Mohon tunggu...
Raabiul Akbar
Raabiul Akbar Mohon Tunggu... Guru - ASN Guru MAN 1 Kota Parepare

S1 Universitas Al-Azhar Mesir. S2 SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) LPDP Kemenag RI. (Dalam Negeri) Anggota MUI Kec. Biringkanaya. Sulawesi Selatan. Penulis buku "Perjalanan Spiritual Menuju Kesempurnaan Melalui Cahaya Shalat" dan "Warisan Kasih: Kisah, Kenangan, dan Hikmah Hadis". Prosiding : the 1st International Conference on Religion, Scripture & Scholars Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal Jakarta, berjudul "The Spirit of Ecology in the Hadith: Protecting Nature in Love of Religion" yang terbit pada Orbit Publishing Jakarta. Hal. 237-249. Tahun 2024. Peneliti Jurnal Ilmiah sinta 6 berjudul "Zindiq Al-Walīd bin Yazīd An Analysis of Orthodoxy and Heterodoxy in the perspective of Civil Society in the Umayyad Dynasty" yang terbit pada Journal Analytica Islamica Program Pscasarjana UIN Sumatera Utara Medan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keutamaan Istigfar dan Zikrul Hal dalam Kehidupan

10 September 2024   10:19 Diperbarui: 10 September 2024   10:24 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.liputan6.com/

Dalam kehidupan ini, sering kali kita dihadapkan pada ujian dan cobaan yang membuat kita merasa terjebak dalam situasi sulit. Pada saat-saat seperti inilah, berdoa dan memohon kepada Allah SWT menjadi pelipur lara sekaligus jalan keluar yang sering kali tidak kita duga sebelumnya. Salah satu doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW untuk menghadapi situasi genting adalah doa Nabi Yunus AS, ketika beliau berada dalam perut ikan.

Ucapan seorang hamba, "Lailaha illa anta subhanaka inni kuntu minazzhalimin" yang artinya "Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim," bukanlah sekadar rangkaian kata biasa. Rasulullah SAW bersabda bahwa doa ini, yang dikenal sebagai doa Dzun Nun, yaitu Nabi Yunus AS saat ia berdoa di dalam perut ikan, memiliki keutamaan yang luar biasa.

Tidak ada seorang Muslim pun yang berdoa dengan kalimat ini dalam situasi apa pun, kecuali Allah SWT akan mengabulkan permohonannya. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya dan juga oleh Al-Hakim dalam al-Mustadrak, serta ulama lainnya.

Doa ini mengandung pengakuan akan kekuasaan Allah yang mutlak, disertai dengan kesadaran akan kelemahan dan dosa diri. Kalimat "sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim" adalah cermin introspeksi diri yang mendalam, di mana seorang hamba menyadari kesalahan-kesalahannya dan memohon ampunan dari Allah yang Maha Pengampun.

Maka dari itu, saat kita merasa terbebani oleh masalah yang seolah tidak ada ujungnya, ingatlah bahwa Nabi Yunus AS, dengan doanya, telah menunjukkan kepada kita salah satu kunci pengharapan. Dengan mengucapkan doa ini, tidak hanya sebagai bentuk permohonan, tetapi juga pengakuan diri dan kerendahan hati di hadapan Allah SWT, insyaAllah, pertolongan-Nya akan datang di saat yang tepat.

Sebagaimana dijanjikan oleh Rasulullah SAW, doa ini membawa kebaikan yang besar. Maka, tidak ada salahnya bagi kita untuk merutinkan doa ini, terutama di saat-saat genting, memohon kepada Allah dengan penuh harap agar Dia memberikan jalan keluar terbaik dari setiap ujian yang kita hadapi.
Istighfar atau memohon ampun kepada Allah SWT memiliki tempat istimewa dalam ajaran Islam. Banyak sekali nash dalam Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang menekankan betapa besar keutamaannya. Salah satu ayat yang menunjukkan manfaat dari beristighfar adalah firman Allah Ta'ala dalam Surah Nuh:
"Maka aku berkata (kepada mereka): Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun, dan mengadakan pula di dalamnya sungai-sungai." (Surah Nuh: 10-12).

Ayat ini menunjukkan bahwa istighfar bukan hanya sekadar memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan, tetapi juga menjadi pintu pembuka berbagai nikmat dan karunia dari Allah SWT. Dalam ayat ini, Allah menjanjikan berbagai kebaikan kepada hamba-hamba-Nya yang senantiasa beristighfar, seperti turunnya hujan yang membawa kesuburan, bertambahnya harta dan keturunan, serta diberikan keberkahan berupa kebun-kebun dan sungai-sungai.

Hal ini menunjukkan betapa luasnya rahmat Allah bagi hamba-Nya yang bertobat dan kembali kepada-Nya. Istighfar adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, mengakui kelemahan diri, dan meminta ampun atas segala kesalahan yang telah dilakukan. Dengan istighfar, seseorang tidak hanya membersihkan hati dari dosa, tetapi juga membuka jalan bagi datangnya keberkahan dan kesejahteraan hidup.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga telah mengajarkan kepada kita pentingnya memperbanyak istighfar. Nabi sendiri, meskipun telah dijamin kebersihan dari dosa, tetap beristighfar lebih dari 70 kali sehari sebagai bentuk penghambaan dan keteladanan bagi umatnya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah bersabda, "Demi Allah, sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari."

Dari sini, jelaslah bahwa istighfar adalah salah satu amalan yang memiliki keutamaan besar, yang tidak hanya mendatangkan ampunan, tetapi juga membawa kebaikan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Maka, sepatutnya kita menjadikan istighfar sebagai bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, agar kita selalu berada dalam lindungan dan keberkahan Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang senantiasa beristighfar, Allah akan memberikan kepadanya jalan keluar dari setiap kesusahan, kelapangan dari setiap kesempitan, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dan lainnya, namun sebagian ulama memberikan kritik terkait kualitas sanad (rantai periwayatannya).

Meskipun kualitas sanad hadis tersebut menjadi bahan diskusi di kalangan ulama, makna yang terkandung di dalamnya selaras dengan ajaran Islam tentang manfaat dan keutamaan istighfar. Rasulullah SAW dalam berbagai riwayat lainnya juga menekankan pentingnya memohon ampunan kepada Allah sebagai cara untuk meraih pertolongan dan keberkahan dalam hidup.

Dalam hadis tersebut, Rasulullah SAW memberikan gambaran yang jelas tentang betapa besar pengaruh istighfar terhadap kehidupan seorang Muslim. Pertama, istighfar menjadi jalan keluar dari setiap kesusahan. Manusia sering kali terjebak dalam masalah yang tampak tak terpecahkan, namun dengan memohon ampun kepada Allah, pintu-pintu solusi akan terbuka. Ini adalah pengingat bahwa Allah adalah sumber segala solusi, dan hanya kepada-Nya kita harus kembali ketika merasa tak berdaya.

Kedua, istighfar memberikan kelapangan dari setiap kesempitan. Dalam hidup, kita sering kali merasakan kesempitan hati, tekanan batin, maupun masalah materi. Dengan istighfar, Allah tidak hanya menghilangkan beban tersebut, tetapi juga memberi kita ketenangan dan kelapangan hati untuk menghadapi tantangan hidup.

Terakhir, Allah berjanji akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka kepada mereka yang senantiasa beristighfar. Hal ini menunjukkan bahwa istighfar tidak hanya berkaitan dengan spiritualitas, tetapi juga membawa dampak positif pada aspek materi dan kesejahteraan hidup. Ketika seorang hamba menjalin hubungan yang baik dengan Allah melalui istighfar, maka Allah akan memudahkan jalan rezekinya, bahkan dari sumber-sumber yang tidak pernah ia duga.

Oleh karena itu, memperbanyak istighfar bukan hanya sekadar rutinitas ibadah, tetapi juga merupakan sarana untuk mendatangkan kebaikan, kemudahan, dan rezeki dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menyadari keutamaan ini, kita diharapkan dapat terus meningkatkan amalan istighfar dalam setiap kesempatan, baik saat menghadapi kesulitan maupun ketika berada dalam kelapangan, karena istighfar merupakan kunci utama untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh rahmat-Nya.

Rasulullah SAW bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari." Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari.

Hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari di atas memberikan teladan yang sangat jelas mengenai pentingnya istighfar dalam kehidupan seorang Muslim. Rasulullah SAW, sebagai manusia yang telah dijamin kesuciannya dari dosa, tetap merasa perlu untuk memohon ampun dan bertaubat kepada Allah lebih dari tujuh puluh kali setiap hari. Hal ini menunjukkan betapa agungnya kedudukan istighfar dalam agama kita dan betapa perlunya kita sebagai umatnya untuk mencontoh amalan tersebut.

Jika seorang Nabi yang maksum (terjaga dari kesalahan) menganggap penting untuk memperbanyak istighfar, maka kita, sebagai manusia yang tidak luput dari dosa dan kesalahan, tentu lebih memerlukan amalan tersebut. Istighfar bukan hanya bentuk pengakuan atas kesalahan, tetapi juga merupakan wujud kerendahan hati seorang hamba di hadapan Allah, yang selalu memohon rahmat, ampunan, dan petunjuk dari-Nya.

Selain itu, Rasulullah SAW juga mengajarkan bahwa istighfar tidak hanya terbatas pada dosa-dosa besar, tetapi juga menjadi sarana pembersihan diri dari hal-hal kecil yang mungkin terlewatkan. Setiap hari, kita mungkin melakukan kesalahan yang tidak kita sadari, atau lalai dalam melaksanakan kewajiban kita kepada Allah. Oleh karena itu, memperbanyak istighfar menjadi penting agar kita selalu dalam keadaan bersih dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Lebih dari itu, istighfar juga merupakan cara untuk memohon kepada Allah agar menjaga hati kita dari penyakit-penyakit spiritual seperti kesombongan, iri hati, dan kelalaian. Dengan memperbanyak istighfar, kita diingatkan untuk selalu introspeksi dan memperbaiki diri, agar senantiasa berada di jalan yang lurus.

Secara keseluruhan, hadis ini mengajarkan kepada kita bahwa istighfar tidak hanya sekadar ritual atau ucapan, tetapi juga sebuah proses spiritual yang mendalam. Ini adalah upaya untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah SWT, memohon ampunan, dan memohon perlindungan dari segala kekhilafan yang mungkin kita lakukan. Sebagai umat Rasulullah SAW, kita diharapkan dapat meneladani beliau dengan menjadikan istighfar sebagai amalan harian yang konsisten, sehingga kehidupan kita senantiasa diberkahi dan diliputi rahmat-Nya.

Dari Ibn Umar RA, beliau berkata: "Kami pernah menghitung Rasulullah SAW dalam suatu majelis, beliau mengucapkan: 'Ya Rabb, ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau adalah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang,' sebanyak seratus kali." Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Majah dan lainnya.

Hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Umar RA ini menambah bukti kuat tentang betapa seringnya Rasulullah SAW memohon ampunan dan bertaubat kepada Allah. Dalam suatu majelis, para sahabat menghitung bahwa beliau mengucapkan, "Ya Rabb, ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau adalah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang," sebanyak seratus kali. Ini menunjukkan intensitas dan ketulusan taubat yang beliau ajarkan, meskipun beliau adalah manusia yang terjaga dari dosa.

Melalui amalan ini, Rasulullah SAW  mengajarkan bahwa taubat dan istighfar tidak hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu atau setelah melakukan dosa besar saja, tetapi harus menjadi bagian dari keseharian seorang Muslim. Beliau menunjukkan bahwa memohon ampun kepada Allah adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, memurnikan hati, dan menjaga spiritualitas agar selalu terhubung dengan Sang Pencipta.

Selain itu, hadis ini juga menegaskan pentingnya konsistensi dalam beristighfar. Rasulullah SAW tidak hanya beristighfar dalam jumlah yang sedikit, tetapi dalam jumlah yang besar, bahkan sampai seratus kali dalam satu majelis. Hal ini menjadi pelajaran penting bagi umatnya, bahwa semakin banyak kita beristighfar, semakin besar peluang kita untuk mendapatkan ampunan, rahmat, dan kasih sayang Allah SWT. Istighfar bukan hanya untuk orang yang banyak berbuat dosa, tetapi juga merupakan bentuk kerendahan hati dan kesadaran akan kebutuhan kita terhadap rahmat dan pengampunan Allah, yang selalu terbuka bagi mereka yang memintanya.

Kata-kata yang dipilih oleh Rasulullah SAW dalam doa tersebut juga sangat bermakna. Ucapan "Ya Rabb, ampunilah aku dan terimalah taubatku" menekankan aspek permohonan ampunan atas dosa, sementara pengakuan bahwa Allah adalah Maha Penerima Taubat menunjukkan keyakinan bahwa taubat seorang hamba, sebesar apa pun dosanya, pasti akan diterima jika ia tulus dan ikhlas. Tambahan sifat Maha Penyayang (Ar-Rahim) dalam doa ini juga menggambarkan betapa Allah adalah Tuhan yang tidak hanya menerima taubat, tetapi juga mengaruniakan rahmat dan kasih sayang yang tiada batas bagi hamba-hamba-Nya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebagai umatnya diajarkan untuk meneladani Rasulullah SAW dengan menjadikan istighfar sebagai amalan yang konsisten. Baik dalam kesibukan duniawi maupun dalam keadaan lapang, istighfar hendaknya selalu menghiasi lisan dan hati kita. Dengan begitu, kita tidak hanya membersihkan diri dari dosa, tetapi juga menjaga hubungan yang kuat dengan Allah, yang senantiasa siap memberikan pengampunan dan kasih sayang-Nya kepada mereka yang kembali kepada-Nya dengan hati yang penuh penyesalan.


Maka, bersyukurlah kepada Allah Ta'ala atas karunia besar yang telah diberikan-Nya, yaitu taufik untuk senantiasa mengingat-Nya melalui istighfar dan doa. Mengingat Allah adalah tanda keberuntungan seorang hamba, karena tidak semua orang diberi hidayah untuk bisa memperbanyak dzikir dan memohon ampunan. Ketika Allah memudahkan kita untuk beristighfar, itu adalah bentuk kasih sayang-Nya yang memungkinkan kita membersihkan hati dari dosa dan memperkuat hubungan dengan-Nya.

Syukur atas nikmat ini seharusnya tidak hanya diucapkan, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan nyata, dengan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas ketaatan kepada Allah. Allah SWT berfirman dalam Surat Ibrahim Ayat 7: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." Maka, dengan bersyukur atas hidayah yang kita terima, Allah akan menambah nikmat-Nya, baik dalam bentuk kekuatan iman, kelapangan rezeki, atau ketenangan jiwa.

Selain itu, kita juga harus senantiasa memohon kepada Allah agar menambah nikmat-Nya dengan memberikan keteguhan dalam ketaatan. Tidak ada jaminan bahwa seseorang yang saat ini istiqamah akan tetap berada di jalan kebaikan di masa mendatang. Oleh karena itu, kita memerlukan pertolongan Allah agar hati kita tetap teguh dan tidak terpengaruh oleh godaan dunia atau hawa nafsu.

Berdoalah agar Allah tidak hanya memberi kita kesempatan untuk mengingat-Nya, tetapi juga meneguhkan hati dalam menjalankan setiap bentuk ketaatan, baik dalam keadaan senang maupun susah. Seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dalam doanya, "Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ala diinik" yang artinya "Ya Allah, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu," karena keteguhan iman adalah salah satu nikmat terbesar yang dapat diperoleh seorang hamba. Dengan terus beristighfar, bersyukur, dan memohon keteguhan dalam ketaatan, insyaAllah kita akan mendapatkan ridha-Nya dan menjalani kehidupan yang penuh dengan berkah serta rahmat-Nya.

Zikir dan istighfar, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para salafus shalih, memiliki keutamaan yang sangat besar dan membawa banyak kebaikan serta pahala yang berlimpah. Amalan ini tidak hanya terbatas pada saat-saat tertentu atau ketika seseorang sedang dalam kondisi kesulitan, tetapi dapat dilakukan kapan saja, baik dalam keadaan lapang maupun sempit, sebagai bentuk penghambaan dan pengakuan atas kelemahan diri di hadapan Allah SWT.

Para salafus shalih, generasi awal umat Islam yang terkenal dengan ketakwaan dan kesalehannya, menjadikan zikir dan istighfar sebagai amalan harian yang tidak pernah mereka tinggalkan. Mereka menyadari betul bahwa meskipun mereka berusaha keras dalam ketaatan, tetap ada kekurangan dan dosa yang tidak terhindarkan. Oleh karena itu, mereka memperbanyak istighfar sebagai sarana pembersihan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah. Dalam kitab Hilyat al-Awliya', disebutkan bahwa Abu Hurairah RA, salah satu sahabat yang banyak meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW, biasa memohon ampun dan bertaubat kepada Allah sebanyak dua belas ribu kali setiap hari. Ini adalah bukti nyata betapa besar perhatian para salafus shalih terhadap amalan istighfar dan zikir.

Kisah Abu Hurairah RA ini menggambarkan betapa seorang sahabat yang begitu dekat dengan Rasulullah SAW merasa perlu untuk terus memperbanyak istighfar, meskipun beliau adalah salah satu dari generasi yang dijamin kebaikannya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun, seberapa saleh pun dia, yang terlepas dari kebutuhan untuk memohon ampunan kepada Allah. Justru, semakin seseorang mendekat kepada Allah, semakin besar kesadarannya akan kekurangan diri dan kebutuhannya untuk terus meminta ampun.

Istighfar dan zikir yang dilakukan tanpa batas waktu atau sebab tertentu juga merupakan bentuk kesadaran penuh akan keberadaan Allah dalam setiap aspek kehidupan. Dengan memperbanyak zikir dan istighfar, hati seorang hamba menjadi lebih tenang, jiwanya menjadi bersih dari penyakit-penyakit spiritual, dan hidupnya dilimpahi dengan keberkahan serta ketenangan. Inilah yang dilakukan oleh generasi salafus shalih—mereka tidak hanya beramal dengan tindakan lahiriah, tetapi juga senantiasa menjaga hubungan batiniah mereka dengan Allah melalui zikir yang berkelanjutan.

Zikir dan istighfar adalah dua amalan yang ringan di lisan, tetapi memiliki dampak besar dalam kehidupan seorang Muslim. Oleh karena itu, kita pun seharusnya mencontoh para pendahulu kita yang saleh dengan memperbanyak istighfar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kita berharap agar Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, mengampuni dosa-dosa kita, dan memberikan ketenangan serta keberkahan dalam setiap langkah hidup yang kita jalani.

Dimanapun kita berada, kapanpun itu, penting untuk senantiasa mengingat Allah melalui istighfar. Istighfar bukanlah amalan yang terikat pada waktu atau tempat tertentu, tetapi dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, bahkan dalam situasi yang tampak sepele sekalipun. Zikir yang paling baik adalah "zikrul hal," yakni zikir yang dilakukan dalam keheningan, tanpa diketahui oleh orang lain. Zikir ini dilakukan dengan hati yang senantiasa mengingat Allah, bahkan ketika kita sedang berbincang, bekerja, atau dalam keadaan sibuk lainnya.

"Zikrul hal" mengajarkan kita untuk tetap terhubung dengan Allah dalam setiap keadaan. Ketika orang lain sedang bercakap-cakap, hati kita bisa tetap berzikir dan memohon ampun kepada-Nya. Bahkan saat sedang berkendara atau melakukan aktivitas sehari-hari, lisan dan hati ini tetap dapat diisi dengan istighfar. Inilah bentuk kesadaran spiritual yang tertanam kuat, di mana seorang hamba tidak pernah lupa akan kehadiran Allah dan selalu berusaha mendekatkan diri kepada-Nya.

Zikir semacam ini, meski dilakukan secara diam-diam dan tidak terlihat oleh orang lain, justru memiliki nilai yang tinggi di sisi Allah SWT. Sebab, zikir yang dilakukan dalam kesunyian hati menunjukkan ketulusan seorang hamba dalam mengingat Allah tanpa mencari perhatian atau pujian dari manusia. Zikir yang tulus ini pula yang menguatkan hubungan seorang Muslim dengan Tuhannya, membuat hati menjadi lebih tenang, pikiran lebih jernih, dan hidup lebih terarah.

Kebiasaan beristighfar dalam situasi apa pun juga melatih kita untuk terus merendah di hadapan Allah, menyadari bahwa meskipun kita menjalani aktivitas duniawi, kita tetap membutuhkan rahmat dan ampunan-Nya. Istighfar yang terus-menerus dilakukan, baik secara lisan maupun hati, akan menghapus dosa-dosa kecil yang mungkin tidak kita sadari, dan menambah keberkahan dalam setiap langkah kehidupan kita.

Dengan demikian, memperbanyak istighfar dan zikir dalam berbagai keadaan adalah salah satu cara terbaik untuk menjaga hati tetap terhubung dengan Allah, menghindarkan diri dari kelalaian, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Inilah esensi dari zikrul hal, zikir yang dilakukan dengan kesadaran penuh dan kontinuitas, yang membawa kita pada kedekatan spiritual dengan Sang Pencipta, meski dalam kesibukan dunia yang tidak pernah berhenti.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun