Berdasarkan keterangan polisi, LH pada 28/8/2020, karena kesal dan anaknya sulit memahami pelajaran yang diajarnya, Keisya dicubit di paha, lalu dipukul di paha dengan tangan kosong, dipukul dengan gagang sapu dari kayu sebanyak 5 kali di  kaki, paha, betis dan tangan.Â
"Bahkan ketika korban sudah tersungkur lemas, LH terus menganiayanya. Bahkan, ia memukul hingga 3 kali dengan sapu bagian belakang kepala anaknya," jelas Kasatserse Polres Lebak, AKP David Adhi Kusuma.
Ayah dan Ibu Keisya Bersekongkol
IS, 27 tahun, yang adalah ayahnya. awalnya hanya menegur istrinya, LH. Namun, setelah Keisya tewas, ia malah bersekongkol dengan istrinya untuk membawa jasad anaknya dengan sepeda motor ke Lebak, Banten yang jauhnya 3 jam perjalanan dari rumah mereka di Larangan, Tangerang. IS ingin membantu istrinya untuk menghilangkan jejak pembunuhan itu.Â
Keduanya ingin menguburkan jasad anaknya di TPU Gunung Kendeng, Lebak.
Namun, karena tidak membawa pacul, mereka pun meminjamnya pada keluarga yang tinggal di dekat kuburan itu. Jasad sang anak pun dikubur di situ dengan kedalaman setengah meter dengan pakaian lengkap.
Kuburan Dibongkar
Sekitar 3 pekan kemudian, 12 September 2020, warga sekitar merasa heran melihat kuburan baru yang tidak dikenal. Lalau mereka membongkarnya dan melaporkan kepada polisi penemuan jasad seorang anak yang masih berpakaian lengkap yang dikubur di situ.
Polisi pun segera melakukan penyelidikan. Akhirnya, terkuaklah kasus penganiayaan Keisya hingga tewas dan penguburan jasadnya di TPUGunung Kandang.
Gegara PSBB
Dalam kasus ini banyak yang menyalahkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) sebagai penyebabnya. Namun, penulis memiliki pendapat yang berbeda. Penyebabnya adalah pemberlakuan PSBB di daerah tertentu. Dengan adanya PSBB dengan larangan ini-itu membuat banyak perusahaan gulung tikar. Maka banyak atau bahkan semua karyawannya dirumahkan alais di-PHK.