Mohon tunggu...
Rasinah Abdul Igit
Rasinah Abdul Igit Mohon Tunggu... Lainnya - Mengalir...

Tinggal di Lombok NTB, pulau paling indah di dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hikmah Bencana Pertebal Solidaritas

1 Desember 2017   16:50 Diperbarui: 1 Desember 2017   16:53 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua anak pengungsi asal Karangasem Bali, Tamim dan Dinda, saat diterima belajar sementara di salah satu pondok pesantren di Lombok Barat saat terjadi erupsi Gunung Agung/www.radarlombok.co.id

Akhir tahun ini bencana datang silih berganti. Di Bali ada bencana erupsi Gunung Agung yang menyebabkan ribuan warga terpaksa mengungsi. Sampai hari ini erupsi Gunung Agung membuat jalur penerbangan dari dan menuju Bali terganggu.

Di Lombok terjadi banjir bandang di wilayah Lombok Timur dan merusak ratusan rumah. Kerugian materil warga sangat besar. Di Pacitan Jawa Timur terjadi banjir yang juga menyebabkan kerugian besar bagi para korban. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika telah memprediksi cuaca buruk masih akan terus terjadi hingga beberapa minggu ke depan. Masyarakat harus waspada.

Bencana alam adalah hal yang sangat dekat dengan manusia. Ia digolongkan menjadi dua : bencana alam yang memang terjadi sebagai bagian dari proses alamiah menuju keseimbangan alam. Gunung meletus misalnya terjadi sebagai bagian dari proses alam itu. Manusia hanya perlu menyelamatkan diri, menaati aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam bentuk standar penyelamatan.

Kedua adalah bencana alam yang diakibatkan oleh ulah manusia. Cara manusia memperlakukan alam membuat terjadi ketidakseimbangan lalu muncullah bencana. Banjir dimana-mana terjadi karena daerah pegunungan sudah botak. Tidak ada pohon yang akan menyerap dan menahan air sehingga langsung meluber menerjang pemukiman penduduk.

Sampai sekarang angka praktek penebangan pohon secara liar masih tinggi. Tidak itu saja, banyak daerah resapan air berubah fungsi menjadi pemukiman dan lain-lain. Kalau sudah begini, tidak tepat mengatakan bahwa bencana adalah ujian dari Tuhan. Lebih tepat bencana datang sebagai peringatan bagi kita agar memperlakukan alam dengan baik, tidak serakah mengekploitasinya.

Terlepas dari itu semua, ada yang semakin nampak di balik bencana yang datang silih berganti ini. Yakni semakin tebalnya semangat persaudaraan. Bencana melahirkan solidaritas yang meluas. Di balik bencana erupsi Gunung Agung misalnya, solidaritas antar sesama melumpuhkan sekat - sekat perbedaan yang selama ini ada. 

Tercatat ada banyak pengungsi yang memilih menyeberang ke Pulau Lombok. Di Lombok, para pengungsi yang sebagian besar beragama Hindu diterima dengan baik oleh saudara-saudara mereka yang beragama Islam. Pengumpulan donasi digelar dimana-mana untuk meringankan beban mereka. 

Inilah hikmah bencana. Ia membuat orang jeda memikirkan perbedaan - perbedaan mereka dan memilih menyatu dalam rasa duka yang sama untuk saling bantu. Bencana membuat kita berhenti sejenak bicara politik yang temanya itu-itu saja, tentang saling sikut, saling sikat, saling intrik dan sejenisnya.

 Alam menyadarkan kita bahwa kebersamaan adalah segalanya. Kebersamaan tidak harus menghilangkan perbedaan. Kebersamaan adalah nama lain dari harmoni yang dijamin lewat beragam corak dan warna. Inilah yang dimaksud dengan Bhinneka Tunggal Ika di dalam Pancasila.

Dua anak pengungsi asal Karangasem Bali, Tamim dan Dinda, saat diterima belajar sementara di salah satu pondok pesantren di Lombok Barat saat terjadi erupsi Gunung Agung/www.radarlombok.co.id
Dua anak pengungsi asal Karangasem Bali, Tamim dan Dinda, saat diterima belajar sementara di salah satu pondok pesantren di Lombok Barat saat terjadi erupsi Gunung Agung/www.radarlombok.co.id
Bencana alam berpotensi masih akan terjadi menyusul masih lamanya musim hujan. Yang paling penting dilakukan oleh pemerintah saat ini ada dua hal setidaknya. Pertama : meningkatkan kewaspadaan dini masyarakat. 

Sebagai negara dengan intensitas kebencanaan yang tinggi, kesadaran dan kewaspadaan masyarakat harus terus diasah. Mereka harus terus diingatkan bahwa mereka tinggal di lingkar bencana yang sewaktu waktu terjadi. Sebelum petugas penyelamat datang, mereka harus bisa melakukan pertolongan dan penyelamatan dini agar jumlah korban bisa ditekan dan diminimalisir.

Kedua, "mengkapitalkan" semangat solidaritas di balik terjadinya bencana. Kegotongroyongan yang menjadi ruh bangsa ini sejak lama harus terus dipertebal maknanya, tentu lewat instrumen pendidikan, kelompok-kelompok warga dan lain sebagainya. Dalam hal apa saja, mengandalkan pemerintah saja tentu tidak bisa. Kebersamaan lah yang utama.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun