Setelah sekita 6 bulanan kita melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ), ternyata banyak dampak negatif yang dialami, baik oleh pelajar (anak-anak) maupun oleh orangtua. Anak-anak banyak mengalami tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orang terdekatnya, yaitu orangtua sendiri.
Demikian juga dengan orangtua. Mereka merasa terbebani dengan harus mengajar anaknya di rumah. Biasanya para guru yang mengajar anaknya, kini dengan PJJ, orangtua yang harus mengajarnya.
Sudah pusing dengan bagaimana memenuhi kebutuhan hidup, orangtua juga harus mengajari anaknya. Apalagi bagi orangtua yang kena PHK atau bahasa halusnya "dirumahkan".
Tidak Pernah Belajar Ilmu Mendidik
Jadi, sudah kena beban yang satu, masih ada lagi beban yang lain menimpa. Saya kira peribahasa "Sudah jatuh, tertimpa tangga", sangat tepat menggambarkan hal ini.
Karena tidak pernah belajar ilmu mendidik, orangtua banyak yang stres melihat anaknya susah memahami pelajaran yang disampaikan orangtuanya (khususnya pelajaran matematika).
Orangtua menjadi kian panas karena sang anak tidak mengerti juga meski sudah diberitahu dan diajari berulang kali. Tidak sedikit anak-anak yang mengalami kekerasan dalam hal ini. Penulis yakin, yang terekspos di media online atau media sosial belum seluruhnya. Masih banyak yang tetap tersembunyi, tidak diketahui publik.
Keisya Safiyah Dianiaya dan Dibunuh
Dan yang terakhir, yang paling sadis adalah yang dialami seorang anak perempuan berusia 8 tahun, Keisya Safiyah. Ibunya (26 tahun) yang berinisial LH.
Penulis menduga, pelajaran yang membuat sang ibu kalap, adalah matematika. Matematika adalah pelajaran yang lebih sulit untuk dipahami bagi anak-anak SD daripada pelajaran lain. Si Keisya ini rupanya berbeda dengan kembarannya yang penurut dan lebih cepat mengerti.