya menjadi seorang penguasa di Mesir yang kemudian menyelamatkan banyak orang dari kelaparan.

Meskipun kehilangan bisa terasa berat, bukan berarti kita berhenti berusaha. Justru, di balik kehilangan, ada pelajaran penting tentang disiplin dan kesabaran. Kehilangan sering kali mengajarkan kita untuk lebih menghargai proses dan fokus pada hal-hal yang lebih bermakna. Seperti halnya Nabi Yusuf a.s., yang tetap teguh meski menghadapi cobaan besar, ketahanan dan disiplin dalam menghadapi tantangan hidup adalah kunci untuk tetap maju. Dalam Islam, disiplin sangat ditekankan, baik dalam ibadah maupun kehidupan sehari-hari. Satu tahun dari sekarang, kita mungkin akan menyesal jika tidak memulai perubahan hari ini. Sebagaimana kita disiplin dalam menjaga shalat lima waktu, kebiasaan ini akan membentuk karakter kita untuk mampu menghadapi tantangan, termasuk menghadapi kehilangan. Karena, dalam jangka panjang, kebiasaan kecil yang konsisten akan membawa perubahan besar.

Mengembangkan ketahanan dalam menghadapi kehilangan atau cobaan adalah langkah awal yang penting, namun untuk memastikan perubahan tersebut berkelanjutan, kita memerlukan kebiasaan yang baik. Inilah yang membedakan perubahan sementara dengan transformasi yang sesungguhnya. Setelah disiplin mengarahkan kita untuk memulai, kebiasaan baiklah yang akan menjaga momentum kita tetap berjalan. Motivasi mungkin menjadi pendorong awal, tetapi tanpa kebiasaan yang terus dijaga, perubahan yang kita harapkan akan sulit bertahan. Dalam Islam, Rasulullah telah mencontohkan bagaimana membangun kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari, seperti doa, sedekah, dan kebaikan kepada sesama. Dengan kebiasaan-kebiasaan inilah, perubahan kecil yang kita lakukan setiap hari bisa berkembang menjadi sesuatu yang besar dan bermakna dalam kehidupan kita.

Kebiasaan yang baik tidak hanya membantu kita menjaga momentum dalam menghadapi perubahan, tetapi juga membentuk cara kita memandang kehidupan. Ketika disiplin dan kebiasaan sudah menjadi bagian dari diri kita, perubahan bukan hanya terjadi secara eksternal, tetapi juga dalam cara kita memahami dan menghadapi tantangan. Dalam Islam, perubahan perspektif ini sangat dianjurkan. Seringkali, yang perlu diubah bukanlah situasi itu sendiri, melainkan cara kita melihatnya. Dengan kebiasaan berpikir positif dan optimis, sebagaimana diajarkan dalam Al-Qur'an, kita diajak untuk melihat masalah sebagai ujian dari Allah yang mengandung hikmah. Ketika kita mengubah cara pandang kita dan melihat kesulitan sebagai peluang untuk tumbuh, seperti yang dilakukan oleh orang-orang sukses, kita akan lebih sabar dan tenang dalam menghadapinya. Sebagaimana dijanjikan dalam Al-Qur'an, "Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah [94]: 6).
Kebiasaan baik dan pandangan optimis terhadap kehidupan mempersiapkan kita untuk menghadapi tantangan dengan lebih tenang dan sabar. Namun, tidak cukup hanya mengubah cara pandang. Perubahan yang sejati juga membutuhkan keberanian untuk bertindak, kesabaran dalam menghadapi proses, serta komitmen untuk tidak berhenti di tengah jalan. Dalam Islam, kita diajarkan bahwa setiap ujian dan cobaan bukan hanya untuk direnungi, tetapi juga sebagai dorongan untuk bergerak maju dan berbuat lebih baik. Ketika kita mampu melihat kesulitan sebagai peluang untuk tumbuh, kita didorong untuk bertindak nyata, tanpa terjebak pada alasan atau keluhan. Dengan disiplin, keberanian, dan tindakan nyata, kita bisa membangun kehidupan yang lebih baik, lebih kuat, dan lebih beriman, sebagaimana diajarkan oleh Islam untuk selalu melihat sisi positif dari setiap kejadian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun