Mohon tunggu...
Rasinah Abdul Igit
Rasinah Abdul Igit Mohon Tunggu... Lainnya - Mengalir...

Tinggal di Lombok NTB, pulau paling indah di dunia

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Sumartini dan Skill Berbahasa TKI Kita

27 April 2019   20:34 Diperbarui: 27 April 2019   20:49 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cuma mirisnya di komunikasi. Bayangkan, caranya berkomunikasi dengan keluarga majikan adalah memakai bahasa isyarat. Perintah majikan juga banyak disampaikan lewat tulisan. Setelah ditulis di kertas, Sumartini lalu mencari artinya dan kemudian paham. Belakangan, kelemahan soal bahasa inilah yang mengantarnya menuju derita panjang. Saya tidak bisa bayangkan kesulitannya menjelaskan kepada majikan bahwa tuduhan-tuduhan yang ada tidak benar. 

Skill pengantar sangat penting saat bekerja di negara orang. Pertanyaannya, sudah maksimal kah para pihak terkait menyiapkan skill bagi para tenaga kerja? Para pihak di sini tentu tidak satu. Misalnya negara. Bekerja dimana saja itu hak sepanjang sesuai ketentuan yang berlaku.

Nah karena bekerja itu hak, negara tidak boleh abai menyiapkan skill mereka, terutama skill berbahasa. Saya mengamati hal ini belum maksimal. Skill pengantar bagi para TKI tidak periodik dan terencana dengan baik.

Padahal sejak dulu Indonesia adalah sumber tenaga kerja besar. Yang ada adalah pendidikan-pendidikan "dadakan", hanya waktu singkat sebelum mereka berangkat keluar negeri.

Pendidikan skill pengantar bagi mereka sepertinya tidak punya kurikulum yang jelas. Jika bahasa saja mereka tidak kuasai, bagaimana mereka akan menguasai juga adat istiadat dan tradisi orang-orang tempat mereka bekerja? Pendapatan negara dari TKI sangat - sangat besar. Semua sudah tau itu. Sumbangsih yang besar harus dibalas setimpal dengan menyiapkan kualitas SDM tenaga kerja yang baik dan berdaya saing.

Pelatihan skill pengantar mesti tuntas. Artinya, tak cukup dadakan, tak cukup sekedar pelajaran teori yang hanya beberapa kali pertemuan hanya untuk menyelesaikan kewajiban.

Berbahasa dan berkomunikasi itu soal praktek. Soal kebiasaan berbicara dengan orang asli negara yang dituju. Ini pentingnya patihan harus disusun secara periodik dengan kurikulum yang jelas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun