Mohon tunggu...
Rahmi Kardiana
Rahmi Kardiana Mohon Tunggu... -

kejujuran, keihklasan akn membawa kesuksesan yang tak terduga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mana Nilai Juang dari Reformasi

7 April 2014   19:46 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:57 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia terdiri dari barbagai suku, budayadan bangsa. Hal itulah yang membuat bangsa ini menjadi bansa yang besar dan menjadi alasan untuk pemecah belah bangsa ini. Indonesai terdiri dari  pulau yang besar dan di lima pulau yang besar itu memiliki adat dan budaya yang besar juga. Akses satu pulau dengan pulau yang lainnya itu memiliki waktu yang cukup lama. Degan semangat juang yang di lakukan oleh para pahlawan dan oleh para pemuda-pemudi Indonesia mejadikan akses yang jauh itu menjadi dekat.

Semangat juang yang dilakukan oleh pemuda-pemudi Idonesia adalah langkah awal bangsa ini untuk bersatu dan menjadikan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, bangsa dan agama. Kita slalu terlena akan sejarah, dan slalu membangkakan sejarah. Sejarah adalah masa lalu dan sekarang adalah saat ini. Bagaimana dengan kondisi bangsa  saat ini akankah pemuda-pemudi masih terlena dan terhanyut oleh sejarah yang begitu indah dan begitu penuh dengan kejuangan.

Kita sebagai kaum muda tak bisa tutup mulut, tutup telinga dan tutup mata. Indonesia tidak seindah sejarahnya. Indonesia tidak kaya hasil buminya lagi. Dimana gizah kaum muda dahulu yang menjadi kuatan bangsa ini. Dimana kesatuan kaum muda dahulu pemersatu bangsa. Wahai kaum muda yang mengaku katifis pemuda. Indonesia saat ini da ditangan kalian dan saya. Indonesai butuh deprakan baru dan kekuatan baru untuk perubaha. Dan katanya reformasi,wlaupun reformasi telah dilakukan pada  tahun 1998 tapi pada saat ini apa yang dirasakn oleh bangsa ini. Reformasi seperti apa yang diininkan oleh pahlawan reformasi. Masa reformasi sudah mencapi 20 tahun tapi reformasi apa yang dirasaka oleh banga kita.

Mari kita lihat bersama dari tahun 1998 hingga saat ini reformasi apa yang telah dilakukan oleh bangsa ini. Dari segi pendidikan, pendidikan sekarang tak bepihak pada kaum miskin walaupun wajib belaja 9 tahun telah diterapan dan diberikan APBD untuk pendidikan 20%. Bagaimana kelanjutan di SMA apakah kaum miskin tak berhak untuk mendapatkan pendidikan di SMA, uang masuknya saja mencapai Rp 1 juta sedangkan penghasilan orang tuanya hanya Rp 500.000 perbulannya dan itu sudah habis dimakan perbulannya untuk keluarga sebangak 10 orang, dan untuk ditabung tak ada tersisa.

Beda lagi masalahnya dengan perguruan tinggi, bagi kaum miskin yang akan melanjutkna ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi ke perguruan tinggi, biaya masuk perguruan tinggi semakin bertambah semester semakin bertambah pula uang semesternya, semakin lama semakin naik pula uang pendaftaran masuk. Pendidikan dijadikan perindustrian, libarislme pendidikan, pendidikan di koemersilkan. Anak2 miskin yang memiliki prestsi tak bisa masuk keperguruana tinggi terfavorti. Tak memiliki uang ya jangan kuliah demikianlah kata masyarakat kita yang tidak mempunyai kemampuan untuk menguliahkan anaknya.

Bagaimana nasib bangsa ini kalau yang memiliki uang yang dapat sekolah sedangkan yang tidak memiliki uang ya,,, gigit jari. Bagaimana memberantas kemiskinan kalau pendidikan bangsanya hanya sebatas SMP. Bangsa ini akan menjadi pekerja saja dimata dunia, dan kasihannya hanya sebagai pekerja di pabrik2 milik mereka yang menanamkan modalnya di Indonesia, bangsa Indonesia hanya sebatas buruh dan yang menjadi bos dinegara kita sendiri adalah orang asing yang memiliki modal. Bangsa Indonesia hanya menjadi buruh, penghasilnya dibawah rata2 hanya cukup untuk makan. Tak cukup untuk membiayai sekolah anak. Bangsa Indonesia akan tetap miskin kalau biaya pendidikan tidak berpihak pada rakyat miskin.

Mahalnya pendidikan menyeret masyarakat miskin ke jalanan mereka menengadahkan tangan mereka untuk mendatkan uang dari pejalan kaki ataupun yang berada di dalam bus. Hal itu tidak hanya dilakukan oleh bapak2 tetapi pemuda-pemudi, anak remaja, hingga anak kecil. Inikah gambaran bangsa kita, inikah gambaran pemuda bangsa Indonesia yang kehidupannya di jalanan dari pagi hingga malam. Kehidupan mereka bergelut denga teriknya panas dan dinginnya malam. Padahal usia mereka seharusnya berada di bangku sekolah mendapatkan pendidikan dan pembentukan budi pekerti. Tapi apa pembelajaran apa yang mereka dapatkan dijalanan yakni pembelajaran bertahan hidup dijalanan, belajar untuk berkata kotor, belajar berkelahi, belajar untuk melawan dan tak berpendidikan.

Jangan salahkan mereka tidak mau untuk bersekolah, jangan salahkan mereka bersikap tidak berpendidikan, jangan katakana mereka pemalas dan jangan katakana mereka bodoh, jangan katakana mereka kotor, jangan salahkan orang tua mereka tidak mau menyekolahkan mereka, jangan caci mereka sebagai orang miskin. System pemerintahan kitalah yang membuat mereka miskin, bodoh dan tidak berpendidikan. System pemerintahan kita yang menyeret mereka ke jalanan. Bagaimana mereka memikirkan untuk sekolah duduk diam menerima pelajaran di sekolah sedangkan bayar uang sekolah saja mereka tak tau uangnya dari mana.

Dari data diatas kita lihat bersama apakah data tersebut dikatakn data reformasi (perubahan) menjadai baik atau perubahan yang menjadi buruk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun