Mohon tunggu...
Raabiul Akbar
Raabiul Akbar Mohon Tunggu... Guru - ASN Guru MAN 1 Kota Parepare

S1 Universitas Al-Azhar Mesir. S2 SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) LPDP Kemenag RI. (Dalam Negeri) Anggota MUI Kec. Biringkanaya. Sulawesi Selatan. Penulis buku "Perjalanan Spiritual Menuju Kesempurnaan Melalui Cahaya Shalat" dan "Warisan Kasih: Kisah, Kenangan, dan Hikmah Hadis". Prosiding : the 1st International Conference on Religion, Scripture & Scholars Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal Jakarta, berjudul "The Spirit of Ecology in the Hadith: Protecting Nature in Love of Religion" yang terbit pada Orbit Publishing Jakarta. Hal. 237-249. Tahun 2024. Peneliti Jurnal Ilmiah sinta 6 berjudul "Zindiq Al-Walīd bin Yazīd An Analysis of Orthodoxy and Heterodoxy in the perspective of Civil Society in the Umayyad Dynasty" yang terbit pada Journal Analytica Islamica Program Pscasarjana UIN Sumatera Utara Medan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Dua Sahabat: Zaki si Pintar dan Mujahid si Rajin

5 September 2024   14:18 Diperbarui: 5 September 2024   14:25 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita sering kali mendengar bahwa kepintaran adalah kunci utama untuk meraih kesuksesan. Namun, apakah itu benar-benar satu-satunya faktor penentu? Kisah berikut ini mengisahkan perjalanan dua sahabat, Zaki dan Mujahid, yang menunjukkan bahwa ketekunan dan kerja keras bisa menjadi pemenang utama dalam hidup. Meskipun Zaki memiliki kecerdasan alami yang membuatnya diunggulkan, kemalasannya membuatnya kalah dalam ujian akhir melawan Mujahid, yang tidak begitu pintar namun memiliki tekad dan kerja keras yang luar biasa. Melalui cerita ini, kita akan belajar bahwa usaha dan dedikasi seringkali lebih berarti daripada bakat semata.

Di sebuah desa yang tenang, hidup dua sahabat bernama Zaki dan Mujahid. Zaki adalah anak yang sangat pintar. Semua orang di sekolah mengaguminya karena kecerdasan alaminya. Dia selalu bisa menjawab pertanyaan guru dengan mudah, dan setiap ujian, nilainya selalu di atas rata-rata. Namun, Zaki punya satu kelemahan: dia malas. Karena merasa dirinya pintar, Zaki sering menunda-nunda belajar, berpikir bahwa dia bisa dengan mudah mengatasi pelajaran di waktu yang singkat.

Di sisi lain, ada Mujahid, seorang anak yang tidak secerdas Zaki. Mujahid harus berusaha keras untuk memahami pelajaran. Dia harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan sering meminta bantuan guru dan teman-temannya untuk memahami materi yang sulit. Namun, ada satu hal yang membuat Mujahid istimewa: dia sangat rajin. Setiap hari, setelah pulang sekolah, dia tidak pernah lupa untuk membuka buku dan mempelajari kembali apa yang telah diajarkan di kelas.

Waktu berlalu, dan hari-hari ujian akhir pun tiba. Zaki yang merasa yakin dengan kepintarannya, hanya belajar seadanya. Dia menganggap bahwa dia akan dengan mudah menguasai soal-soal ujian. Sementara itu, Mujahid dengan tekun belajar setiap hari, mengulang materi, dan bertanya kepada guru jika ada hal yang belum dia pahami. Meski sering merasa lelah, Mujahid tidak menyerah. Dia selalu mengingat nasihat ayahnya, "Kerja keras mengalahkan bakat ketika bakat tidak bekerja keras."

Ketika hasil ujian diumumkan, seluruh sekolah tercengang. Mujahid, yang selama ini dikenal sebagai anak yang biasa-biasa saja, berhasil meraih peringkat pertama. Semua orang kagum dengan pencapaiannya, termasuk Zaki. Dia sendiri hanya berada di peringkat tengah. Zaki merasa bingung dan kecewa, tak menyangka bahwa kepintarannya tidak cukup untuk membawanya ke puncak.

Selain itu, ada faktor lain yang membuat Mujahid berhasil sedangkan Zaki mengalami kekecewaan. Mujahid bukan hanya rajin dalam belajar, tetapi juga tak pernah melupakan kekuatan doa. Setiap malam sebelum tidur, Mujahid selalu meluangkan waktu untuk berdoa kepada Allah, memohon petunjuk dan kemudahan dalam menuntut ilmu. Ia juga selalu ingat akan pesan ibunya, bahwa keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh usaha, tetapi juga oleh doa yang tulus dan ikhlas.

Orang tua Mujahid juga tidak pernah berhenti mendoakan anaknya. Setiap selesai shalat, ayah dan ibu Mujahid selalu memohon kepada Allah agar Mujahid diberikan keberkahan dalam belajar dan dijauhkan dari segala kesulitan. Keberkahan dari doa-doa inilah yang memberikan kekuatan tambahan bagi Mujahid dalam menghadapi setiap tantangan.

Sementara itu, Zaki, meskipun pintar, kurang memperhatikan pentingnya doa dan keberkahan dari orang tua. Dia jarang berdoa, bahkan sering mengabaikan nasihat dan doa dari orang tuanya. Zaki terlalu bergantung pada kepintarannya sendiri, sehingga ia lupa bahwa usaha manusia tidak akan sempurna tanpa campur tangan dan keberkahan dari Allah.

Dengan demikian, keberhasilan Mujahid bukan hanya karena ketekunannya, tetapi juga karena ia menyertakan Allah dalam setiap langkahnya dan tak pernah melupakan doa orang tuanya. Ini menjadi pengingat bagi Zaki dan semua orang, bahwa dalam setiap usaha kita, ada kekuatan besar dalam doa dan restu orang tua yang dapat membawa kita menuju keberhasilan yang hakiki.

Setelah merenung, Zaki menyadari kesalahannya. Dia mengerti bahwa meskipun dia pintar, tanpa usaha keras, kecerdasan itu tidak ada artinya. Sementara itu, Mujahid dengan ketekunannya berhasil membuktikan bahwa kerja keras dapat mengalahkan segala rintangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun