Mohon tunggu...
Raabiul Akbar
Raabiul Akbar Mohon Tunggu... Guru - ASN Guru MAN 1 Kota Parepare

S1 Universitas Al-Azhar Mesir. S2 SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) LPDP Kemenag RI. (Dalam Negeri) Anggota MUI Kec. Biringkanaya. Sulawesi Selatan. Penulis buku "Perjalanan Spiritual Menuju Kesempurnaan Melalui Cahaya Shalat" dan "Warisan Kasih: Kisah, Kenangan, dan Hikmah Hadis". Prosiding : the 1st International Conference on Religion, Scripture & Scholars Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal Jakarta, berjudul "The Spirit of Ecology in the Hadith: Protecting Nature in Love of Religion" yang terbit pada Orbit Publishing Jakarta. Hal. 237-249. Tahun 2024. Peneliti Jurnal Ilmiah sinta 6 berjudul "Zindiq Al-Walīd bin Yazīd An Analysis of Orthodoxy and Heterodoxy in the perspective of Civil Society in the Umayyad Dynasty" yang terbit pada Journal Analytica Islamica Program Pscasarjana UIN Sumatera Utara Medan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Diam di Waktu yang Tepat: Kebijaksanaan dalam Menjaga Lisan Menurut Ajaran Islam

2 Oktober 2024   15:12 Diperbarui: 2 Oktober 2024   15:24 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama, diamlah saat kamu tidak tahu cerita sebenarnya. Al-Qur'an mengingatkan kita untuk tidak berbicara tanpa ilmu. Allah berfirman dalam Surat Al-Hujurat ayat 6: "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." Ayat ini mengajarkan kepada kita agar tidak tergesa-gesa menyebarkan informasi yang belum pasti kebenarannya. Dengan diam, kita menghindari kebohongan atau fitnah yang bisa berujung pada penyesalan.

Kedua, diamlah saat kamu sedang marah. Rasulullah SAW bersabda: "Jika salah seorang di antara kalian marah, maka diamlah." (HR. Ahmad). Kemarahan sering kali membutakan akal sehat, dan diam adalah cara terbaik untuk mencegah kita dari mengatakan sesuatu yang nantinya akan kita sesali. Hadis ini sejalan dengan nasihat-nasihat yang diajarkan dalam berbagai interaksi sosial, baik itu dalam rumah tangga maupun pertemanan, agar tidak memperkeruh keadaan ketika emosi sedang memuncak.

Ketiga, diamlah jika sekiranya kamu akan mengucapkan kata yang menyinggung atau menyakiti orang lain. Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim). Perkataan ini sangat penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama ketika kita berada dalam situasi di mana ucapan kita berpotensi menyinggung orang lain. Dengan memilih diam, kita menjaga hubungan dan mencegah terjadinya perselisihan yang tidak perlu.

Keempat, diamlah saat kamu mengetahui rahasia orang lain. Menjaga rahasia adalah salah satu bentuk amanah. Rasulullah SAW bersabda: "Jika seseorang berbicara lalu pergi, maka pembicaraannya adalah amanah." (HR. Abu Dawud). Mengetahui rahasia orang lain menuntut kita untuk bertanggung jawab dengan tidak menyebarkannya. Dalam lingkungan pertemanan atau keluarga, menjaga kerahasiaan adalah tanda hormat dan kepercayaan yang harus dijaga, dan diam adalah langkah paling tepat untuk menunaikan amanah tersebut.

Kelima, diamlah saat kamu sudah terlalu banyak bicara. Terlalu banyak bicara tanpa faedah justru bisa menjerumuskan kita dalam kesalahan. Rasulullah SAW mengingatkan: "Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya." (HR. Tirmidzi). Terkadang, kita terlalu larut dalam percakapan yang sebenarnya tidak memiliki manfaat, baik dalam pergaulan sehari-hari, di tempat kerja, maupun di rumah. Mengendalikan lisan dengan memilih untuk diam adalah cermin dari kedewasaan dan kebijaksanaan dalam berinteraksi.

Melalui dalil-dalil ini, kita diingatkan bahwa memilih untuk diam pada waktu yang tepat adalah bagian dari ajaran Islam yang luhur. Tidak hanya untuk menjaga diri dari kesalahan, tetapi juga untuk menjaga keharmonisan hubungan dengan orang lain. Dalam setiap momen kehidupan---baik di rumah, di tempat kerja, maupun dalam lingkup sosial---diam adalah salah satu bentuk ibadah yang kadang terlupakan, namun memiliki dampak yang besar dalam menciptakan kedamaian dan keharmonisan. Sebagaimana ungkapan bijak, "Jika kata-kata kita tidak lebih indah daripada diam, maka diamlah."

Dalam kehidupan, kata-kata memiliki kekuatan yang besar---mereka dapat membangun, tetapi juga bisa menghancurkan. Oleh karena itu, memilih untuk diam pada waktu-waktu tertentu adalah tanda kebijaksanaan dan kematangan. Islam dengan jelas mengajarkan kepada kita bahwa menjaga lisan adalah salah satu kunci utama dalam menjalani hidup yang penuh kedamaian dan harmoni. Baik dalam keluarga, lingkungan kerja, pertemanan, maupun hubungan antara guru dan siswa, kemampuan untuk diam pada momen yang tepat adalah bagian dari akhlak mulia yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sesungguhnya, diam adalah emas ketika kata-kata tidak lagi mampu memberikan manfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun