Mohon tunggu...
Rio Zakaria
Rio Zakaria Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Setidaknya ada yang bisa diceritakan dan dibaca orang lain

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Saya Siap Jadi Pengganti Ketua PSSI Sekarang (3): ‘KLB’ oriented

21 Desember 2011   06:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:57 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sebenarnya saya tidak berniat mengeluarkan sekuel ketiga dari tulisan saya, namun ternyata ada momen yang mengharuskan saya menjadikan judul tersebut menjadi sebuah trilogi (kayak buku-buku laris gitu hehehehe). Tulisan ini bertujuan mengenalkan konsep’KLB’ yang lain. Saya yakin konsep ‘KLB’ saya ini lebih baik dari konsep KLB hasil RASN. KLB dengan agenda pemakzulan hanya akan melahirkan pemakzulan lain di masa datang. Pengurus PSSI juga hendaknya tidak menjawab pertanyaan dengan sanksi dan menganggap perbedaan pendapat sebagai pembangkangan, karena itu sama saja seperti dejavu dengan rezim lama.

Inti dari kisruh ini menurut hemat saya adalah dari kitab suci sepakbola bernama statuta yang merupakan produk dari Tuhan sepakbola bernama FIFA, tidak ada yang salah dengan kitab suci itu ketika kita menafsirkan dengan benar. Yang terjadi sekarang di negeri kita adalah terjadinya multi tafsir yang didasari ego segelintir pihak yang mencari celah demi kepentingannya entah itu politik ataupun bisnis dan melupakan Kepentingan yang Lebih Besar (KLB) yakni kemajuan sepakbola nasional.

Untuk itu dengan tulisan ini (karena hanya ini yang saya mampu sementara ini) saya mengajak semua pihak merenung untuk menanggalkan sejenak Tuhan FIFA dengan kitab sucinya Statuta dan menggantinya dengan Tuhan ‘KLB’ tadi dan menggunakan kitab suci asli Bangsa Indonesia yakni Musyawarah Mufakat kecuali memang sudah dibutakan mata hatinya oleh kepentingan pribadi dan golongannya.

Sedikit langkah teknis memulai konsolidasi ini adalah duduk bersama antara PSSI dalam hal ini hanya ketua dan wakilnya tanpa anggota exco (yang ini cuma bikin rusuh aja) dan klub-klub yang terdaftar di PSSI sebagai peserta kompetisi musim lalu merumuskan 3 hal penting:

1. ‘Konsep’ kompetisi ke depan.  Kenapa saya tulis konsep bukannya format? Karena konsep mempunyai makna lebih luas dari sekedar format, kompetisi tidak hanya format kompetisinya tapi mengandung unsur bisnis.

Perlu diingat oleh PSSI bahwa sebagian klub-klub peserta kompetisi sudah menjadi perusahaan sebelum kisruh ini muncul artinya mereka sudah punya konsep bisnis yang mereka yakini terbaik untuknya. Klub dalam hal ini meyakini konsep PT.LI merupakan konsep yang terbaik buat mereka. Untuk itu perlu adanya kesepahaman antara konsep yang ingin diusung PSSI (konsorsium penyelenggara kompetisi dan pembiayaan klub) dengan konsep calon peserta kompetisinya. Semestinya PSSI mencari win-win solution misalnya dengan menyetujui liga diselenggarakan oleh PT.LI dengan syarat (nah disini posisi tawar PSSI ditunjukkan) klub mendorong PT. LI untuk menyerahkan audit keuangannya dan klub harus menerima apapun hasil audit tersebut (untung ruginya) sebagai resiko pemegang saham. Klub juga harus menyetujui adanya perombakan direksi dan manajemennya  demi terwujudnya liga yang sehat dan fair, dan pengadopsian aturan-aturan yang baik dari konsep milik PSSI untuk membenahi kekurangan kompetisi lalu seperti biaya operasional wasit dan perangkat pertandingan menjadi tanggungan penyelenggara kompetisi untuk menjaga netralitasnya.

2.Jumlah peserta kompetisi. Dengan pertimbangan biaya operasional,  demand pihak klub jumlah peserta liga super adalah 18 dan itu adalah sesuai hasil kompetisi lalu. PSSI hendaknya menyetujui hal itu dengan tetap menegakkan syarat klub profesional, yang utama adalah klub harus berbadan hukum yang profit oriented dalam hal ini PT bukan yayasan atau sebagainya dan menyertakan bukti pembiayaan mandiri (bukti lepas dari APBD). Klub yang tidak sanggup memenuhi syarat tersebut akan digantikan oleh klub nominator yang juga ditentukan bersama baik urutan maupun kriterianya.

3.PSSI memfasilitasi rekonsiliasi klub yang terpecah dengan mekanisme supporter, karena supporterlah yang ke depannya akan menjadi fondasi keuangan klub. Klub hasil pilihan supporter inilah yang akan mewakili nama tersebut untuk menjadi peserta liga.

Dengan merumuskan ketiga hal di atas, saya kira misi membentuk kompetisi profesional yang sehat akan dapat terwujud dan kisruh yang ada dapat terselesaikan.

As always..... last but not least, bagaimana pun semua itu tergantung ada tidaknya niat untuk mengedepankan Kepentingan yang Lebih Besar daripada sekedar ego pribadi maupun golongan.

Oia, kalau pak Djohar tidak bisa mengajak klub-klub duduk bersama...kayaknya saya juga bisa deh....hehehehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun