Mohon tunggu...
Rasinah Abdul Igit
Rasinah Abdul Igit Mohon Tunggu... Lainnya - Mengalir...

Tinggal di Lombok NTB, pulau paling indah di dunia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kopi Maya, Kopi Palsu

9 Juli 2020   09:25 Diperbarui: 9 Juli 2020   09:32 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di media sosial seperti Facebook dan Twitter, warganya didominasi oleh mereka yang membangun posisi diametral: batas tegas dan kaku antara pemilik akun yang satu dengan yang lainnya. 

Oleh karena Medsos adalah dunia maya dan bukan dunia nyata, tentu orang tidak bertemu langsung satu sama lain. Karena tidak bertemu dan bertatap muka langsung, maka satu-satunya cara menilai dan menginterpretasikan maksud orang lain adalah dengan membaca status atau postingannya. Postingan hanya kata yang tertulis di dinding (wall), ia tak punya intonasi. Karena itu yang akan berlaku adalah interpretasi searah.

Saya beri contoh soal pendapat-pendapat politik yang berseliweran di linimassa. Jika seseorang memposting kritik terhadap calon A, maka besar kemungkinan ia ditafsirkan mendukung calon B atau C pada waktu bersamaan. 

Jika seseorang meng-upload foto calon tertentu, ia dipersepsikan atau disimpulkan sedang benci pada calon lain pada waktu bersamaan. Ini hanya sekedar contoh soal betapa sederhananya kata di dunia maya yang minus syarat-syarat lain dalam komunikasi.

Di dunia nyata dan bertemu badan, komunikasi tidak hanya soal kata. Ia juga melibatkan prasyarat lain seperti mimik, raut muka. Raut muka menentukan proses komunikasi antar person. 

Coba lihat orang yang pacaran, karena masing-masing membawa raut muka terbaik dipadu dengan semangat bercinta, omongan pun lancar dan mengasyikkan. Bener kan?

Dunia maya minus intonasi, dunia nyata kaya intonasi. Di dunia maya maksud si lawan bicara  justru disusun oleh intonasi yang diciptakan si pembaca dan juga kondisi-kondisi tertentu yang sedang dialaminya. 

Ini yang kemudian memberi efek tafsir tertentu terhadap kata itu. Orang bisa marah dan tersinggung terhadap Postingan tertentu karena cara dia membacanya "meninggi" atau memberi penekanan pengucapan terhadap kata-kata tertentu. Atau, seringkali orang marah terhadap status seseorang hanya karena ia lapar, perutnya belum terisi sejak pagi. Hehehe

Di dunia nyata, komunikasi juga ditentukan oleh yang lain, misalnya saja kopi. Kira-kira bahasanya begini,  Ngobrol-ngobrol sambil seruput kopi akan membuat kita utuh memahami lawan bicara. Ingat, di dunia maya tak ada kopi, kalaupun ada, itu kopi maya, kopi palsu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun