menarik membaca kisahmu sebagai pendiri kompas
pada 1978 sejumlah koran dibredel termasuk kompas
kau tampak sangat sedih karena pembredelan itu
penyebabnya kompas dan beberapa koran lainnya
memberitakan unjuk rasa mahasiswa
yang menolak soeharto dicalonkan kembali sebagai presiden
akhirnya kau sangat bersukacita
kala kompas diizinkan terbit kembali
meski harus menandatangani pernyataan tertulis minta maaf
dan berjanji tidak menyinggung penguasa lewat tulisan
mulai saat itu kau mulai hati-hati
karena kau mau kompas tetap terbit
meski suasana sedang genting
kau memikirkan keberlangsungan perusahaan
dan nasib para karyawan
mochtar lubis dan rosihan anwar mengkritikmu      Â
sebagai wartawan yang tidak tegas pada pemerintahan soeharto  Â
bahkan mochtar lubis menjulukimu sebagai wartawan
dengan pendekatan jawa yang tidak produktif
rosihan anwar juga mengkritik gaya jurnalismemu yang tidak tegas
memperjuangkan keterbukaan informasi
mochtar lubis memang pengkritik tajam
namun karenanya indonesia raya tidak pernah terbit lagi
sedangkan kau pengkritik dengan cara halus
bagiku kompas juga koran terbaik dari segi bahasa
aku selalu menyuruh mahasiswaku untuk membaca kompas
karena bahasa yang digunakan adalah  Â
bahasa yang baik dan benar
kalau media lain mempublikasikan berita yang panas
aku lihat ke kompas apakah memang demikian
ternyata di kompas juga ada
tapi tulisannya tidak sepanas di media lain
ya, begitulah kompas
ingat jakob oetama ingat kompas
ingat kompas ingat bahasanya yang baik dan benar
jakob oetama teguh dalam pendirian
lentur dalam cara
jakob oetama sudah pergi
tetapi yang baik-baik darinya
tetap tinggal di kompas
eh, puisiku ini bukan puisi cari muka pada kompas grup ya
ini memang didasarkan pada pengalamankuÂ
begaul dengan kompas grup selama ini
manado, 13 september 2020
oleh richard tuwoliu mangangue
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H